Tatapan Manis

669 Words
Lika sangat sibuk pagi itu. Sudah hampir setengah jam dia mengompres Jay. Namun, demam Jay belum juga turun. Lika kembali membasahi kompres yang sudah setengah kering, dan kembali meletakkannya di dahi Jay. "Gak bisa begini terus, kita ke rumah sakit aja," "Aku baik-baik aja ..." "Baik-baik gimana? masih panas gini, bentar Aku cariin taksi," Lika beranjak, namun kemudian terhenti karena Jay menggenggam tangannya. "Lika Miana ..." Jay menatap Lika dengan wajahnya yang agak pucat. "K-Kenapa lagi?" Lika menatap Jay lekat, "Ya ampon nih makhluk. Sakit aja masih ganteng," "Lika Miana," "Iye, kenapa elah, manggil-manggil mulu," "Nama kamu bagus juga ternyata," Jay tersenyum. Lika seketika merona, seolah demam Jay berpindah kepadanya, wajah Lika berubah menjadi panas, dan telinganya memerah. "Idih, apaan sih. Lagi sakit juga. Tunggu sini, Aku cari taksi dulu!" "Mobil Aku kan ada." "Trus yang bawa siapa? Lao Wen?" Lika menunjuk ikan cupang yang ada di atas meja, di sudut sofa. Ikan berwarna merah biru tersebut, dibeli Lika dengan harga lima belas ribu rupiah di pasar, saat putus cinta dari Jay, dan menamakannya Lao Wen. Lika sama sekali tak bisa menyetir mobil, dan pasti Lao Wen juga tak mungkin bisa diandalkan. Jay tak bisa banyak bicara lagi. Kepalanya terasa berat. Beberapa detik kemudian, pandangannya mulai kabur, dan ... Jay pingsan. "Khun Jay, Khun Jay!" Lika menepuk-nepuk pipi Jay. Melihat Jay tak terbangun, Lika menarik nafas dalam, lalu menggendong Jay di punggungnya. "Ampon, ampon, berat banget nih human," Lika mengomel, sambil berjalan sekuat tenaga, "Anjirr, encok nih pinggang Gua. Khun Jay ... bertahan ya, yok bisa yok, argh!" Lika menggertakkan giginya, bersusah payah membawa Jay keluar rumah, "Mana nih taksi, taksi! oy cepetan lewat. Gempor nih Gua!" Lika mendudukkan Jay di samping mobil Jay yang terparkir di luar pagar, lalu berlari ke arah jalanan, mencari taksi yang lewat. Beberapa menit kemudian, tampak sebuah taksi berjalan pelan. Lika berlonjak-lonjak sambil melambaikan tangannya. "Pak, berhenti!" Taksi tersebut akhirnya berhenti, Lika berlari, lalu mengetuk-ngetuk kaca mobil berwarna biru tersebut. "Pak! bantuin saya donk, darurat nih, darurat!" "Kenapa, Neng?" tanya sopir taksi tersebut, setelah membuka pintu. "Bantuin angkat temen saya Pak, pingsan tuh dia, kita ke rumah sakit." Supir taksi tersebut bergegas membantu Lika membopong Jay, "Khun Jay, bentar lagi kita nyampe, jangan otewe ke atas dulu yak." Sesampainya di rumah sakit. Perawat dan Dokter langsung memeriksa Jay. Dokter senior di tempat itu, ternyata mengenali siapa Jay, dia memeriksa Jay dengan seksama, lalu menyiapkan kamar VIP untuk Jay. "Dok, Khun Jay gak papa, kan?" Lika yang cemas mengikuti Dokter kesana-kemari, memastikan keadaan Jay. "Gak papa. Panasnya emank tinggi, ini kita infus dan kasih obat penurun panas ya," "Tapi beneran cuman demam biasa, kan? gak ada penyakit aneh lain, kan?" "Gak ada. Tenang aja." "Wuah! Aku kira Khun Jay bakal otewe, kaget akuh tuh," Lika mengelus d**a karena lega. "Ya udah, kamu temenin gih, nanti kalau ada apa-apa langsung info saya aja." ucap Dokter dengan kacamata bulat dan wajah tenang yang kinclong tersebut. "Oghey. Makasih Dokter," ucap Lika lalu bergegas masuk ke ruangan dimana Jay dirawat. Sesampainya di ruangan itu, Lika perlahan mendekati Jay. Dia duduk sambil menatap Jay dengan sendu. "Untung penyakitnya cuman demam. Biasanya kan penyakit orang kaya aneh-aneh namanya," Lika menarik nafas lalu melihat sekeliling, "Wah, jadi ini ruang VIP? ude kayak hotel aja. Sultan emank beda," gumam Lika, lalu kembali menatap Jay, "Cepat sembuh ya buaya ganteng, walopun Khun Jay buaya, tapi aku tuh tetep cinta, tetep khawatir hiks," Lika menunjukkan ekspresi sedih yang dibuat-buat. Sekitar lima menit kemudian, Lika yang memang kurang tidur, akhirnya mengantuk dan tertidur di samping Jay. Namun, jangan dikira suasana akan sunyi. Karena dengkuran Lika memenuhi ruangan itu, seolah lagu pengantar tidur. Satu jam kemudian, Jay akhirnya terbangun, dia menyipitkan matanya, perlahan pandangannya mulai jelas. Dia menatap Lika yang tertidur di sampingnya. Wanita itu mendengkur keras dan hampir mengeluarkan liur dari mulutnya. Jay tersenyum, lalu mengelus kepala Lika pelan. "Ini cewe asalnya dari mana, sih? ancor banget kelakuannya," gumam Jay. Masih menatap Lika dengan tatapannya yang manis TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD