Nama yang disebut oleh Amanda terdengar asing di telinga Zefanya. Ia tidak pernah mendengarnya meski sudah beberapa tahun tinggal di New York. Permintaan adik tirinya ini sungguh di luar dugaan, menikah dengan orang tak dikenal ... “Entahlah, Amanda. Aku tidak tahu.”
Amanda mendengkus, mengembus kasar, lalu berucap. “Ya, sudah. Kalau kamu tidak mau, juga tidak apa-apa. Aku tetap akan melarikan diri bersama Armand. Aku hanya memikirkan nama baik keluarga Giovanny. Makanya, aku memintamu untuk menggantikan aku.”
“Lagipula, kamu membutuhkan uangnya, bukan? Kalau memang tidak mau, silakan pergi dari apartemenku. Silakan mencari uang sebanyak itu entah di mana untuk melunasi hutangmu pada lintah darat. Semoga rumah peninggalan ibu kandungmu masih bisa diselamatkan.”
Zefanya kembali terdiam, berpikir keras. ‘Apa kemungkinan terburuk di sini? Sean Lycus ... aku belum pernah mendengar namanya. Tapi, Amanda bilang, dia seorang mafia terkuat di New York. Berarti, aku akan tetap tinggal di kota itu. Hidupku tidak akan mengalami perubahan.’
‘Lalu, karena dia mafia, berarti dia sama saja dengan Ayah, Paman Massimo, dan yang lain. Mereka semua juga mafia. Berarti aku sudah mengerti dunianya, tidak akan terkejut dengan perilakunya, bisa mengantisipasi berbagai hal.’
‘Kata Amanda, pernikahan ini supaya bisnis berjalan lancar. Dia tidak mungkin menyakitiku. Kalau dia menyakiti aku, maka bisnis akan batal, dan dia sendiri yang rugi. Lagipula, kalau aku disakiti, masih ada Paman Massimo yang bisa kujadikan tempat mengadu. Pamanku itu pasti mau menolong, bukan?’
Ia terus berpikir, menimbang-nimbang hingga sekian menit berlalu. Amanda dan Armand bolak-balik saling bertukar pandang, menanti jawaban.
Ponsel Zefanya tiba-tiba berbunyi, ia mengambil dari dalam tas. Di layar tertulis sebuah nama yaitu b******n Sialan. Ia menamai lintah darat yang memeras bunga tinggi darinya dengan nama tersebut. Jantung berdegup kencang, jika diangkat pasti hanya akan diingatkan untuk jangan lupa membayar pokok hutang beserta bunga.
‘Sial! Dia lagi! Ah, sudahlah! Aku harus mengambil keputusan!’
Ia mendongakkan kepala, lalu berkata pada Amanda. “Aku setuju menggantikanmu! Tapi, dengan syarat, transfer uangnya ke rekeningku sekarang juga.”
Namun, Amanda menggeleng. “Aku tidak bisa. Seperti yang kamu katakan di awal, kita bukanlah kakak dan adik seperti yang dikira oleh orang-orang. Kamu bisa saja menerima uang itu dan kabur. Kamu menikah dulu dengan Sean Lycus, baru aku akan membayarmu.”
“Kamu juga bisa saja membohongiku. Setelah aku menikah, kamu bisa saja tidak membayarku. Bagaimana kalau berikan aku 50% dulu, dan sisanya setelah aku menikah? Kalau kamu tidak membayarku, maka aku akan mengajukan cerai pada Sean Lycus!”
Amanda tersenyum, “Deal! Aku akan mengirim $50.000 kepadamu sekarang juga. Tunggu,” angguk sang adik, kemudian kembali masuk ke dalam kamar.
Beberapa menit kemudian, ia keluar lagi dan berkata, “Cek rekeningmu, aku sudah mengirim uangnya.”
Zefanya terbelalak, cepat mengecek apakah benar uang itu sudah masuk. Ia tersenyum lebar saat melihat saldo rekeningnya bertambah sebanyak $50.000.
“Aku akan pergi nanti malam, Zefa. Nomor ponselku tidak akan aktif lagi. Tapi, aku sudah menyimpan dengan aman nomormu. Begitu kamu menikah dengan Sean Lycus, aku akan menghubungimu dan mengirim sisanya.”
“Oke! Aku percaya padamu, jangan kecewakan aku, ya? Aku ... semoga kamu menemukan kebahagiaanmu bersama Armand,” ucap Zefanya lirih memandang sang adik tiri. “Uhm ... satu hal lagi yang aku butuh darimu.”
“Apa?” tanya Amanda kembali tegang.
“Aku butuh sepatu ...,” seringai sang kakak terkikik.
***
Sementara itu, lelaki yang bernama Sean Lycus sedang bersiap untuk pergi dari kamar hotelnya untuk menemui seseorang. Ia memperhatikan wajah tampannya di kaca.
“Fuuck, dia melempar sepatunya dengan sangat keras ke wajahku sampai menimbulkan memar sedikit di kening. Wanita sialan! Bisa-bisanya dia berteriak dan melempar sepatu hak tinggi kepadaku!” desisnya masih emosi dengan kejadian pagi tadi.
“Kalau sampai aku bertemu dengannya lagi, aku akan menyeretnya ke atas kasur! Dia harus membayar perbuatannya yang sudah mengotori jas Armani-ku, dan karena sudah membuat dahiku memar terkena hak sepatu!”
Pintu diketuk dari luar, suara bodyguard-nya memanggil. “Tuan, kita berangkat sekarang?”
“Ya, Claudio!” sahut Sean kemudian keluar dari kamar tidurnya.
Tubuh setinggi 190 cm itu berjalan gagah dengan jas hitam membalut tubuh maskulin. Sesekali mengusap dagu yang dihiasi janggut tercukur rapi berbentuk kotak, mengelilingi bibir.
Bodyguard itu bertanya sembari melangkah menjejeri Tuannya, “Jadi, apa Tuan sudah memutuskan?”
“Ya, aku sudah memutuskan.” Sean mengangguk pelan.
“Dan keputusannya adalah ...?”
Menghela satu napas panjang dan berat, mafia itu menjawab, “Demi mempertahankan kedudukanku sebagai pemegang kepemimpinan Klan Lycus di New York, aku akan menuruti para tetua dan menikah dengan Amanda Giovanny.”
***
Zefanya yang sudah kembali ke kamar hotelnya kini sedang memandangi jalanan kota Milan dengan lampu kota yang cantik dari balik kaca jendela. Ia merasa lega karena sudah mendapat uang untuk melunasi separuh hutangnya pada lintah darat breengsek di New York.
Paras cantiknya kini termenung membayangkan sendiri seperti apa rupa lelaki bernama Sean Lycus yang akan dijodohkan kepadanya. Lelaki macam apa?
“Apa dia tampan? Apa dia gagah? Kira-kira dia baik atau tidak? Aku tidak pernah mendengar namanya selama ini,” gumam sang wanita.
Mendadak, ada yang mengetuk pintu hotelnya dan ia sudah bisa menduga siapa. Begitu dibuka, nampaklah dua orang berbadan besar yang sudah sangat dikenal.
“Selamat malam, Nona Muda Giovanny. Tuan Pedro menunggu Anda di rumahnya. Silakan kemasi semua barang Anda saat ini juga dan ikut dengan kami,” ucap bodyguard kepercayaan sang ayah.
“Semua barangku? Maksudmu, aku tidak kembali ke hotel lagi?” tanya Zefanya.
“Betul, Tuan Pedro menginginkan Anda untuk tinggal di rumahnya malam hari ini. Saya mohon, sekarang kemasi barang-barang Anda. Kata Tuan Pedro, kalau saya tidak berhasil membawa Anda pulang, lebih baik saya tidak usah pulang sekalian.”
“Hmm, baiklah,” angguk Zefanya. Ia sudah bisa menduga kalau kepergian Amanda telah diketahui oleh ayah kandung dan ibu tirinya. Pasti dua orang itu sedang kebingungan. “Tunggu di luar, aku akan mengepak semuanya.”
***
Sampai di rumah yang menyimpan begitu banyak kenangan masa kecil, Zefanya melangkah masuk dengan hati berdebar. Perjanjiannya dengan Amanda memang gila, tetapi mau apa lagi secara dia juga membutuhkan uang dalam waktu cepat.
“Tuan Pedro sudah menunggu Anda di ruang tamu keluarga,” ucap bodyguard mempersilakan Nona Mudanya untuk memasuki ruangan yang dimaksud.
Baru saja melangkahkan kaki, bentakan Ayahnya sudah terdengar. “Duduk!”
Zefanya mengangguk, lalu duduk di sebuah kursi kayu yang berseberangan dengan ayah kandungnya. Mereka saling memandang dengan sorot tidak hangat.
“Bisa-bisanya kamu membuat pertukaran ini! Kamu pikir, kamu siapa, hah! b******k! Memalukan!” Pedro menggebrak meja hingga beberapa hiasan di atasnya bergerak.
Napas Zefanya sontak terengah karena dimaki begitu. “Aku hanya menerima tawaran itu karena memang aku membutuhkan uangnya! Kalau saja Ayah mau meminjamiku, semua ini mungkin tidak akan terjadi!” sergahnya membela diri.
“Amanda sudah kabur dari rumah dan dia benar-benar pintar bersembunyi! Aku sudah mengerahkan orang untuk mencarinya sejak tadi sore dan dia tidak ditemukan! b*****t! Kamu benar-benar b*****t, Zefanya!”
“Apa salahku pada Ayah? Sejak dulu Ayah begitu membenciku! Ibu pergi dari rumah ini membawa aku dan kakak-kakakku karena Ayah berselingkuh dengan Lilith!”
“Kecelakaan di jalan raya itu juga karena anak buah Ayah mengejar dengan membabi buta hingga Ibu panik dan menabrak truk dari arah berlawanan!”
“Ibumu telah membunuh kedua kakak lelakimu saat tabrakan! Kenapa tidak kamu saja yang mati waktu itu! Anak perempuan tidak berguna!” maki Pedro makin kasar.
Zefanya tersengal, ingin menangis, tetapi ditahan. Ia sudah berprinsip bahwa air matanya terlalu berharga untuk diteteskan bagi seseorang seperti Pedro Giovanny. “Aku tak berguna? Tebak siapa yang sekarang menggantikan Amanda, hmm?”
“Oh, ya! Aku yang menggantikannya dan menyelamatkan nama baik keluarga Giovanny b******k ini! Aku! Aku yang menyelamatkan nama baik Ayah!” desisnya tersenyum sinis. “Aku, anak brengsekmu yang tidak ada gunanya ini yang menggantikan Amanda tersayang menikah dengan Sean Lycus.”
“Sekarang, jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, aku mau tidur!” Zefanya berdiri, bersiap untuk meninggalkan ruangan.
Pedro terengah dan wajahnya memerah, “Besok jam 10 pagi kamu akan menikah dengan Sean Lycus. Kita berangkat ke lokasi pernikahan pukul 5 pagi. Rahasiakan semua ini dari siapa pun juga!”
“Jika kamu membocorkan masalah pergantian ini, aku akan menculik saudara sepupumu di New York yang masih kuliah itu dan menjualnya ke rumah bordil. Paham?” ancam Pedro.
Zefanya mengangguk, “Aku sangat paham bahwa Ayah memang seorang monster! Permisi!” desisnya, lalu cepat pergi dari ruangan.
***
Pukul lima pagi, wanita berambut cokelat sudah berangkat dari rumah menuju lokasi pernikahan. Ayahnya bahkan tidak mau menaiki mobil yang sama dengan dia. Lelaki itu tetap bersama Lilith dan kedua anak lelaki hasil pernikah mereka –adik tiri Zevanya.
Sepanjang dirias, matanya menatap kaca dengan nanar. ‘Tidak pernah terpikirkan aku akan menjadi istri seseorang dalam waktu secepat ini. Aku bahkan tidak mengenal siapa calon suamiku!’
‘Kenapa jaman seperti sekarang, orang masih percaya dengan perjodohan bodoh begini, hah?’
Penata rias sedang menggelung rambut cokelat panjangnya ke atas, lalu menyematkan tiara mungil. Sambil melakukan itu, ia tertawa pelan, setengah berbisik, “Aku mengucapkan selamat karena calon suamimu sangat tampan!”
Zefanya mengerutkan kening, “Tahu dari mana?”
“Aku sudah melihatnya tadi di ruang rias laki-laki. Dia sungguh gagah! My God! Tubuhnya tinggi besar, macho, jantan sekali!” bisik sang perias dengan mata berbinar.
“Kira-kira, dia baik atau jahat?” tanya Zefanya menahan napas.
“Wajahnya nampak dingin, tapi juga dewasa dan bertanggung jawab.”
“Usia berapa?”
“Uhm ... mungkin di atas 35 tahun.”
“The hell?” pekik Zefanya tertahan. “35 tahun? Aku masih 25 tahun!” engahnya.
Perias kembali tertawa, “Usia bukan masalah! Yang penting adalah bagaimana dia memperlakukanmu, itu saja. Dan berhubungan dengan lelaki matang sepertinya ... uuuhhh, aku yakin dia akan memuaskanmu di atas ranjang!”
“Hey! Kamu ini bicara apa?” geram Zefanya memutar bola mata ke atas.
Mereka tak berbincang lagi karena sekarang giliran perias wajah yang sudah datang dan memulaskan make up ke wajah nyaris sempurna sang wanita. Ia terdiam dan terus memikirkan masa depannya bersama seseorang yang bernama Sean Lycus.
‘Aku tidak tahu apa-apa tentangnya. Semoga saja dia bukan psycho! Dan semoga saja dia bukan tipe lelaki yang suka mengambil kesempatan dari wanita mabuk. Seperti lelaki di hotel itu, b******n kurang ajar! Dia mengambil keperawananku saat aku mabuk! Semoga dia dikutuk menjadi batu!’
***
Waktu yang dinanti tiba, Pedro masuk ke dalam ruangan untuk mengantar putri pertamanya ke altar. Sambil berjalan berdua, ia berbisik, “Kalau ada yang tanya kenapa bukan Amanda Giovanny yang menikah, kamu jawab bahwa aku melakukan pertukaran ini karena kamu putri pertamaku.”
“Katakan pada mereka bahwa aku mendahulukan kamu daripada Amanda. Jangan sampai masalah dia kabur dengan pacarnya terdengar keluar. Kalau kamu sampai buka suara, aku tidak akan mengakuimu sebagai anakku lagi. Aku akan mencoretmu dari daftar warisan, dan melarangmu menggunakan nama Giovanny sampai kapan pun juga!”
Zefanya tersenyum getir, lalu menoleh kepada ayahnya. “Oh, please? Mencoretku dari daftar warisan? Aku yakin namaku memang tidak pernah ada dalam daftar warisan ayah sejak lama,” kekehnya sinis.
“Dan melarangku memakai nama Giovanny, apa Ayah lupa namaku akan segera berganti menjadi Zefanya Anelda Lycus dalam sekian menit ke depan?”
“Tenang saja, Ayah. Aku masih tahu bagaimana menjaga nama baik keluarga kita, meski yang kuterima dari Ayah hanyalah penghinaan, makian, dan bentakan,” tukasnya menahan engah.
Pedro hanya diam dan berlagak tidak mendengar apa pun ucapan putrinya. Menggandengn tangan Zefanya seperti sekarang pun membuatnya menjerit kencang dalam hati. Setiap ia memandang wajah sang perempuan, ia teringat kepada istri yang telah meninggal dengan tragis dan itu membuatnya hancur.
Mereka berada di sebuah chapel tua yang cukup besar. Dari jendela bisa terlihat banyak mobil mewah parkir di halaman, pasti itu semua adalah keluarga besar Lycus dan Giovanny yang datang.
Memakai gaun putih panjang yang memiliki juntaian kain dari kepala hingga satu meter di belakang tumit, Zefanya mulai memasuki chapel berbarengan dengan diiringi lagu pengantin serta paduan suara megah.
Seluruh baris kursi di gedung itu terisi penuh manusia. Semua mata memandang kepadanya dan berdecak kagum atas kecantikan yang ia miliki.
Pun dengan seorang lelaki yang semakin lama semakin terbelalak saat menyadari siapa calon istrinya. ‘Fuuck me! Dia calon istriku? Katanya aku menikahi Amanda Giovanny? Dia ... dia si pelempar high heels! Hey, dia ... bukankah namanya Zefanya Anelda? Shiit! Siapa perempuan ini!’
Sama dengan Zefanya, saat melihat sosok lelaki yang sedang menunggunya di altar, dia pun sontak ingin pingsan seketika. ‘Lelaki b******n brengsekk yang tidur denganku di hotel kemarin ... adalah Sean Lycus?'