BAB 1

1159 Words
            Anita, gadis manis dengan senyum hangat itu berjalan penuh percaya diri dengan toga yang masih melekat pada tubuhnya. Matanya berbinar penuh kebahagiaan. Empat tahun lamanya dia menempuh pendidikan dibidang bisnis. Tujuannnya hanya satu, dia ingin membantu orang tuanya mengelola dan mengembangkan dessert cafe milik keluarganya. Karena semakin hari saingan bisnis di bidang kuliner semakin ketat. Tapi dia percaya bisnis kecil keluarganya itu bisa berkembang pesat jika manajemennya di perbaiki. Dan itu adalah tugasnya. Dia tidak ingin kedua orang tuanya yang mulai menua masih harus bekerja keras mengelola Cafe. Toh sekarang kedua anaknya sudah mandiri. Jadi sudah saatnya mereka menikmati hari tua.             “Selamat sayang.” Sambut Mentari, mama Anita, sambil memeluk anak bungsunya itu dengan hangat.             “Terima kasih, Ma.” Anita mengecup pipi mamanya dengan sayang. Mereka bagai pinang di belah dua. Wajah Anita sangatlah mirip dengan Mamanya. Bahkan sifatnya yang lembut namun juga tangguh itupun menurun dari sang mama. Dia tidak mudah menyerah bila mengalami rintangan. Namun hatinya sangatlah lembut, apalagi pada mereka yang membutuhkan bantuan.             “Selamat atas kelulusanmu, Nita.” Kali ini sang Papa, Surya yang memberikan ucapan selamat. Anita berganti memeluk Papanya. Meski uban mulai menghiasi rambutnya, Surya masih terlihat gagah. Badannya tinggi tegap. Dengan sinar mata penuh kasih sayang dia menatap putrinya. Dia begitu bersyukur anak-anaknya sekarang sudah dewasa.             “Kak Nisa tidak datang?” Tanya Anita.             Kedua orang tuanya mendesah pelan. Mereka tidak tahu lagi bagaimana menasehati Anisa, Anak pertama mereka. Entah sejak kapan, dia berubah menjadi pribadi yang sangat berbeda. Begitu acuh pada keluarganya. Bahkan pada Anita, dia seakan membenci adik satu-satunya itu. Pernikahan Anisa dengan suaminya tidak berjalan lancar, mereka sering bertengkar di awal-awal pernikahan mereka. Mungkin itulah penyebab perubahan Anisa. Namun, Anisa tidak pernah mau bercerita, jadi mereka tidak bisa membantu apapun. Anisa bahkan terkesan menutupi masalah dirumah tangganya.             “Kamu tahu sendiri bagaimana kakakmu sekarang. Kami sudah berusaha mengajaknya. Namun Nisa sama sekali tidak merespon ajakan kami. Entahlah. Mengapa sekarang dia jadi seperti itu.” Jawab Surya. Ada semburat kesedihan di sinar matanya saat mengingat anak pertamanya itu.             “Sudahlah Pa, tidak apa-apa. Mungkin kak Nisa masih ada masalah. Kita kan tidak tahu bagaimana keadaannya yang sebenarnya.” Jawab Anita menenangkan orang tuanya. Meski dia sendiri pun merasakan kalau Kakaknya sekarang tidak suka padanya. Entah apa alasannya.             “Ayo kita ke restoran sekarang, Mama sudah memesan tempat di restoran favoritmu sayang.” Ajak Mentari. Anita mengangguk dengan antusias. Sudah terbayang di kepalanya aneka seafood segar yang baru matang. Aroma khas makanan laut itu begitu disukai Anita.   “Permisi, maaf, Nona Anita?” Tanya seorang Pria dengan setelan jas hitam saat mereka hendak menuju tempat parkir.             “Ya, Saya Anita. Ada perlu apa ya?” Jawab Anita dengan sopan. Dia meneliti pria itu dengan seksama. Anita yakin dia belum pernah bertemu dengan pria ini.             “Pak Abraham ingin bertemu dengan anda Nona. Beliau sedang menunggu di kantornya.” Jawab pria itu.             Anita tampak semakin bingung. “Maksud anda, Pak Abraham Profesor saya?” Tanya Anita. Dia yakin dia tidakada janji bertemu dengan profesornya itu.             “Benar Nona.” Jawab Pria itu.             “Ah tapi bagaimana ya.... Saya sudah ada rencana....” Jawab Anita ragu. Dia merasa ragu dengan pria di depannya itu. Pak Abraham adalah orang yang sederhana. Dia selalu terlihat cekatan dan melakukan semuanya sendiri. Mana mungkin tiba-tiba dia mengutus orang hanya untuk memanggilnya?             “Tidak apa-apa Nita, mungkin ada hal penting yang perlu didiskusikan. Kamu temui lah profesormu dulu, kami akan menunggu di restoran.” Kata Mentari meyakinkan putrinya.             “Baiklah,.” Jawab Anita patuh. Dia melepaskan toganya dan memberikannya pada sang mama. Terlihatlah kebaya simpel nan cantik membalut tubuh rampingnya. Anita memberi isyarat pada pria bersetelan hitam itu untuk menunjukkan jalan. “Nita pergi dulu ya ma, pa.” Kata Nita berpamitan.             Anita mengikuti pria itu menyusuri jalan setapak di dalam kampus menuju kantor pak Abraham. Dia menebak-nebak apa sebenarnya yang ingin dikatakan pak Abraham sampai dia perlu mengutus orang untuk menjemputnya? Apakah kondisi pak Abraham sedang sakit sampai beliau tidak bisa menemuinya secara langsung? Pertanyaan demi pertanyaan muncul bertubi-tubi sepanjang perjalanannya menuju kantor Abraham.             “Silahkan masuk Nona.” Ucap pria itu sambil membukakan pintu kantor pak Abraham. Anita merasa janggal diperlakukan seistimewa itu. Apalagi dari gestur pria itu, dia terlihat sudah terbiasa melakukan hal itu.             Anita memasuki ruangan dengan perlahan. Didapatinya pak Abraham yang tengah duduk di kursi panjang di meja tamu kantornya. Ruangan itu cukup luas dan tertata dengan apik. Baru kali ini Anita memasuki kantor pak Abraham, karena biasanya beliau selalu menyelesaikan semua urusan dengan mahasiswanya di kelas.             Anita mengangguk, menyapa dengan sopan. “Selamat siang, Pak. Bapak mencari saya?” Tanya Anita basa-basi.             “Duduklah Nak.” Kata pak Abraham. Abraham adalah salah satu profesor favorit Anita. Karena Beliau adalah orang yang berdedikasi pada pekerjaannya. Meski umurnya sudah mulai menua, dia tidakkalah semangat dengan dosen-dosen yang lebih muda darinya. Bahkan menurut rumor yang pernah di dengarnya, Pak Abraham sebenarnya adalah konglomerat, pemilik perusahaan besar di kota A. Namun beliau tidak arogan dan tetap fokus pada pekerjaannya.             Sekali lagi Anita mengangguk dan duduk dengan sopan di hadapan Abraham. Anita menunggu dalam diam. Tak enak rasanya jika bertanya duluan apa yang ingin dibicarakan pak Abraham. Bagaimanapun juga, beliau adalah orang yang dia hormati.             “Kamu pasti sudah bertanya-tanya apa yang ingin saya bicarakan.” Kata pak Abraham membuka percakapan. Beliau tersenyum dengan sangat arif. Senyum kebapakan yang diperuntukkan untuk anak-anaknya.             “Benar Pak.” Jawab Anita masih dengan penuh kesopanan.             “Baiklah. Sebelum saya menjelaskan apa yang ingin saya bicarakan, Saya minta, kamu harus mendengarkan perkataan saya sampai selesai terlebih dahulu ya? Jangan mengambil kesimpulan di tengah-tengah. Apa lagi tersinggung atau salah paham dengan perkataan saya. Karena apa yang ingin saya bicarakan ingin cukup... berat? Ah... Apa ya kata yang tepat.. mungkin... complicated?” Kata pak Abraham panjang lebar.             “Baik pak.” Jawab Anita.             Anita menjadi semakin penasaran. Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan pak Abraham sampai bisa membuatnya salah paham?             “Anita...” Pak Abraham terlihat bimbang. “Saya divonis dokter bahwa umur saya tidak akan lama lagi.” Kata pak Abraham. Terjadi jeda cukup lama. Pak Abraham terlihat sedang memilah kata yang ingin dia katakan selanjutnya sedangkan Anita begitu shock mendengar penuturan profesornya. Dia tidak menyangkaorang yang terlihat selalu bersemangat ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya.             “Karena itu, saya butuh bantuan nak Anita.” Lanjut Abraham.             “Katakanlah pak, jangan sungkan.” Ucap Anita yang sudah terbawa iba dengan orang di hadapannya itu. Hatinya yang lembut membuatnya mudah mengulurkan tangan pada orang yang membutuhkan bantuannya.             “Menikahlah dengan Bapak, nak Anita.” Ucap Abraham yang sukses membuat Anita melongo. Tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.             Anita berusaha menunggu tawa keluar dari mulut pak abraham, namun beliau sama sekali tidak tertawa. Berarti profesornya itu benar-benar mengajaknya menikah? Profesor yang umurnya bahkan lebih tua dari papanya sendiriitu mengajaknya menikah? Dan lagi beliau bilang kalau umurnya tidak lama lagi tapi mengapa malah mengajaknya menikah?             Sebenarnya apa yang sedang direncanakan profesornya itu?? -to be continue-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD