Ngambek

1068 Words
Lika terbelalak ketika melihat Jay di rumahnya, tanpa suara sedikitpun, entah sejak kapan tiba-tiba Jay sudah berada disana. Lika langsung mendorong Jamy, dan berdiri dengan kakinya yang gemetar. "S-Sayang? kenapa tiba-tiba ..." Jay mendekat, lalu menarik Lika kearahanya, "Ngapain Lu megang-megang cewe Gua!?" Jay menatap Jamy kesal. "Megang-megang apaan, Gua cuman bantu biar dia gak ngungsep!" "Halah, alesan aja Lu!" "Lu kenapa sih njir. Datang-datang nuduh sembarangan, udah masuk gak pake permisi lagi," "Ngapain Gua permisi? ini rumah pacar Gua!" "Bukan berarti Elu bisa masuk seenaknya Bangke! sopan santun Lu dimana!?" "Elu ..." "Woy!" Lika akhirnya berteriak karena frustasi mendengar Jay dan Jamy adu mulut, "Tenang juragan-juragan. Kalian kenapa jadi naek tensi begini?" Jamy melempar gulungan kertas di tangannya, lalu duduk dengan kesal, "Ncel, urus tuh pacar Lu! gak tau adab banget." "Apa Lu bilang!" "Stop!" Lika menahan Jay. Dia melepas high heel-nya, lalu segera menarik Jay ke beranda rumah. "Sayang, kenapa datang-datang ngamuk sih? Aku ama Jamy lagi latihan," "Latihan? latihan apa pegang-pegangan kayak gitu!" "Mana ada ih pegang-pegangan. Tadi itu aku mau jatuh, trus ditangkep ama Jamy." "Oh gitu? Lu pikir Gua percaya?" "Kok gak percayaan sih, Jamy kan sahabat sekaligus bos Aku. Dia ngajarin juga demi perusahaan loh," "Pasti dia ada niat lain-lain!" "Ya ampon, kan Aku udah sahabatan ama dia dari lama. Tenang aja ih, Aku kan Bucinnya Ayank. Gak bakal dah aku pindah hati," Lika menyenggol bahu Jay. "T-Tapi dia megang-megang Elu!" "Hg ... Sayang cemburu ya? hihihi sama Jamy aja cemburu, rugi tau gak sih," "Ya cemburulah! mana ada cowo gak cemburu liat cewenya dipegang orang lain!" Lika mencubit pipi Jay dengan kedua tangannya, "Aiyaa ... ucul banget sih Sayang aku kalo cemburu. Hehehe, tenang aja. Aku gak bakal berpaling kemana-mana. Aku Lika Miana menyatakan, hanya akan mencintai Jay Suppasit seorang, selamanya!" Lika tersenyum sambil menepuk bahu Jay. "Bisa aja Lu. Awas ya kalau bohong," Jay menatap Lika sambil cemberut. "Gak bakal. Chan sanya (Aku janji)," Lika mengangkat jari kelingkingnya. "O-Okhe, ehem," Jay ikut mengangkat jari kelingkingnya dengan canggung. Mereka kemungkinan mengaitkan kelingking mereka lalu kembali masuk ke dalam rumah. "Udah selesai dramanya?" ucap Jamy begitu melihat Jay dan Lika masuk. "Jam, jangan mulai de," Lika menggelengkan kepalanya kearah Jamy, Jamy menghela nafas, lalu membuang muka. "Udah selesai, kan? latihan absurd kalian? Yuk kita keluar," Jay menarik tangan Lika. Lika menahan tangannya, membuat Jay terhenti. "Belum selesai, Yank. Kami baru latihan bentar." "Halah, begituan gak perlu pake latihan segala! yok keluar!" "J-Jam ..." Lika menatap Jamy sambil cengengesan. "Suka-suka kalian!" Jamy mengambil kemeja di sampingnya, lalu segera pergi meninggalkan Lika dan Jay. "Jam! besok lagi ya! jangan ngambek." "Apaan sih, peduli amat dia ngambek apa gak, gak penting banget," "Bukan gitu. Jamy udah banyak bantuin aku Yank. Lagian dia bos Aku, kalau dia ngambek, ntar gaji Aku dipotong, hehehe." "Alesan!" "Jangan cemberut gitu donk, katanya mau jalan, yuk otewe yuk." "Hm," Jay berlalu tanpa basa-basi diikuti Lika dengan senyum khas di wajahnya. *** Tok-tok-tok, "Jam, boleh masuk, gak?" Lika menjulurkan kepalanya dari balik pintu. Jamy tak menggubris Lika. Lika menyadari bahwa Jamy marah, karena Lika pergi keluar bersama Jay di tengah latihan semalam. Lika perlahan membuka pintu agak lebar. Lalu berjalan kearah Jamy yang pura-pura sibuk dengan dokumennya, "Jam ... udah sarapan?" Lika bertanya dengan hati-hati. Jamy tetap tak menjawab, dia malah memutar kursinya, duduk membelakangi Lika. "Aku bawa kue nih, makan ya," ucap Lika sambil menaruh kantong plastik di meja Jamy. "Jam, Jamy ..." "Berisik! keluar sana!" "Masih marah ya?" "Bodo!" "Jam ... liat Gua dulu," "Ude Gua bilang keluar! kerjain kerjaan Lu yang bener. Ngapain sih, pagi-pagi ke ruangan Gua!?" "Ih, kok ngomongnya gitu sih. Jahat banget," "Elu itu ..." Jamy berputar dan terdiam selama beberapa saat. Ada sedikit keanehan dari penampilan Lika, "Kapan Lu jadi setinggi ini?" Jamy berdiri karena penasaran. Tampak Lika berdiri sambil memakai high heel-nya. Jamy tersenyum tipis lalu berdehem, "Ngapain pake high heel segala?" "Kan Lu bilang Gua mesti biasain make ini, jadinya Gua pake ke kantor." "Sejak kapan Lu dengerin omongan Gua?" "Sejak tadi malam, hehehe. Belum sarapan kan Lu? nih makan," Lika mengambil kantong plastik yang berisi kue di atas meja. Lalu memberikan kepada Jamy, dia kemudian menyeret kakinya yang agak pincang lalu duduk di sofa. "Kaki Lu napa?" "Pegel tau! make high heel dari semalam, trus ditambah sekarang juga." Jamy duduk di depan Lika, lalu memeriksa isi plastik di tangannya, "Kuenya cuman dua doank?" "Sebenarnya beli lima, tiganya udah Gua makan. Laper sih," "Huu, dasar," Jay mengambil dadar gulung yang khusus dibelikan Lika untuknya. Lika tahu Jay tak suka gorengan, dia lebih suka kue basah yang manis dan agak gurih. Jay melihat Lika yang menggosok-gosok betisnya karena pegal. Kakinya juga tampak memerah, maklum saja. Wanita urakan ini tak biasa memakai high heel. "Buka aja sepatunya, nanti pake lagi," ucap Jamy setelah menghabiskan dadar gulungnya. "Tapi acaranya bentar lagi, trus Gua belom bisa jalan yang bener." "Nanti latihan lagi. Oh iya, nanti kita ke butik ya, gaun buat show udah jadi." "Gak panjang-panjang banget kan gaunnya? takot keinjak njir, ntar Gua kejengkang di atas panggung malu dah satu perusahaan." "Nanti dicoba dulu, lagian kan udah ukuran Elu." "Trus nanti makan di restoran yak, Gua pen makan daging yang banyak." "Yaelah, makan nasi padang aja." "Ih pelit. Gua kan udah beliin Lu kue," "Anjiru, kue cuman dua rebu doank, dia minta traktir daging seharga dua ratus rebu. Besok-besok gak usah beliin Gua kue lagi!". "Hahaha, Gua beneran pengen makan daging nih. Ya beliin ya, ayo donk. Jamy ganteng," "Iya, iya! bawel." "Aseek." *** Pukul dua siang, Lika dan Jamy selesai mengambil gaun di butik. Lika latihan beberapa kali di butik tersebut dengan mengenakan gaunnya. Lika akhirnya kelelahan dan tak sanggup memakai high heel lagi. Disinilah dia, berkeliaran di mall sambil menenteng es krim dengan telanjang kaki. Jamy mengikutinya kesana-kemari sambil menenteng high heel. Hal seperti ini sudah biasa bagi Jamy. Jangan saat mengenakan high heel saat memakai sandal jepit saja, Lika kadang melepasnya karena dia tak suka kakinya kegerahan. Dia sebenarnya sangat sering berjalan tanpa alas kaki, dan Jamylah yang bertugas menenteng sepatu atau sandalnya. "Jam, langsung makan yak? laper banget. Lapeeer," "Iya, habisin dulu es krim Lu." "Beres," Lika yang tadinya berjalan mundur, kemudian berbalik. "Aaa!" tiba-tiba Lika menabrak seseorang, es krimnya menempel di pakaian orang tersebut. "Maaf, gak se ... nga ... eh, Elu?" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD