Karakter Show

2238 Words
Lika sudah bersiap di beranda rumah. Memakai hoodie berwarna cream, dan jeans sobek-sobek andalannya. Rambut dikucir seperti biasa, memakai sedikit liptint dan sedikit bedak tabur bayi di wajahnya. Begitu melihat mobil Jay berhenti di depan rumahnya, Lika langsung berlari, membuka pagar dan segera mengetuk kaca mobil Jay. "Sayang, udah sampe?" begitu kaca mobil diturunkan, Lika terdiam. Tampak Vina duduk di kursi depan, di samping Jay yang menyetir. "S-Stalker, duduk di belakang, ya," ucap Jay merasa tak enak hati. Lika tersenyum lalu membuka pintu belakang dan duduk menyamankan dirinya, "Vina ikut makan malam?" ucapnya kemudian. Vina hanya diam. Jay menghela nafas lalu menoleh kearah Lika, "Gak papa ya, Vina gak punya teman di rumah." "Oh, gak papa kok, gak papa," Lika masih tersenyum, namun Vina memasang wajah jutek. "Aduh, kok Gua yang berasa jadi obat nyamuk, sih? kalau dia mau ikut kenapa dia gak duduk di belakang aja? lama-lama kok nyebelin ya ni cewe?" Omel Lika dalam hati. Begitu tiba di tempat tujuan, Lika turun dari mobil, sementara Jay membukakan pintu mobil untuk Vina. "Mau pesan apa?" tanya Jay begitu mereka duduk di dalam cafe. Vina duduk di sebelah Jay, sementara Lika duduk di depan mereka. "A-Aku pesan jus mangga, milkshake coklat, steak, kentang goreng, ama burger aja, Y-Ya ... eh, Khun," "Itu aja? ini spaghetti nya gak mau?" "Emank boleh tambah lagi?" "Iya, gak papa. Kan aku yang bayar," "Ya udah. Spaghetti nya satu," Lika menelan ludah membayangkan makanan yang tersaji di depannya. "Vin mau pesan apa?" "Jus organik aja, ama salad." "Ya udah, kalau gitu saladnya dua, Mas. Jus organiknya dua." Lika terdiam sejenak, lalu melambaikan tangannya kearah pelayan, "M-Mas, spaghetti nya gak jadi aja. Trus," Lika berpikir, "Gua harus relain yang mana ya? jus mangga atau milkshake coklat?" Lika menatap menu di depannya, "Mmm, jus mangganya juga gak jadi." "Loh, kenapa? bukannya tadi pengen jus mangga?" "Gak papa, nanti kekenyangan." "Gak bisa! Mas lanjutin aja pesanannya." "Ih, gak usah. Kan aku bilang gak papa," "Aku gak biasa liat kamu makan dikit. Mas, lanjutin aja, siapin sana." Pelayan cafe tersebut menunduk lalu pergi untuk memberikan pesanan kepada koki. Lika melirik Vina yang sejak tadi sibuk menyentuh rambutnya ke kiri dan ke kanan. "Nih orang mau jemur kain kali ye? sibuk bener tuh tangan ngibas-ngibasin kepala dari tadi," "Stalker," "Ah, iya!" Lika yang dari tadi memandangi Vina tersentak, ketika Jay memanggilnya. "K-Kamu gak kenapa-napa?" "Kenapa-napa apanya?" "Tadi, yang wadah berlian jatuh. Kamu gak kenak serpihan kacanya, kan?" "Oh, gak kok. Aman, Ya ... eh Khun," "Gak papa, panggil Yank aja, Vina udah tau kok, kalau kita pacaran." "Hah, beneran?" Lika menatap Vina. Vina tersenyum lalu kembali menyentuh rambutnya. "Iya, tadi aku kasih tau. Dia tetap ikut karena gak punya teman di rumah. Vina gak bisa temenan dengan sembarang orang." "Oh, gitu. Gak papa kok dia ikut. Aku senang malah, moga kita akrab yah Vin," Lika tersenyum ramah. Vina menghela nafasnya, lalu mengarahkan pandangan ke sekeliling, "Lama banget sih Phi pesanannya," keluh Vina. "Bentar lagi dateng kok. Sabar ya," jawab Lika menggantikan Jay. Vina menatap Lika, lalu tersenyum kecut. Lika membalas senyuman Vina dengan menampakkan barisan giginya. Makanan akhirnya disajikan. Lika menatap makanan yang berada di depan Vina, "Pantes dia langsing. Makannya daun, tapi kerbau juga makan daun sih, masih gendut juga tuh die. Kenapa yak?" Lika mulai memikirkan hal absurd. Sudah lama dia tidak memikirkan hal aneh seperti itu. "Sayang juga ikut-ikutan makan daun lagi. Ya ampun, ni orang bedua ulat kali yak." "Sayang, gak mau makan burger?" Lika menyodorkan burger kearah Jay. "Gak, aku udah kenyang." "Ih, masa makan segitu aja kenyang, kalau gitu makan kentang goreng aja." "Gak semua orang bisa makan berat. Makan berat itu gak sehat," Vina menatap Lika tajam. Lika menurunkan tangannya, lalu menaruh kembali kentang goreng ke piring di depannya, "Yank, aku ke toilet dulu yah," Lika beranjak lalu pergi menuju toilet. "Phi, kok bisa sih pacaran sama dia? lihat tuh, makannya banyak, gak sehat lagi. Trus kenapa gayanya dekil banget sih?" "Gak papa. Phi suka kok liat Lika makan banyak, trus gayanya emank begitu." "Phi beneran cinta ama dia?" "Cinta?" "Phi masih ragu, kan? pikirin sekali lagi. Vin cuman gak mau Phi nantinya menyesal." Jay terdiam. Melihat Vina di depannya dia menjadi ragu. Memang benar dia menyukai Lika, tapi apa dia mencintai Lika? atau hanya sebatas suka saja? Jay kembali menatap Vina. Gadis itu adalah orang yang dulunya dia cintai. Jay sangat mengagumi Vina, gadis pintar dan cantik itu telah mengisi hatinya selama bertahun-tahun. Tapi, bagaimana dengan Lika? Jay masih tak bisa meyakinkan dirinya bahwa dia mencintai Lika. Sampai saat ini, sepertinya Vina masih memegang peringkat senyuman nomer satu di hati Jay. "Yank, aku udah selesai ke toilet, hehehe," Lika cengengesan begitu tiba di tempat duduknya. "Kenapa itu mesti dilaporin segala?" Jay menggelengkan kepala. "Gak boleh ya? Sorry." Lika mengangkat tangannya, lalu mulai makan lagi. Lika makan dengan lahap. Spaghetti, steak dan kentang lenyap ke dalam perutnya. Lika adalah pemakan super. Ketika dia berusaha mengambil saus yang agak jauh darinya, tiba-tiba dia tak sengaja menyenggol jus mangga, jus tersebut tumpah dan mengenai pakaian Vina. "Aaa!" Vina berdiri sambil menjerit. "Maaf, gak sengaja," Lika mengambil tisu dan hendak memberikan tisu tersebut kepada Vina. Namun, Jay sudah lebih dahulu mengelap tangan dan baju Vina yang terkena tumpahan jus. "Stalker! lagi kan, kebiasaan banget sih, suka ceroboh!" Jay meninggikan suaranya. Lika terdiam lalu kembali duduk di kursi, "Maaf, gak sengaja," ucap Lika dengan raut wajah sedih. "Vin, kamu gak papa?" "Gak Phi, tapi baju Vin jadi kotor." "Ya udah, kita pulang aja ya, Stalker yuk pulang." "Tapi makanannya belum habis." "Lu gak liat nih, baju Vina kotor? stop makannya. Vin tunggu di mobil ya, Phi bayar dulu." Vina segera berlalu menunggu Jay di mobil. Sementara Lika masih terus mengunyah di mejanya, sambil menunggu Jay membayar, dia memasukkan semua makanan ke mulutnya dengan cepat, agar makanan tersebut habis dan tidak mubazir. *** Lika melambai-lambaikan tangannya begitu Jay pergi setelah mengantarnya ke rumah. Lika membuka pagar rumahnya dengan lesu, begitu masuk ke kamar, dia langsung menghempaskan dirinya ke tempat tidur. Berpikir dengan kepalanya yang tak begitu pintar. Dia memang bukan orang yang mudah tersinggung, tapi tetap saja. Saat Jay membentaknya di depan Vina Lika merasa sedih. Dia merasa dirinya begitu buruk dan selalu membuat masalah untuk Jay. Lika menatap potret Jay di dinding kamarnya. Potret berukuran 80 x 60 M itu, seperti menatapnya dengan tatapan jengkel. Seolah berkata, bahwa dia wanita bodoh, pembuat masalah yang memalukan. Lika mengacak-acak rambutnya. Lalu berguling sambil memukul-mukul tempat tidurnya dengan kaki. Karena frustasi. "Khun Jay kenapa sih? masa marahin Gua di depan tuh cewe. Ngeselin banget, Arg!" Lika menendang-nendang selimutnya, "Tenang, tenang Lika. Mungkin Khun Jay lagi sensian." Lika duduk bersila di atas kasurnya, lalu menarik nafas dalam dan menghembuskan nafas tersebut dengan pelan. Itu dia lakukan hingga tiga kali. "Sabar, sabar. Gua kan dari siang bikin masalah mulu, pantes Khun Jay marah. Ya udah santuy aja, jangan masukin ke hati. Okhe Lika, tenang ..." *** Jamy duduk di depan mejanya, dengan serius melihat berkas berisi beberapa foto hasil make over perpaduan warna kosmetiknya dengan tambahan berlian dari Methanan Group. Sesekali dia terbatuk, lalu meminum teh hangat yang tak lagi hangat karena dibiarkan terlalu lama. "Warnanya cerah and ceria banget," ucap Jamy sambil tersenyum. Dia menarik nafas dan mengangguk puas atas hasil yang didapatnya. "Jamy," Lika memasuki ruangan Jamy dengan lesu. Dia duduk di sofa, lalu menguap perlahan. "Lu kenapa lagi?" "Gak kenapa-napa. Kurang tidur nih," "Kok bisa? biasanya kan Lu ketemu bantal auto ngorok." "Gua lagi perang dingin ama bantal." "Halah, paling masalah ama Jay lagi," "Gak kok. Sok tau ih." "Udah sarapan belom?" "Ada makanan? mana, minta donk," "Nih ambil." Jamy menyodorkan kantong di depannya. Lika berdiri kemudian mengambil kantong tersebut. "Yes, gorengan." "Makan teros aja tuh gorengan, biar sehat," ucap Jamy nge-sarkas. "Ye, pan Elu yang beli." "Kalau Gua beli yang lain Elu gak bakal mau makan!" "Hehehe, iye gorengan paling enak dah, paling sehat." Lika baru saja menghabiskan satu buah bakwan, dan kini dia mulai memakan tahu isi. "Gua hari ini ada meeting. Lu pergi ama Mawes yah, liatin studio tempat kira ngadain show," "Lah, Gua mana ngerti apa-apa, njir." "Udah Gua beresin semua. Lu tinggal periksa ulang aja, sama pastiin detilnya, acaranya juga semingguan lagi, nanti kita tetap adain gladi, kok." "Oh, ama Mawes aja?" "Napa, Lu mau Jay ikutan?" "Ya, kalau bisa. Biar bisa kencan sambil kerja, kayak di drama-drama, hehehe." "Otak Lu emank gak beres. Mon maap ye, gak bakalan ada kencan sambil kerja. Mimpi aja." "Parah ih, bantuin kek Gua sekali-sekali." "Ogah! Ya udah pergi sana. Gua mau siap-siap." "Mau kemana?" "Ya meeting. Lu jangan lupa pergi ke gedungnya. Jam 10 Mawes udah di lokasi kok itu." Jamy, membereskan semua berkas di mejanya. Lalu bersiap untuk pergi ke Methanan Group. *** "Saya sudah pastikan semua, dan untuk modelnya kita pakai 6 model. Semuanya dari Methanan Ent." Jamy membagikan foto-foto para model yang sudah di make-up kepada Khun Thivat, Jay dan Juliana. "Bagus. Masalah pengeluaran Juliana akan urus. Jul, kerjain ini dengan baik. Kita punya anggaran besar untuk acara ini. Buat acaranya glamor dan heboh," ucap Khun Thivat kepada Juliana. "Baik, Khun," jawab Ijul dengan mantap. Jika berkumpul dengan Pak Pras dan Mawes, Ijuk adalah seorang penggosip dengan cara makan yang aneh. Tapi jika sudah menyangkut pekerjaan. Dia sangat bisa diandalkan, dia akan menjadi jenius yang serius dan selalu mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik. "Lalu siapa model utama untuk menampilkan riasan dan berlian yang mewakili perusahaan?" tanya Khun Thivat lagi. "Memangnya itu perlu? siapa yang mau naik ke panggung untuk menerima bunganya? sebaiknya jangan Aku. Aku tak suka menjadi sorotan," Jay bersandar ke kursinya dengan serius. "Ada Jamy. Karena ini kerjasama perusahaan kita. Dan Jamy yang merancang semuanya, tak masalah Jamy yang mewakili, bagaimana Jam?" Khun Thivat menatap Jamy sambil tersenyum. "Boleh saja. Tapi, aku sudah memikirkan model utama di panggung nanti." "Yang benar? siapa modelnya?" "Lika." Jawaban Jamy membuat Khun Thivat terdiam, dan Jay terbelalak. "Lu gila ya? Lika bukan model, dengan tinggi yang kayak gitu gimana bisa dia mewakili perusahaan," Jay melempar bulpen ke mejanya, agak kesal. "Dia tidak mewakili perusahaan. Tapi mewakili riasan yang ceria serta penampilan yang simple dan elegan. Gak ada yang cocok selain dia." "Tunggu dulu. Jay kebetulan Vina ada disini, bagaimana jika dia saja yang mewakili?" Khun Thivat menatap Jamy, "Bagaimana Jam? masalahnya, gaya Lika terlalu ..." "Tapi dia bisa di make over. Bukannya tujuan kita membuat projek ini untuk memberi gambaran, orang biasa bisa tampil luar biasa dengan produk kita? dan untuk riasan kali ini, saya benar-benar khusus terinspirasi dari Lika." "Tapi, Lika terlalu ceroboh. Gimana kalau dia bikin kacau acara?" Jay menatap Jamy tajam. "Jangan khawatir. Gua bakal jaga dia dan ngelatih dia." Jamy balas menatap Jay. Mereka saling memaki dengan tatapan masing-masing. "b******n nih tukang bedak. Apa maksud dia ngejaga Lika. Dia cewe Gua oy!" Jay mengepalkan tangannya geram. "Hah, urus aja sepupu Lu yang gak jelas itu. Lika biar Gua yang urus. Pacar apaan kek begini? masa gak mau ngedukung cewenya." Jamy memasang wajah yang menjengkelkan. Membuat Jay makin panas. "Tenang dulu. Masalah model utama kita bicarakan nanti saja," Khun Thivat berusaha mencairkan suasana. "Khun Thivat tetap ingin Vina yang maju, kan? Kalian keberatan dengan Lika, kan?" "Jam, saya udah bilang. Lika itu ..." "Vina tak cocok dengan tema riasan kita." "Bagaimana bisa gak cocok. Dia cantik dan tubuhnya bagus, semua riasan akan masuk padanya." "Iya, dia cantik dan bertubuh bagus. Tapi hanya itu. Dia tak punya daya tarik sama sekali." Khun Thivat menghela nafas, "Jam, jika seseorang cantik, dia pasti bisa menarik siapapun." "Itu bagi manusia yang hanya melihat visual. Sudah saya katakan. Riasan yang saya buat terinspirasi dari Lika. Bukan sekedar topeng pelapis wajah yang menyembunyikan kekurangan di dalamnya. Riasan ini bertujuan menaikkan rasa percaya diri seseorang. Mengubahnya dari batu menjadi berlian yang bersinar. Untuk Vina, dia tak perlu memakai riasan ini, karena dia sudah cantik. Image Vina itu dark. Sangat jauh dari kesan ceria dan biasa-biasa saja." "Vina bisa belajar, Aku akan sediakan pelatihan khusus untuk Vina," Khun Jay masih bersikeras. "Jam. Gaya Lika sangat tidak biasa, dan ... dia pecicilan. Gua gak mau dia menjadi malu di depan orang banyak." "Lu gak mau dia malu, atau Lu cuman mau nyelamatin diri sendiri?" Mendengar pernyataan Jamy, Jay terdiam. Khun Thivat menatap Jay kebingungan. Jay dan Jamy seperti musuh bebuyutan. Tapi, Khun Thivat masih belum tau apa penyebab semua itu. Jamy berdiri dari duduknya, dan membereskan semua berkasnya, "Gini aja. Kalian bisa persiapkan Vina, tapi aku tetap bakal majuin Lika. Jalan satu-satunya kita berdua harus naik panggung buat nerima bunga," Jamy menatap Jay. "Lu beneran gila ya, jika Vina disandingin ama Lika, Lika bakal kalah jauh!" "Gak bakal. Vina cuman cantik. Dia gak punya aura sama sekali. Lika? dia bisa melakukan apapun selama dia mau. Auranya akan bersinar mengalahkan Vina. Khun Thivat, segera pikirkan masalah ini. Aku sudah beri solusi yang mudah. Jay harus naik panggung, dan untuk masalah Lika, kalian jangan khawatir. Wanita boncel itu memiliki segudang pesona," Jamy mendekat ke telinga Jay, "Jika tidak, Lu gak kan mungkin bisa suka ama dia, sampe pacaran segala," bisik Jamy lalu menepuk bahu Jay dengan geram. Jay terdiam. Jamy mengangkat semua berkasnya, lalu membungkuj dan keluar dari ruang meeting. Jay menendang kursinya dengan kesal. Lalu ikut keluar. Sementara itu, Ijul tersenyum dan memulai obrolan grup dengan Pak Pras, dan Mawes. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD