Bagian Dua

951 Words
Aku terbangun melihat keadaan sekeliling, tempat ini terasa sangat asing bagiku, aku tidak yakin tempat ini berada di dunia bagian mana. Aku mulai berjalan untuk mencari jalan keluar dari tempat ini, bukannya menemukan jalan keluar aku malah melihat dua tempat yang amat sangat berbanding terbalik. Aku memutuskan untuk melihat tempat yang pertama terlebih dahulu, berada di sebelah kanan. Saat ini aku berada tepat di depan pintu masuk, aku melihat orang-orang begitu bahagia masuk ke tempat itu, namun entah mengapa aku tidak bisa masuk ke tempat tersebut. Dari luar aku sudah bisa merasakan tempat itu, tempat yang begitu sangat nyaman, tempat yang terdapat banyak kebahagiaan di dalamnya, semua wajah orang yang berada di tempat tersebut berseri-seri. Lantas aku bertanya kepada seseorang yang hendak masuk ketempat tersebut. "Permisi, kalau boleh tahu tempat apa ini?" Tanyaku kepada seorang pria yang kira-kira berusia 20 tahun. Namun setelah aku lihat-lihat lagi sepertinya semua orang yang berada di sini berusia sekitar 20 tahunan. "Ini adalah surga." Jawabnya. "Surga? Apakah surga itu benar-benar ada?" "Ya, surga benar adanya. Neraka pun benar adanya." "Neraka? Lalu di mana keberadaan neraka?" "Di sebelah sana." Orang itu menunjuk tempat kedua yang hendakku hampiri. "Oh." Aku mengangguk. "Hem, tapi seperti apa surga itu?" "Surga adalah tempat yang begitu indah, tempat terbaik yang berada di akhirat. Di dalam surga kamu akan mendapatkan semua hal yang kamu inginkan, termasuk hal yang tidak mungkin kamu dapatkan ketika di dunia" "Wah, sepertinya mengasyikkan berada di dalam surga.” "Memang, sangat mengasyikkan. Surga adalah tempat yang diharapkan oleh semua manusia, terlebih umat muslim." "Tapi kenapa tadi aku tidak bisa masuk ke dalamnya?Padahal aku ini seorang muslim.” "Karena belum waktunya, dan yang perlu kamu tahu, tidak sembarang orang bisa memasukinya, tidak semua umat muslim bisa masuk ke dalamnya." "Lalu apa yang harus aku lakukan agar aku bisa masuk ke dalam surga?" "Kamu harus bertaqwa kepada Allah, melaksanakan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Apa kamu sudah melakukannya?" Aku terdiam. Mengingat-ngingat apakah aku sudah melakukan hal tersebut atau belum. Namun sayangnya, aku belum melakukannya. Aku menggeleng pelan sambil berkata, "Belum.” Pria itu tersenyum. "Lakukanlah, kurasa kamu masih memiliki waktu untuk melakukannya, walaupun tidak ada yang tahu seberapa lama sisa waktumu.” Aku tersenyum lega. Orang itu mulai berjalan meninggalkanku, ia menoleh kemudian berkata, "Ingat, surga itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. Surga adalah balasan dari Allah untuk hambanya yang beriman. Jadilah salah satunya.” Ia tersenyum lagi, namun kali ini ia memberikan senyum terbaiknya, senyum terindah yang pernah aku lihat. Tidak sampai di situ, aku menuju tempat kedua. Tempat yang disebut neraka oleh pria tadi. Aku ingin melihat seperti apa neraka itu. Mengapa pria tadi begitu terlihat mengerikan ketika menyebut kata "neraka.” Aku berjalan hingga akhirnya berada di depan pintu masuk, sungguh pemandangan yang begitu berbanding terbalik dengan surga. Semua orang yang melewatinya memasang wajah ketakutan dan kebanyakan dari mereka adalah perempuan. Mereka menangis meraung-raung tidak ingin masuk ke tempat itu. Mereka semua berkata, "Kembalikan kami ke dunia, maka akan kami perbaiki hidup kami.” Dari depannya saja aku sudah bisa merasakan hawa yang tidak enak, aku ingin melihat seperti apa dalamnya, namun kemudian aku kembali tidak bisa masuk ke dalamnya. Aku memutuskan untuk bertanya kepada seorang perempuan yang hendak memasukinya, kulihat wajahnya begitu ketakutan, matanya begitu sembab, aku tidak tahu sudah berapa lama ia menangis. "Permisi, apakah ini tempat yang bernama neraka?" Ia hanya mengangguk murung. "Kau hendak masuk ke dalamnya?" "Ya.' ia menjawab kemudian menangis. "Lantas mengapa kau menangis?" "Aku tidak ingin masuk ke dalamnya, neraka adalah tempat terburuk di akhirat. Semua orang tidak ingin masuk ke dalamnya, sebab di dalam neraka kami hanya akan disiksa.” Aku kaget mendengarnya. "Memang apa yang sudah kamu lakukan hingga kamu harus masuk ke dalamnya?" "Ketika di dunia aku begitu lalai dalam hal beribadah, aku hanya mementingkan urusan duniawi. Bahkan aku sama sekali tidak bertaqwa kepada Allah, padahal aku ini seorang muslim.” "Tapi apakah kamu melaksanakan shalat ketika di dunia?" "Ya, aku melaksanakannya. Namun shalat saja tidak cukup bila tidak diimbangi dengan ibadah-ibadah lainnya.” Aku hanya menggangguk paham, kasian sekali melihat perempuan di hadapanku, ia terlihat begitu menyesal. "Tapi aku ingin bertanya, mengapa kebanyakan orang yang memasuki pintu neraka adalah seorang perempuan?" "Karena seorang perempuan adalah godaan terbesar di dunia, kami sering lalai, sama sepertiku. Padahal sudah jelas-jelas Allah memerintahkan kepada kami untuk menutup aurat, tetapi kami tidak melaksanakannya. Kami mengumbarnya, memperlihatkan kepada yang bukan mahram, kalau diingat-ingat betapa bodohnya aku tidak ingin mengenakan hijab hanya karena takut terlihat tidak cantik, sebaliknya kini aku sadar bahwa sebenarnya hijab adalah pakaian terbaik seorang perempuan, hijab bisa melindungi kami dimana pun kami berada...." ia menarik nafas dalam-dalam, kemudian lanjut berkata ".....kami seorang perempuan juga terkadang lebih sibuk bersolek dan merias diri, hingga lupa bahwa banyak hal lain yang bisa kami lakukan dalam hal beribadah, serta yang paling dianggap sepele namun sebenarnya penting adalah mulut kami ini terlalu sering membicarakan keburukan orang lain, hingga kami lupa akan keburukan yang ada dalam diri kami sendiri." Ia kemudian kembali menangis, kali ini tangisnya pecah. "Kalau tadi aku tidak bisa memasuki surga lantas mengapa kali ini aku juga tidak bisa memasuki neraka?" Tanyaku. Ia berhenti menangis lalu berkata, "Mungkin belum waktunya. Selama kau memiliki sisa waktu, perbaikilah amal ibadahmu di dunia, dan kau harus tau, di dalam sana (neraka) ada jutaan bahkan milyaran orang yang ingin kembali ke dunia untuk memperbaiki kehidupannya, sama sepertiku. Namun sayang waktu kami sudah habis, seperti yang kita semua tahu bahwa akhirat adalah tempat yang paling kekal. Saat ini yang kami rasakan hanya penyesalan, penyesalan, dan penyesalan.” Tanpa terasa air mataku menetes. Kemudian orang itu berjalan meninggalkanku tanpa memberikan senyum, sangat berbanding terbalik sekali dengan lelaki yang kulihat di depan pintu surga tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD