Bab 11

2076 Words
Pertengkaran pertama mereka, dan Alicia merasa dunianya sudah tak utuh lagi. Adam tak berbicara selama mereka di atas motor. Begitu juga ketika mereka sudah sampai di halaman rumah keluarga Jones. Adam langsung pamit pulang tanpa memberikan ciuman selamat malam seperti yang selama ini dilakukannya kalau mereka berpisah. Alicia menggeleng kuat, menggigit bibir melihat punggung Adam yang semakin lama semakin terlihat mengecil. Dan setelah Adam tak kelihatan lagi, barulah Alicia memasuki rumah dengan berlari. Ia juga tidak menyapa Bibi Jo yang menegurnya dari dapur. Ia ingin cepat-cepat berada di kamarnya dan menangis sepuasnya di sana. Alicia langsung mengunci pintu kamarnya begitu ia tiba. Ia yakin, Bibi Jo pasti akan menyusulnya ke atas karena ia tak membalas sapaannya tadi. Sebagai seorang Bibi, Bibi Jo terlalu peka. Bibi Jo tahu saat ia sedang ada masalah. Seperti sekarang. Tak lama, terdengar ketukan di pintu kamarnya. Dugaan Alicia tak meleset, Bibi Jo menyusulnya. "Sayang, ada apa?" Pertanyaan Bibi Jo hanya membuat tangis Alicia semakin deras. Gadis itu menutup mulutnya menggunakan kedua tangan untuk meredam isak. "Apakah kau baik-baik saja, Alicia?" tanya Bibi Jo sambil tangannya kembali mengetuk pintu kamar keponakannya yang terkunci. Tadi sore saat akan pergi menemui kekasihnya, ia masih melihat kegembiraan di wajah cantik Alicia. Tapi sekarang, Alicia pulang sambil menangis. Pasti ada sesuatu yang terjadi saat mereka bertemu. "Sayang, apa yang terjadi?" Bibi Jo masih berada di depan pintunya, Alicia yakin. Meski tak lagi mengetuk pintu, Bibi Jo belum menjauh dari kamarnya. Alicia semakin menejan kuat tangan yang menutupi mulutnya, ia khawatir kalau-kalau Bibi Jo mendengar tangisannya. "Berceritalah pada Bibi kalau kau mempunyai masalah, jangan dibiarkan sendiri." Jeda. Tapi Alicia yakin kalau Bibi Jo masih berada di depan pintu kamarnya. Menunggunya untuk membukakan pintu. Bibi Jo menundukkan kepala. Percuma membujuk Alicia untuk membuka pintu. Alicia tidak akan membukanya sampai besok pagi. Ia sangat mengenal keponakannya yang sangat keras kepala. "Bibi turun ke bawah dulu. Kalau kau lapar turun lah. Bibi akan menunggumu di bawah." Bibi Jo mengembuskan napas sebelum kembali bersuara. "Bicaralah pada Bibi kalau kau membutuhkan teman untuk berbagi. Bibi akan mendengarkanmu dengan senang hati." Setelah itu Alicia tidak mendengar suara Bibi Jo lagi. Bibi Jo benar-benar sudah turun ke lantai bawah. Alicia mengembuskan napas lega, setidaknya Bibi Jo tidak memaksanya untuk membicarakan masalah ini. Saat ini ia hanya ingin sendiri. Ia tak ingin diganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang kemungkinan besar hanya akan memojokkannya. Alicia berjalan gontai menuju tempat tidurnya yang terletak di tengah-tengah ruangan. Bukan tepat di tengah ruangan. Tempat tidur itu menempel di dinding kamar di bagian tengah sehingga Alicia merasa kalau tempat tidurnya berada di tengah ruangan. Dengan setengah melompat Alicia menaiki tempat tidurnya. Alicia membenamkan wajah pada bantal agar isakannya teredam. Ia tak ingin mengganggu Bibi Jo dengan isakannya. Entah berapa lama Alicia menangis. Yang pasti ia terbangun saat sinar matahari pagi menerpa wajahnya. Sepertinya ia kelelahan karena menangis sampai tertidur tanpa sadar. Bahkan posisinya masih sama seperti tadi malam. Menelungkup. Alicia mengerjap, membenarkan posisi berbaringnya menjadi telentang. Untuk beberapa saat Alicia kembali memejamkan mata. Ia merasa sedikit pusing ketika matanya terbuka. Kamarnya juga serasa berputar. Mungkin karena tadi malam ia tidak makan malam. Ditambah lagi ia terus menangis sampai waktu yang ia tidak sadari. Sehingga kepalanya juga berdenyut. Sepertinya ia memerlukan aspirin. Alicia mencoba untuk duduk, perlahan. Tangannya terulur menggapai laci nakas, mencari kotak obat yang tersimpan di sana. Alicia menemukannya dan segera mengambil aspirin untuk kemudian meminumnya. Sungguh kepalanya masih berdenyut, juga pusing itu masih dirasakannya. Tetapi ia harus membersihkan diri. Tertatih Alicia menuju kamar mandi. Untungnya kamar mandi berada di dalam kamarnya, sehingga Alicia tidak kesulitan untuk mencapainya. Alicia menggigit bibir melihat mata sembabnya di dalam cermin. Hidung dan pipinya semakin memerah, padahal ia tidak demam. Efek menangis yang ditimbulkan pada wajahnya memang seperti ini. Selain mata sembab yang merupakan ciri umum orang-orang setelah menangis tentu saja. Seperti biasa, Alicia tidak pernah menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi. Ia tidak terlalu suka dengan segala perawatan di dalam kamar mandi. Kulitnya agak sensitif dengan dingin, akan menimbulkan bercak merah kecil seperti bekas digigit nyamuk. Dan itu akan bertahan selama beberapa jam. Sehingga Alicia selalu menjauhi tempat yang sedikit lembab termasuk kamar mandi. Alicia juga tidak memerlukan waktu lama di depan cermin. Gadis itu tidak suka berdandan. Ia hanya akan membubuhkan bedak pada wajahnya, tanpa tambahan yang lain. Tapi pagi ini Alicia menambahkan pewarna bibir juga eye liner, untuk menyamarkan wajah bekas menangisinya. Ia tak ingin Bibi Jo tahu kalau ia menangis hampir semalaman. Sedikit tidak baik kalau Bibi Jo mengetahui pertengkarannya dengan Adam. Uh, sebenarnya bukan pertengkaran. Hanya Adam saja yang marah padanya. Alicia menundukkan kepala, Adam tak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Pemuda itu tak pernah meninggikan suara saat berbicara padanya. Tetapi kemarin sore Adam melakukannya. Suara Adam meninggi saat mengatakan dirinya egois. Benarkah ia egois? Ia hanya ingin mempertahankan miliknya. Ia tak ingin ada yang merebut Adam-nya. Meja rias itu sekarang dihiasi dengan butiran-butiran air yang jatuh dari mata Alicia. Sungguh ini sangat menyakitkan. Kekasihmu yang biasa selalu lembut dan selalu menuruti semua yang kau inginkan tiba-tiba berubah, bukankah ini sangat menyakitkan? Rasanya ia tidak dapat menahannya. Lalu kepada siapa ia harus mengadu? Haruskah ia membagi masalahnya pada Bibi Jo? Ataukah pada Paul? Tapi ia tidak ingin mereka tahu. Bukannya malu, tetapi Alicia menilai kalau ia harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalahnya ini. Tetapi sungguh, ia tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Adam tidak menghubunginya. Tidak setelah pemuda itu mengantarkannya pulang tadi malam. Biasanya Adam akan mengiriminya pesan setelah ia tiba di rumah. Adam tak ingin ia khawatir, sehingga mengiriminya pesan setelah ia tiba menjadi kebiasaan pemuda itu. Tapi sekarang tidak ada satu pesan pun dari Adam yang masuk. Tidak tadi malam, tidak juga pagi ini. Khawatir? Tentu saja. Ia sangat cemas kalau-kalau terjadi sesuatu pada pemuda yang dicintainya itu. Alicia tidak bisa membayangkan kalau Adam kenapa-kenapa. Atau, jangan-jangan.... Alicia menggeleng kuat. Adam tidak akan melakukan hal itu. Adam tidak akan meninggalkannya. Pemuda itu tidak akan pergi dari kota ini tanpa seizinnya! Ataukah Adam memang sudah pergi, sehingga Adam tidak menghubunginya? Alicia kembali menangis hebat memikirkan hal itu. Gadis itu merosot di depan meja riasnya. Kedua kakinya rasanya tak bertenaga lagi. Alicia menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. Berusaha agar tangis dan air matanya berhenti. Dan berhasil, sekarang ia hanya sesenggukan. Alicia mencoba bangkit. Gadis itu mencoba berdiri dengan berpegangan pada meja rias. Alicia melangkah menuju tempat tidur. Ia ingin mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas. Ia akan mencoba menghubungi Adam. Tak sulit untuk mencari nomor Adam, Alicia sudah hafal di luar kepala. Gadis itu membuka sebuah aplikasi berkirim pesan, menyentuh pesan atas nama Adam. Pesan balasan darinya yang sudah dibaca oleh Adam. Pemuda itu tidak membalas pesannya lagi, Adam hanya membacanya saja. Alicia mengetikkan pesan untuk Adam. Ia menanyakan kabar pemuda itu. Setelah selesai, Alicia segera menyentuh ikon untuk mengirimkan pesan. Baru saja Alicia ingin mengembuskan napas lega karena pesannya terkirim, gadis itu harus menahannya. Pesannya tidak terkirim! Hanya ada satu tanda centang, tidak dua seperti biasanya. Alicia menggigit bibir, jantungnya berdetak cepat. Ia tidak ingin ketakutannya menjadi nyata. Ia harus yakin kalau Adam tidak akan meninggalkan kota tanpa memberitahunya. Tangan Alicia gemetar hebat ketika ia menyentuh ikon telepon di layar ponselnya. Ia harus berpikir positif, mungkin saja kan Adam mematikan data ponselnya. Biasanya juga seperti itu ketika pemuda itu berada di tempat kerja. Karena itu ia berinisiatif untuk menelepon langsung ke nomor Adam. Dan tidak aktif! Ponsel terlepas begitu saja dari tangan Alicia. Beruntungnya gadis itu karena saat ini Alicia sedang duduk di tempat tidur sehingga ponselnya tidak apa-apa. Ia harus mengucapkan selamat tinggal pada ponselnya seandainya benda itu jatuh ke lantai. Tangis Alicia kembali pecah. Ponsel Adam tidak aktif. Segala macam pikiran buruk bertebaran di kepala Alicia. Ketakutannya akan Adam yang meninggalkan kota semakin besar. Adam tidak pernah seperti ini sebelumnya. Pemuda itu tidak pernah mematikan ponselnya. Ini yang pertama kali Adam melakukannya. Tentu saja Alicia sangat ketakutan. Dengan segenap kekuatannya, Alicia bangkit dan mencoba melangkah keluar. Ia akan menemui Adam di rumah pemuda itu. *** Adam mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa sakit seluruhnya, terutama pada kepala. Kalau tahu efek alkohol akan seperti ini –selain mabuk tentu saja– ia tidak akan menenggak minuman itu. Sialan memang. Adam bangkit dari tempat tidur. Berjalan terhuyung menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Ia memerlukan aspirin untuk mengusir denyutan di kepalanya. Seharusnya ia tidak pergi ke bar itu, seharusnya tadi malam ia langsung pulang saja setelah mengantarkan Alicia ke rumah gadis itu. Tapi pikirannya yang kalut karena pertengkarannya dengan Alicia membuatnya datang ke bar di pusat kota. Ia perlu melupakan air mata dan isakan Alicia. Dan jalan satu-satunya adalah dengan meminum minuman yang sebelumnya tak pernah ia pikirkan akan menenggaknya. Ternyata efek alkohol sangat buruk, seburuk rasanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit, kepalanya juga masih terasa berdenyut bahkan setelah ia meminum dua butir aspirin. Adam keluar dari kamar mandi. Ia tampak lebih segar dari tadi. Pemuda itu memakai pakaiannya cepat, ia harus segera ke tempatnya bekerja atau Mr. Hulk akan memecatnya. Ia sudah sangat telat sekarang. Adam meninggalkan rumah tanpa sarapan, ia hanya meminum sekotak s**u dari lemari pendingin. Beruntung kunci kontak motor tetap berada di saku jaketnya, sehingga tidak menambah kerepotannya pagi ini. Atau siang ini. Adam bahkan tidak tahu sekarang jam berapa, ia tidak memeriksa jam. Juga tidak mengenakan jam tangan seperti biasa. Yang pasti matahari sudah lumayan tinggi. Gedoran di pintu membuat pemuda itu berlari untuk membuka pintu rumahnya. Adam terkejut menemukan Alicia berdiri di depan pintu rumahnya dengan keadaan yang sangat berantakan. Mata gadis itu terlihat sembab, hidung dan pipinya memerah yang menandakan Alicia bekas menangis. Pipinya yang memerah itu juga masih basah oleh air mata. Alicia langsung memeluknya begitu ia membukakan pintu. Alicia memeluk Adam erat. Tak terbayangkan tadi seandainya ia tidak melihat Adam lega. Air matanya keluar semakin deras, kali ini karena lega. "Maafkan aku," ucap Alicia di sela isak. "Aku.. aku..." Adam mengembuskan napas pelan. Tangannya perlahan terulur membalas pelukan gadis itu. Sungguh ia tidak menyangka kalau Alicia akan datang ke rumahnya pagi ini. Adam menduga Alicia tidak akan berani menemuinya setelah pertengkaran mereka kemarin sore. "Maafkan aku..." Alicia selalu mengulang kata-kata itu, seolah gadis itu merasa sangat bersalah. Padahal pertengkaran mereka bukan hanya karena kesalahan Alicia, tetapi juga karena kesalahannya. Adam menilai dirinya tidak sabaran. Seharusnya ia bisa menahan diri, bukannya membentak gadis yang dicintainya. Dan sekarang Alicia berada di depannya, di pelukannya. Satu hal yang tidak Adam kira adalah Alicia yang akan menemuinya dan meminta maaf lebih dulu. Keberanian Alicia membuat dadanya menghangat dan terasa sesak dalam waktu bersamaan. Keberanian Alicia juga menamparnya sebagai seorang laki-laki. Adam merasa dirinya pengecut. "Maafkan aku. Aku mohon jangan marah lagi. Aku.. aku..." Adam menggeleng pelan. Pemuda itu merenggangkan pelukan. Kedua tangannya membingkai pipi Alicia yang memerah basah oleh air mata. Adam mengusap air mata Alicia menggunakan ibu jarinya. "Jangan menangis lagi. Aku mohon," ucap Adam lirih. "Sejak dahulu aku tidak pernah bisa melihatmu menangis. Sejak dahulu air matamu adalah kelemahanku." Alicia memejamkan mata. Memeras butiran air mata yang tersisa. "Aku mencintaimu," bisiknya serak. "Aku mencintaimu. Jangan marah padaku. Jangan tinggalkan aku." Adam menggeleng lagi. "Aku tidak akan melakukannya, Alicia. Kau sudah tahu itu," jawab Adam tercekat. "Meninggalkanmu adalah hal terakhir yang akan kulakukan." Alicia mengangguk. "Jangan marah padaku lagi. Aku tidak bisa bertahan dengan itu." "Aku tidak marah." Adam menggeleng. "Aku hanya kecewa, itu saja." "Maaf..." "Berhenti meminta maaf atau aku tidak akan memaafkanmu!" Adam mengembalikan kata-kata yang diucapkan Alicia kemarin sore saat ia juga meminta maaf pada gadis itu. "Kau tidak bersalah." "Tapi aku egois. Aku..." Adam menggeleng. "Aku juga merasakan ketakutanmu, Alicia. Aku juga merasa takut seperti kau. Kita tidak pernah berpisah jauh sebelumnya. Asal kau tahu, keputusan ini juga sangat berat untukku. Tetapi aku memerlukannya. Aku membutuhkan pekerjaan itu agar aku bisa memberimu kehidupan yang lebih layak. Aku juga tidak mau bekerja sebagai penjaga kasir seumur hidupku." Alicia mengangguk. "Aku mengerti," sahutnya lirih. "Hanya saja aku sangat takut kau melupakanku dan tidak akan kembali lagi." "Aku tidak akan melakukan itu!" ucap Adam tegas. "Aku berjanji akan menjemputmu kalau aku berhasil." "Sungguh?" tanya Alicia dengan mata yang kembali berkaca-kaca. Adam mengangguk meyakinkan. "Tentu saja! Aku tidak bisa berpisah lama denganmu, Alicia." Hati Alicia menghangat mendengarnya. Ia akan berusaha lebih mempercayai Adam. Ia akan membiarkan pemuda itu mengejar keinginannya. Alicia hanya berharap semoga keputusannya ini tidak salah. "Aku setuju kau menerima tawaran pria kota itu," ucap Alicia mantap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD