8. Penyebab sakit Lila.

1057 Words
Beberapa jam berlalu. Alhasil setelah membuang obat yang diberikan Arshangga ke saluran air, kini Lila demam. Suhu tubuhnya meningkat tinggi, gadis itu memeluk selimutnya semakin erat, terdengar suara erangan kecilnya sebab dia menahan tubuhnya yang tidak enak itu. Arshangga kembali terjaga di waktu menjelang pagi, ia mengumpat kesal sebab Lila benar-benar membuat waktu tidurnya terganggu. “Lilaaaa!” Pekik Arshangga, namun seketika ia lihat gadis itu sudah gemetaran disana. Sedetik kemudian Arshangga bangkit dan panik. Arshangga tatapi Lila, lalu ia sentuh dahinya terasa sangat panas. Arshangga mencari-cari ke kanan dan ke kiri apakah Lila sudah meminum obatnya, tampak sudah, bungkus obat-obatan itu sudah terbuka. Arshangga melihat pada waktu ini baru pukul 4 pagi ia pun bergegas menghubungi Deon sang dokter pribadi sekaligus sahabatnya itu, apakah dia salah meresepkan obat, Lila sama sekali tidak baik-baik saja malah semakin menjadi demam seperti ini. “Apa yang kau resepkan untuk wanita ini, badannya semakin panas dan dia gemetaran.” Pekik Arshangga pada Deon. Lelaki yang tidurnya terganggu itu terkesiap,”Panas tinggi? Aku sudah meresepkan dia obat yang cocok untuk keluhannya, juga memberikan beberapa vitamin. Harusnya dia lebih baik setelah mengkonsumsinya.” “Tapi nyatanya tidak!” “Baiklah aku akan datang kesana sekarang! Carilah handuk hangat, kompres dia atau kau bisa memberitahukan keluarga yang lain, mungkin ibunya Lila agar bisa menanganinya.” Deon segera mematikan panggilannya. Arshangga semakin panik dia takut Lila kenapa-kenapa lalu akan di salahkan semua orang. Ia tidak tahu caranya mengompres, walau sudah mengambil sebuah handuk kecil dari lemari Lila. Akhirnya Arshangga menghampiri Anna ibu dari Lila membuat wanita paruh baya itu datang ke kamar Lila. Lila mengalami demam tinggi ia segera di kompres disana. “Kamu kenapa Lila, kok ya bisa demam kan nggak kemana-mana cuma di kamar aja. Kamu juga nggak di suruh kerja apapun, 24 jam nyantai. Lila jangan buat panik Mas Ars, lihat itu dia mungkin tadi lagi tidur tiba-tiba harus bangun karena kamu. Menyusahkan saja!" Lila menangis tertahan, ia tidak menyahut. Semua ini karena dia! Karena dia! Dia yang membuatku seperti ini dan bisa-bisa ibu dengan gampangnya berkata seperti itu. Setengah jam berlalu. “Dokter Deon sudah datang!” ucap Arshangga memasuki kembali kamar Lila. Samara pun di buat terjaga disana begitupun, Wilma ibu Arshangga dan sang nenek. “Apa yang terjadi?” Nenek seperti biasa paling heboh dan ingin tahu segalanya. “Lila demam tinggi.” Jawab Arshangga saat Deon sudah datang dan memeriksa di dalam sana. “Kamu Ars buat di kelelahan pasti, dia masih terlalu kecil jangan sering-sering sekalipun harus.” Celetuk nenek dan langsung di senggol oleh Wilma mengingat ada Samara disana. “Mama!” Husss. Arshangga menarik nafasnya ia langsung keluar kamar menghampiri Samara di luar sana, seperti biasa masih di kursi rodanya. “Kita kembali ke kamar,” ucap Arshangga kepada Samara menjaga hatinya. “Lagian kalian salah orang jangan cari yang masih perawan, cari yang berpengalaman. Awal-awal karena anak jangan sampai nanti ada yang kecantol.” Ujar nenek lagi. “Mama, jangan memperkeruh keadaan. Semuanya sudah di kesepakati dari awal bagaimana-bagaimanya. Lagian Arshangga nggak mungkin berbelok, jika dia mau sudah lama dia melakukannya.” “Ya semoga saja.” Nenek mengendikkan bahunya segera pergi dari sana. Sementara Lila sedang di tangani Deon disana lelaki berusia 33 tahun itu, memeriksa Lila dengan hati-hati. Kemudian menanyakan keluhannya. “Kamu ada alergi sesuatu? Obat yang tadi sebelumnya sudah di minum.” “Obat?” Tanya Lila tidak paham, apakah vitamin-vitamin kehamilan yang ia buang ke kloset tadi. “Sebelumnya Arshangga sudah menghubungi saat kamu tadi pingsan.” “Lila pingsan?” Anna dan Wilma terkesiap. “Sa-ya pingsan?” Lila memang tidak paham, dan tidak sadar dia pingsan di kamar mandi lalu Arshangga mengangkatnya ke ranjang. “Ah tidak, mungkin salah paham.” Sangga Deon kembali memeriksa. * Di dalam kamar Arshangga mulai di interogasi oleh Samara tentang apa yang terjadi, dan bagaimana Lila bisa sakit. “Kamu membuat Lila kelelahan mas? Seperti apa yang nenek katakan, jangan mencari kesempatan ya mas.” “Apa maksud kamu, kamu fikir saya seperti apa? Tanyakan pada Lila apa yang terjadi dan asal kamu tahu! Saya dan Lila baru 1 kali melakukannya.” “Baru satu kali? Yang benar saja, jadi beberapa hari kamu disana ngapain aja? 1 kali artinya kemungkinan hanya kecil untuk terjadi kehamilan." “Samara ini tidak mudah buat saya.” Arshangga menjatuhkan dirinya di sofa, “Tolong berhentilah, cukup!” “Mas— Kita sudah terlanjur melangkah, tolong jangan menjadi sia-sia, minimal kamu harus melakukannya beberapa kali. Aku tahu kamu sulit, kumohon ingatlah aku saat melakukannya lakukan demi aku dan rumah tangga kita.” Berbicara itu mudah, nyatanya saat Arshangga melakukannya dia nyaris terlena, dia nyaris terbawa suasana pada sebuah rasa spesial yang tidak pernah ia dapatkan, selama bersama Samara pada gadis yang ia tatap jijik itu. “Stop sayang! Tidak lagi dan 1 kali cukup.” “Tidak mas, kita mengorbankan banyak hal untuk ini, lakulan lagi kumohon.” Samara menjalankan kursi rodanya meraih tangan Arshangga, “Aku ingin bayi, bayi yang merupakan keturunanmu.” “Kita tetap bisa bahagia tanpa keturunan atau perlu kita bisa ambil dari panti beberapa pun bayi yang kau mau.” “Jika seperti itu aku bisa melakukannya sendiri tidak perlu harus bersusah payah seperti ini, lakukan lagi mas, atau kau ingin aku pergi?” “Samara?” “Mas, ku mohon.” Arsangga mengacak rambutnya frustasi, ia tidak tahu lagi harus bagaimana, betapa ia muak melihat gadis yang ia anggap sampah murahan itu. Dan dia juga sudah lelah dengan hal-hal pemaksaan seperti ini. Tidak lama kemudian Arshangga keluar dari kamarnya akan mengantarkan Deon kedepan, keduanya pun terlibat perbincangan. “Kau apakan dia? Gadis itu seperti trauma dan ketakutan?” “Kau jangan banyak mengarang aku tidak melakukan apapun.” “Kau memaksanya lagi tanpa pemanasan?” “Stop Deon!” “Jujur Ars, jika dia stress dan tertekan kalian akan semakin sulit membuat dia mengandung. Fikiran adalah salah satu faktor penting keberhasilan kehamilan.” “Aku tahu apa yang harus kulakukan, segeralah pulang!” “Dasar berengsek semudah itu mencariku lalu sekarang mengusirku. Biarakan dia beristirahat jangan lakukan dulu minimal sampai dia sembuh, tapi panasnya sudah turun, aku sudah memberinya obat. ” “Hemmm...” Sialnya Arsngga padahal ingin segera melakukannya lagi pagi ini dimana Samara akan pergi ke rumah orang tuanya, agar dia cepat hamil dan selesai semuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD