Sesuai rencana, Atreya akan minggat hari ini. Ia sudah menyiapkan segalanya, semua bajunya sudah ia bungkus ke dalam kain membentuk buntelan, itu lebih mudah untuk di bawa ketimbang menggunakan koper.
"Ststts....Rek, Tirek.. " suara itu terdengar dari luar pagar.
Atreya memberi aba-aba kepada Abidan untuk menangkap buntelan miliknya, sedangkan Abimata mengamati sekitar, takut-takut ada ustadz atau mudabiro yang sedang berjaga.
"Aman? "tanya Atreya, sebelum ia memulai aksinya memanjat pagar beton sepanjang dua meter.
"Aman." Kode Abimata.
Atreya tersenyum lebar. Ia langsung menyingsingkan lengan kaosnya dan melipat ujung celana panjangnya.
"Kebebasan i'm coming!" seru Atreya dalam hati. Ia lalu mulai memanjat pagar. Sudah sampai di ujung pagar, Atreya tinggal melompat untuk menyelesaikan misinya. Tapi tiba-tiba sorot lampu senter menerangi sekitar. Atreya ketahuan.
"Itu Ustadz! Atreya berusaha kabur! " seru Afkar.
Atreya panik, ia lalu langsung melompat keluar pagar. Bergabung dengan Abidan dan Abimata. Mereka lalu lari dari sana.
"Ustadz, izinkan saya mengejar Atreya," pinta Afkar.
Ustadz Ismail setuju. "Kamu kejar Reya duluan. Biar ustadz ambil mobil dulu buat ngejar Reya."
"Na'am, Ustadz."
Afkar langsung mengejar ketiga pemuda itu. Afrak yang terkenal dengan kecepatan larinya, hampir mampu mengejar lari ketiganya. Jika saja tidak di kecoh oleh jalan berbelok, mungkin Afkar sudah bisa menangkap Atreya.
Atreya dan kedua sahabatnya itu sekarang masuk ke dalam gudang yang terbekalai. Afkar tahu itu dari jejak kaki ketiganya yang tertinggal di depan gudang itu.
Afkar masuk ke dalam. Ia mencari persembunyian mereka.
"Kenapa kita harus sembunyi dari si Kari itu? "bisik Abidan. Mereka sekarang bersembunyi di dalam lemari besar.
"Karena kita juga harus kasih pelajaran buat dia, dia selalu buat gue dongkol. Kalo dia gagal tangkap kita, reputasi si anak emas bakal down," jawab Atreya pelan.
"Gue setuju sama Tirek," kata Abimata.
"Tapi gue sesak nafas tahu di sini, si Kari kok lama banget sih pergi dari sini." Abidan bersedekap d**a, lalu menyenderkan dengan kasar tubuhnya di pintu lemari, membuat getar kuat, hingga benda di atas lemari itu terjatuh dan hal itu jelas langsung menarik perhatian Afkar.
"b**o Lo! "cercah Atreya, saat mengintip dari celah, Afkar berjalan mendekat ke lemari.
"Aelah! "dengusnya.
Afkar yakin pasti ketiga masketir itu sedang bersembunyi di dalam lemari. Tanpa basa-basi, Afkar langsung membuka lemari itu dan...ekspentasinya salah.
Tidak ada siapa pun di sana. Afkar yakin betul tiga manusia itu ada di dalam lemari. Afkar masuk ke dalam lemari untuk memastikan tidak ada ruangan rahasia yang terhubung dengan lemari ini. Afkar meraba-raba, barangkali ada tuas atau sesuatu yang menyembunyikan ruangan rahasia itu.
Afkar tidak sengaja menginjak sesuatu, lalu lemari tertutup dan tiba-tiba ada sinar yang memenuhi mata Afkar. Afkar silau bukan main, matanya tidak bisa melihat apapun. Dan kepalanya tiba-tiba terasa sangat sakit. Dan semua seketika gelap.
.
.
"Aduh, gue di mana? "Atreya mengedarkan pandangnya. Kepalanya masih terasa sangat pusing.
"Dan, Mata, banguin oi! "Atreya mengoyongkan tubuh Abidan dan Abimata yang tidak kunjung sadar. Atreya kembali mengedarkan pandangnya, kali ini kesadarannya sudah kembali.
Abidan mengucek pelan matanya. "Kita di mana nih, Rek?" tanyanya.
"Kita ada di.... " Atreya menghentikan kalimatnya. Ia yakin ini mimpi.
"Ada di mana? " tanyanya Abidan lagi. Ia kembali mengucek pelan matanya, yang masih terasa berawan.
"Coba Lo liat kita di mana?"
Abidan bangkit. Ia terkesiap sama seperti Atreya saat melihat di mana mereka sekarang.
Bruk
"Argh, sakit. Siapa nih oi nimpa gue! " Abimata baru sadar. Ia langsung mengucek matanya dan melihat ternyata Afkar pelaku yang membuat tubuh sakit.
"Oi, Kari! Lo bisa gak sih, gak nyari masalah sama gue! "
"Maaf, tapi saya tidak sengaja." Afrak memijati kepalanya yang masih berdenyut nyeri. "Saya tiba-tiba terjatuh dari atas.”
"Ngeles aja Lo! Dari atas mana, Ha? Lo pikir, Lo bidadari turun dari langit?! "
"Saya serius. Saya tidak bohong."
Abimata memutar bola matanya, ia tidak percaya perkataan manusia bernama Afkar. Si manusia yang membuat ketiganya harus lari dan bersembunyi di lemari.
Abimata tersadar. Bukannya dia tadi ada di lemari bersama Atreya dan Abidan, lalu di mana dia sekarang. Abimata bangkit, dilihatnya kedua sahabatnya yang terkesiap di sana sembari melihat papan besar bertuliskan,
Assalamualaikum, selamat datang di Bismillah game.