Matahari mulai naik ke permukaan, Arshangga sudah terjaga sedari pagi-pagi sekali dan melakukan aktivitas lainnya. Sekarang ia hendak membangunkan Lila, sebab ia baru saja membuatkan sarapan untuk mereka berdua. Tidak boleh menatap, menyentuh apa lagi menikmati, itu katanya kan? Sebuah kalimat yang dia balikkan Lila kepada Arshangga. Ya, itu tidak boleh terjadi jika dia sadar tapi jika dia tidak sadar itu boleh terjadi. Seperti saat ini, Arshangga menopang kepalanya berbaring menghadap Lila, menatapi lamat-lamat wajah cantik yang terlelap itu. Ia usapi lembut pipi Lila lalu merapikan sulur rambutnya. “Hanya saat tidur kau bisa tampak terlihat jinak.” Arshangga terus menatapi Lila, menyoroti tidak jemu wajah itu. Jemarinya mengusap lembut bibir Lila lalu mencubit kecil hidungnya.” Li