BAB 2

1493 Words
            “Menikahlah dengan Bapak, Nak.” Ucap pak Abraham dengan mata mengiba. Seolah menikahi Anita bisa menyelamatkan hidupnya.             Anita berusaha mencerna perkataan pak Abraham. Berusaha mencari makna tersirat dibalik kata-kata itu. Karena Anita sama sekali tak mampu menerima maksud permintaan Pak Abraham. Bagaimana mungkin orang yang bermartabat dan sangat arif seperti beliau ingin menikahi perempuan yang bahkan lebih cocok menjadi anaknya? Dan lagi pernyataannya tentang penyakitnya. Apa hubungannya hal tersebut dengan permintaan pernikahan ini?             “Maksud Bapak apa?” Tanya Anita dengan suara setenang mungkin. Dia berusaha tidak menampakkan kebingungannya.             Abraham tersenyum melihat ketenangan Anita. Dia memang tidak salah pilih. Anita lah perempuan yang peling tepat bagi peran ini. Dia cerdas, tangguh, sekaligus lembut hatinya. Matanya memang tak pernah salah melihat talenta.             Abraham mengeluarkan sebuah map dan memberikannya pada Anita. “Ini adalah dokumen perjanjian pernikahan yang saya ajukan padamu, Nak.”             Anita memandang Abraham dan menerima map itu dengan segera. Dia membuka dan membaca lembar demi lembar isi dokumen tersebut dengan penuh konsentrasi.             “Saya ingin kamu menjadi istri saya secara kontrak nak Nita. Hanya di depan umum saja. Pada kenyataannya kita hanyalah guru dan murid. Saya butuh kamu Nita, untuk berperan menjadi istri saya.” Ucap Abraham penuh harap.             “Mengapa harus saya pak?” Tanya Anita. Dia mendengarkan pak Abrahamsembari menyusuri kata demi kata yang tertulis dalam surat kontrak itu. Perjanjian itu ditulis dengan detail. Anita cukup mengerti poin-poin penting dalam surat perjanjian itu.             “Harus kamu. Saya sudah hidup cukup lama dan sudah bertemu banyak orang. Saya tak mungkin salah menilai kemampuan seseorang. Dan menurut saya, kamu lah yang paling cocok dan paling mampu berperan menjadi istri saya.” Jawab Pak Abraham.              “Tapi saya terlalu muda untuk menjadi istri Bapak. Saya mungkin lebih cocok menjadi anak Bapak. Apa kata orang-orang nanti pak kalau saya menikah dengan Bapak?!” Kata Anita. Dia masih belum mengerti dengan jalan pikiran profesornya itu.             Abraham menarik nafas berat. “Memang hal itulah yang menjadi pertimbangan terberat saya, Nak. Saya sudah berusaha mencari orang lain yang cocok disebut sebagai istri saya. Tapi tidak ada. Hanya kamu yang punya kemampuan menjadi istri saya dan menggantikan saya menjadi Pemimpin Asha Group.” Jawab Abraham.             Anita tersentak mendengar penuturan Abraham. Dia memang sempat membaca di surat perjanjian bajwa dia harus menggantikan Abraham memimpin perusahaan selama Abraham sakit. Namun Anita tidak pernah menyangka bahwa perusahaan milik pak Abraham adalah ASHA GROUP. Perusahaan terbesar di kota A.             “Jadi.. Bapak ingin saya memimpin Asha Group? Tapi saya belum punya pengalaman sama sekali pak. Tolong pertimbangkan lagi keputusan Bapak. Saya rasa, saya tidak cocok dengan peran ini.” Ucap Anita.              “Tenang saja Nita. Saya sudah menyiapkan semuanya. Dan saya sudah yakin dengan keputusan saya. Kamulah yang bisa memimpin Asha Group menggantikan saya.” Jawab Abraham             “Tapi... Bukankah Bapak punya Anak? Akan lebih baik kalau anak Bapak yang menggantikan posisi Bapak kan.” Sanggah Anita.             “Itulah,Nak. Jika kedua anak Saya bisa diandalkan, Saya tidak akan menempuh jalan sulit ini samapi melibatkanmu juga. Masalahnya kedua anak saya masih terlalu naif. Mereka belum mengerti dunia yang sebenarnya. Mereka belum siap memimpin perusahaan.” Ucap Abraham.              Anita diam. Tidak tahu harus merespon apa. Dia memang ingin membantu profesornya, tapi Anita tidak mau bila harus menikah dengan beliau. Karena pasti akan banyak yang tidak setuju. Apalagi posisi Abraham yang sebagai presdir perusahaan besar. Anita pasti akan dicap sebagai wanita pemburu harta lelaki.             “Nita... Bukankah kamu juga punya mimpi? Kamu ingin mengembangkan bisnis keluargamu menjadi besar kan? Dengan bantuan Asha Group, hal itu akan lebih mudah diwujudkan. Kamu tahu kan persaingan bisnis jaman sekarang seperti apa? Orang rela melakukan hal-hal kotor demi menumbangkan lawannya. Jika kamu menggunakan Asha Group sebagai tameng, kamu bisa mengermbangkan bisnis keluargamu dengan lancar nak. Tidak akan ada yang berani mengusik. Saya sudah menuliskan poin itu ke dalamsurat perjanjian. Jadikamu tak perlu khawatir saya akan mengingkari janji saya.” Kata Abraham. Dia berusaha membuat Anita setuju dengan permintaannya.             Anita berpikir keras. Yang dikatakan pak Abraham memanglah benar. Tapi Anita bukan tak mampu mengembangkan bisnisnya sendiri tanpa bantuan Asha Group.Hanya saja,.. Asha Groupbisa menjadi jalan pintas baginya. Tapi.. apa keuntungan itu akan sebanding dengan tudingan miring yang akan dia terima bila menikahi pria yang jauh lebih tua darinya?             Abraham melihat Anita yang masih enggan menerima tawarannya. “Anita, kamu bisaabaca di surat perjanjian, saya akan memberimu 10% saham Asha Group padamu saat tugasmu nanti sudah selesai. Itu bukan hal kecil Anita. Walau hanya dengan 1% saham Asha Group, kamu bisa hidup nyaman sampai akhir hayatmu. Karena Asha Group sangat stabil dan memiliki nilai yang tinggi.” Bujuk Abraham.             Anita kembali menekuni surat perjanjian itu. Disana tertulis kewajiban Anita selama menjadi ‘istri’ Abraham. (1) Pernikaha mereka harus terdaftar secara hukum. Dibuktikan dengan surat nikah. Meskipun pada dasarnya palsu. (2) Anita menggantikan Abraham menjadi Presiden Direktur di perusahaan. (3) Tidak boleh ada yang mengetahui kontrak ini kecuali orang yang benar-benar bisa dipercaya 100% (4) Selama kontrak berlangsung Anita harus tinggal di kediaman keluarha Nofian. (5) Tidak ada tanggung jawab sebagai ‘istri’yang harus dipenuhi Anita, karena pernikahan ini hanya fiktif. (6) Kontrak akan selesai masa berlakunya apabila salah satu dari anak Abraham telah siap memegang jabatan sebagai Presiden Direktur. Diaman orang yang menilai adalah Anita sendiri.                 Anita sudah mengerti semua kewajibannya. Bukahlah hal yang tidakmungkin dilakukan. Kecuali tentang menggantikan peran Abraham sebagai Presdir. Anita masih harus banyak belajar mengelola Perusahaan. Tapi semua itu sepadan dengan hak-hak yang diterimanya. (1) Selama kontrak berlangsungAnita berhak menikmati semua fasilitas dan kelebihan dari keluarga Nofian. (2) Anita bebas menggunakan resource Asha Group untuk mengembangkan bisnisnya sendiri. (3) Anita akan mendapatkan uang bulanan pribadi sebesar 50 juta rupiah. (4) Anita akan mendapatkan mobil dan sopir pribadi selama kontrak berlangsung. (5) Saat kontrak selesai, Anita akan mendapatkan 10% saham Asha Group.             Meski dengan semua hal yang akan dia dapatkan kalau dia menyetujui permintan sang profesor, Anita tetap enggan meneriwa tawaran itu. Karena jika dia setuju, maka sama saja dengan membuang masa mudanya. Dia harus mengorbankan kehidupannya sendiri untuk keluarga Pak Abraham, untuk Asha Group. Belum lagi dengan perasaan kedua orang tuanya yang pasti akan sangat menentang pernikahan  ini.             “Maaf pak, sepertinya saya tidak bisa menerima tawaran Bapak.” Jawab Anita stelah berpikir cukup lama.              Abraham tampak kecewa dengan jawaban Anita. “Tolonglah nakNita. Saya benar-benar butuh bantuan nak Nita. Hanya nak Nita yang mampu memimpin Asha Group menggantikan saya. Saya sangat tahu kecerdasan nak Nita dalam memecahkan permasalahan. Dan kamu yang paling cocok dengan keadaan Asha Group yang mulai retak dari dalam.” Pinta Pak Abraham mengiba. Sangat terlihat kalau PakAbraham begitu menyayangi perusahaannya. Dan dia dalam keadaan yang sangat sangat berputus asa             “Maaf pak, tapi resiko yang harus saya ambil terlalu besar. Saya tidakinginmelewatkan masa muda saya. Saya juga tidak ingin mendapatkan kata-kata buruk tentang saya yang menikahi Bapak yang jauh lebih tua dari saya. Saya tidak ingin melukai perasaan kedua orang tua saya pak. Tolong mengerti.” Jawab Anita.              Abraham terlihat putus asa. Dia benar-benar sudah memikirkan berbagai alternatiflain untuk menyelamatkan perusahaannya. Untuk menyelamatkan kedua anaknya. Namun tidak ada yang lebih baik dari rencana pernikahan palsu dengan Anita. Karena, posisi Anita di Perusahaan akan sangat kuat kalau dia adalah istri Abraham. Dan kecerdasan Anita.. Itulah hal yang paling dibutuhkan perusahaan saat ini. Abraham sudah berkali-kali melihat bagaimana Anita memecahkan masalah sulit yang bahkan dirinya sendiripun tidak bisa selama dia menjadi profesor Anita.             Akhirnya Abraham berlutut di hadapan Anita. “Tolong Saya, Nak.” Pinta Abraham dengan airmata yang mulai mengalir.             Anita yang sama sekali tak menyangka profesornya itu akan berlutut di hadapannya kebingungan. Dia ikut berlutut di depan Pak Abraham. “Tolong jangan seperti ini, Pak. Berdirilah,” Pinta Anita.             “Tidak nak. Saya tidak akan berdiri sebelum kamu menyetujui permintaan Saya. Kamu tahu Bapak sudah putus asa. Umur Saya sudah tidak panjang lagi. Kalau saja bukan karena penyakit ini, mungkin saya tidak akan seputus asa ini melihat kedua anak saya yang belum juga tumbuh dewasa. Merea sebaya denganmu, namun sama sekali belum bisa mengurus perusahaan. Saya butuh kamu Nak. Sampai anak-anak saya siapmenjalankan perusahaan sendiri.” Pinta Abraham mengiba.             Kelembutan hati Anita membuatnya tak tega melihat Abraham yang memohon dengan tulus seperti itu. Akhirnya Anita pun lulu dan menerima permintaan Abraham. “Baiklah pak. Saya akan mempertimbangkan lagi permintaan Bapak. Tapi saya harus membicarakan hal ini dengan kedua orang tua saya dulu. Apabilamereka setuju, maka saya akan bersedia menerima perjanjian ini.” Jawab Anita.             Abraham tersenyum lega. Anita membantu profesornya itu untuk bangun dan duduk kembali di kursi. “Terima kasih nak Nita. Saya sangat berhutang budi padamu. Terimakasih nak.” Kata Abraham             “Saya senang bisa membantu, Pak. Sekarang saya permisi dulu untuk membicarakan hal ini dengan kedua orang tua saya.” Kata Anita.             “Baik, Nak. Terima kasih. Ini kartu nama saya. Segera hubungi saya saat kamu sudah memutuskan ya. “ Kata Abraham.              “Baik, Pak.” Jawab Anita sembari menerima kartu nama itu. Dia segera meninggalkan ruangan Abraham dengan pikiran yang bercabang kemana-mana. -tobe continue-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD