SEPULUH

1356 Words
Note: Diusahakan up setiap hari tergantung sinyal juga Follow : Ig &  w*****d : Believe_nw  Berkomentar akan lebih menyenangkan, pasti aku balas kok *** SEPULUH "Akhir akhir ini aku kok sering mual ya terus aku merasa kalau usia kandungan saat 15 minggu ini janinku sering bergerak apalagi payudaraku yang sering sakit,"ucap Zena tengah berterus terang pada Irene, kakak Pandu yang juga berprofesi menjadi dokter kandungan. Irene yang tengah sibuk membaca buku pun langsung menatap Zena dan memincingkan matanya. Zena yang merasa tatapan Irene  terlalu mengitimidasi dirinyapun menundukkan kepalanya malu. Ia memang sangat malu jika ada orang yang menatapnya terlalu intens. "Kok mbak merasa kamu lagi hamil kembar, "ujar Irene yang langsung paham keluhan Zena padanya itu. " Apa pa?"tanya Zena yang langsung terkejut, tak percaya jika dirinya bisa mengandung dua anak kembar. "Emang kamu gak pernah diajak gitu sama Pandu buat usg? Setahu mbak kamu hanya minta vitamin pada mbak saja. " Zena meringis mendengar ucapan Irene, Pandu saja jarang memberikan perhatikan tapi ketika dirinya meminta apapun atau lagi mengidam sesuatu selalu dituruti olehnya. " Emm nanti akan aku coba bicarakan sama mas Pandu. " Irene tersenyum mendengar ucapan Zena lalu berkata," Kamu bisa kok langsung  ke klinik mbak besok. " " Siap kak. " " Ditunggu lhoh, semoga beneran kalau anak kembar. Lucu gitu kalau punya anak kembar, gemesin pokoknya. "Irene tersenyum lebar membayangkan betapa imutnya keponakannya nanti apalagi jika kembar. " Kok Zena jadi takut sih, "cicit Zena sambil memanyunkan bibirnya maju ke depan sembari kedua tangannya menangkup wajahnya sendiri. " Lhoh kenapa takut? "tanya Irene heran. " Ya takut gitu apalagi perutku ini juga terasa besar, entah gimana nantinya waktu hamil sudah 8 bulanan gitu apa gak nambah besar lagi. Haduh. "Zena mengusap perut buncitnya pelan. " Kenapa kamu mikirnya kejauhan sih Zen? "tanya Irene lagi yang sangat merasa gemas pada adik iparnya itu. Oh ya mereka berada di rumah Irene yang nampak sepi, bagaimana tak sepi jikalau Irene memang masih single. " Ya habis gimana lagi sih mbak namanya juga kehamilan pertama. Oh ya mbak, mbak gak punya pacar? "tanya Zena yang mana memang belum pernah mengetahui jika Irene membawa seorang laki-laki. " Habis putus Zen. "Irene mengulum senyum tipis menutupi luka dihatinya. Zena pun ikut terlihat sedih lalu mengusap bahu Irene pelan," sabar ya mbak. Mungkin bukan jodoh mbak. " Irene mengangguk dan tersenyum membalas ucapan Zena. ... " Mas Pandu mau kemana? "tanya Zena bingung menatap Pandu sedang memasukan beberapa helai baju di dalam koper. Ya tadi Zena melewati kamar Pandu dan berhenti kala merasakan ada hal aneh. Pandu tengah sibuk dengan kopernya dan raut wajahnya terlihat mengkhawatirkan sesuatu di dalam kamarnya. "Aku mau ke Surabaya besok, "ucap Pandu tanpa menoleh ke arah Zena dan kedua tangannya masih sibuk dengan pakaiannya. "Kok mendadak sekali?" tanya Zena heran. "Asha sakit, aku harus ke sana. "Pandu menatap Zena yang semakin bingung, bingung oleh ucapannya. Siapa itu Asha? " Asha itu anaknya Cala, kekasihku. Dia sudah ku anggap anakku sendiri,"ucap Pandu yang pada akhirnya Zena mengerti. Pandu melirik Zena yang tiba-tiba diam dan raut wajah Zena seperti sedang menahan sesuatu serta kecemasan melanda dipikirannya. "Kamu kenapa? "Pandu akhirnya membuka mulutnya untuk bertanya. Zena melirik pada Pandu cemas, pikirannya takut jika lelaki itu menolak ajakannya besok tapi jika ia tak bilang itu akan membuat kepalanya makin pusing saja. " Hey! "Pandu melambaikan tangannya tepat di hadapan wajah Zena yang malah terlihat bengong. Zena mengerjapkan kedua matanya lalu meringis menatap Pandu yang tengah menatap tajam dirinya. " Besok aku ingin periksa kandungan di tempatnya mbak Irene, "ucap Zena. " Ya sudah besok ke sanalah, aku tak melarang. " Kenapa dia tidak peka apa yang ku inginkan? " Kamu gak ada niatan mau nganterin aku gitu? "bibir Zena langsung spontan bertanya pada Pandu membuat Pandu yang sedang menutup kopernya mematung seketika. " Kenapa kamu mendadak sekali, kamu tau aku sibuk. Jadi pastinya aku tak bisa, lagian meskipun di usg, kandunganmu juga baik-baik saja,"ucap Pandu tanpa memikirkan perasaan Zena yang kini hatinya tercabik-cabik oleh ucapannya. "Oh ya sudah kalau kamu sibuk, tidak apa-apa. "Zena mengangguk sambil tersenyum menyembunyikan lara di dalam hatinya. Melihat Pandu yang sibuk sendiri membuat Zena menghembuskan napasnya pelan. Sesak, itu yang dirasakan di dalam dadanya melihat Pandu seakan tak memperdulikan keadaannya. " Emm aku permisi dulu. " Tidak ada jawaban membuat maniknya berkaca-kaca tapi ia segera pergi berlalu dari kamar Pandu. Tak mau merasakan lebih dari ini lagi ia juga tak mau anaknya merasakan sakit hati. Di sisi lain.. Pandu memegang dadanya yang juga merasakan rasa sesak lalu ia mengambil gelas yang berisikan air mineral dan meneguknya sampai habis. "Kenapa tiba-tiba dadaku sesak ya? Ah apa mungkin saking merindukan Asha, aku jadi begini. "Pandu tersenyum sendiri, lelaki itu tak sabar ingin segera bertemu Asha apalagi Cala, kekasihnya. ... Besoknya... " Lhoh Zena kamu kok sendirian, mana Pandu? "tanya Irene tengah melirik sekitar ruangannya untuk mencari adiknya. " Mas Pandu tidak bisa ikut karena harus pergi ke... Ke... "Zena tak bisa melanjutkan ucapannya. " Hey kamu nangis? "tanya Irene dengan raut wajahnya yang khawatir melihat tubuh Zena yang bergetar. " Mbak.. Mbak mau janji sama Zena, "ucap Zena dengan tatapan yang memohon pada Irene. " Janji apa Zen? "tanya Irene yang tak mengerti. " Jangan bilang siapa-siapa! " " Baiklah. " "Mas Pandu masih mencintai kekasihnya dan sekarang dia berangkat ke Surabaya untuk menjenguk anak kekasihnya emm namanya Asha." Zena menundukkan kepalanya sambil mengusap perut buncitnya Kedua tangan Irene terkepal kuat mendengar ucapan Zena tentang adiknya yang masih bertemu dengan wanita janda itu. Napas Irene memburu membuat Zena takut. "Kenapa mbak Irene? " " Bukannya Pandu sudah melupakan wanita itu? " " Emm sebenarnya bukan itu saja mbak, mas Pandu memang terpaksa menikahiku dan suatu saat nanti kalau anakku lahir, kita akan cerai. " " APA! "Teriak Irene yang otomatis membuat Zena kaget. " Emm maaf-maaf Zen. "Irene menatap bersalah ke arah Zena seraya menghampiri wanita itu dan merangkulnya. " Jadi lebih tepatnya dia milih melihat anaknya si Cala daripada menemanimu ke sini untuk periksa anaknya juga? Arghh punya adik kok gini amat ya. "ingin rasanya Irene menyumpah serapahi adiknya langsung sekarang tapi berhubung ada Zena yang sedang mengandung keponakannya membuat dirinya harus bisa mengontrol emosinya saat ini. " Gapapa kok kak. "Zena tersenyum seakan senyumannya itu tak ada bebannya sama sekali. Irene meringis mendengar ucapan Zena yang baginya baik-baik saja padahal wanita itu tengah dibodohi oleh adiknya. Sungguh keterlaluan Pandu menyakiti hati Zena membuat dirinya ingin sekali memaki Pandu sekarang juga. "Terus kamu bilang gapapa kalau suatu saat nanti kalian bakal pisah? Lalu bagaimana dengan anakmu nanti? Dia pastinya juga membutuhkan ayahnya. "setelahnya Irene menghembuskan napasnya lelah. " Aku akan mencobanya. " " Mencoba apa Zena? Mencoba ingin menyakiti anakmu hah? "tanya Irene membuat Zena langsung menggelengkan kepalanya tiga kali. " Enggak mbak, bukan itu maksud Zena. Maksud Zena, Zena ingin mencoba menjalani kehidupan ini, hidup bersama anakku. " " Apakah Pandu menerima anak yang kamu kandung itu juga anaknya? "tanya Irene dengan matanya menatap intens ke arah Zena. " Emm kalau itu..."Zena menggelengkan kepalanya pelan seraya menundukkan kepalanya ke bawah menatap sepatu sandalnya berwarna cokelat. "Yaampun, rasanya aku ingin bunuh dia! "sentak Irene spontan. " Mbak! "tegur Zena sambil mengusap perutnya yang merasa janinnya bergerak. " Ehh aduh maaf, yaudah sekarang ya dimulai periksanya. "Irene yang tak mau berkata kasar lagi setelah mengetahui sifat adiknya yang bukan seperti adiknya itu pun langsung mengajak Zena untuk ia periksa. Zena membaringkan tubuhnya di atas brangkar sedangkan Irene tengah menyiapkan alat yang digunakan untuk memeriksa kandungan. Beberapa menit kemudian... "Eh lihat deh Zen, janin yang ada diperutmu ada dua dan itu tandanya anak kamu kembar! "pekik Irene senang sembari menunjuk monitior di depannya. Kedua mata Zena membulat seketika melihat dengan jelas monitor penunjuk gambar itu. Ya dirinya tengah mengandung anak kembar. " Sesuai dengan prekdisi, mbak dari kemarin udah nebak kalau kamu mengandung anak kembar. Selamat Zena! Haduh keponakanku kembar, gak sabar dong jadinya! "Irene tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya yang rapih. " Aku hamil anak kembar. "Zena masih tak menyangka hal itu terjadi lalu sebuah persaaan senang dan sedih pun bercampur aduk menjadi satu dihatinya. Senang karena mengandung anak kembar yang diimpikan hampir semua orang dan sedih kala Pandu tak ada disisinya untuk melihat bersama bagaimana keadaan anaknya di dalam perutnya. "Keponakan ku nantinya pasti lucu-lucu nih! " ... 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD