7

1216 Words
Ayu kembali menatap paviliun itu dan kembali menatap Al. "Suamiku ada disana?" tanya Ayu tak percaya. Al hanya mengangguk dan tersenyum lagi, "Mau dicek?" "Kamu yakin bakal dibuka?" tanya Ayu lagi. "Kita pesan makanan lalu antar kesana. Pasang kamera," jelas Al begitu pintar. Al sudah tak sabar ingin mengungkap semua aib buruk perselelingkuhan antara Dyah dan Edwin. "Kalau gak kamu coba? Kamu gak akan tahu, Nona cantik," ucap Al pada majikannya itu. "Aku tidak mau. Kalau Mas Edwin juga tahu apa yang baru saja aku lakukan bagaimana?" ucap Ayu menjadi cemas sendiri. "Tidak akan ada yang tahu, kalau kita sellau bermain cantik, seperti mereka," jelas Al sudah tak peduli lagi. Tatapan Ayu semakin lekat pada Al. "Hei ... Kenapa Nona menatapku seperti itu?" tanay Al lagi. "Perbuatan kita salah Al," ucap Ayu tiba -tiba. AL mengangguk kecil dan tersenyum. AL menarik tangan Ayu dan menggenggam tangan itu dengan erat. Perlahan Al mengusap lembut punggung tangan Ayu. "Maafkan aku, Nona. Aku ... Aku hanya ingin membahagiakan Nona saja. Aku tahu ini salah, Nona. Tapi ... Aku juga tidak mau, Pak Edwin bertindak semena -mena pada Nona," jelas Al begitu lembut. "Bertindak semena -mena? Mas Edwin tidak jahat padaku, dia juga tida pernah bermain kasar," jwab Ayu membela Edwin. "Apakah selingkuh termasuk perbuatan yang wajar? Klaau Nona tidak pernah melihat, mungkin iya. Kalau Nona melihatnya, tentu Nona akan merasa sakit hati," jelas Al pada Ayu. "Mungkin, Mas Edwin didalam sedang bekerja. Akhir-akhir ini, dia sangat sibuk bekerja.Kmau tahu kan? Mas Edwin itu pekerja keras?" jelas Ayu lagi. "Kondisi perusahaan baik -baik saja, Nona. Tidak ada proyek terbaru. Kalau Pak Edwin bilang ada banyak pekerjaan, itu bohong besar," jelas Al pada Ayu. "Benarkah? Apa kamu tidak berbohong padaku, Al?" tanya Ayu lagi menjadi bimbang. "Kalau Nona mau buktikan. Pesan makanan sekarang. Antarkan," titah Al pada Ayu. Ayu masih bingung. Kalau enar i laukan hal konyol itu karena rasa cemburu dan curiga yang berlebihan. Maka, Edwin bisa marah. Tapi, Kalau tidak dicoba, Ayu benar -benar penasaran. Apakah yang dikatakan LA itu enar atau tidak. Lagi pula, Mas Edwin pergi juga tidak pamit pada Ayu. Edwin meninggalkan Ayu begitu saja didalam paviliun sendiri. "Nona Ayu berhak bahagia," jelas Al meyakinkan Ayu. "Kalau terbukti benar. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Ayu tiba -tiba. "Itu semua kembali pada Nona," jelas Al dengan suara begitu lembut. Ayu menarik tangannya dan memijat keningnya pelan. "Aku bingung Al," cicit Ayu begitu lirih. Al berdiri dan memeluk Ayu dari arah samping. Kepala Ayu sengaja disandarkan ke arah dadanya yang bidang. Aroma tubuh Al yang sangat wangi membuat Ayu kembali trebuai dalam asmara yang salah. Tapi, Ayu merasa aman dan nyaman didekat Al. Berbeda saat ia berada disamping Edwin yang begitu datar, dingin dan sangat cuek. Edwin memang berubah. "Ada cara lain untuk mengetahui apa yang dilakukan suamik di dalam sana," jelas Ayu lagi. "Banyak cara yang bisa Nona lakuak. Jangan lupa, kalau aku supir pribadi Pak Edwin. Tentu aku tahu semuanya," jawab Al begitu yakin. Ayu menarik kepalanya dan menatap Al yang tersenyum pada Ayu. "Al? Kamu bilang, kamu tidak pernah tahu apa- apa tentang hal apapun. Kenapa sekarang kamu mendadak tahu segalanya?" tanya Ayu lagi. Tidak apa -apa. Saat itu, aku menyimpan rahasia Pak Edwin, agar Nona tidak mengetahui semua yang telah dilakukan Pak Edwin diluar rumah. Lama -lama, aku kasihan pada Nona, jawabnya masuk akal. Ayu mengangguk pelan lalu mengambil ponselnya dan menatap aplikasi chat. Tangannya ingin sekali mengetikkan sesuatu untuk Edwin. Setidaknya ia hanya ingin bertanya keberadaan suaminya itu dimana? Kenapa menghilang dari sampingnya saat Ayu terbangun. "Chat saja, Nona. Untuk memastikan," jtitah Al yang mengusap lembut rambut Ayu dan seseklai mencurikecupan dipipi Ayu. "Al ... Jangan seperti ini. Aku tidak mau mengkhianati cinta Mas Edwin," titah Ayu menatap tajamke arah Al. Tangannya masih sibuk mengetik. Namun, Al tak peduli lagi. Al terus memeluk Ayu dan menciumi tengkuk leher ayu hingga wanita itu mendesah pelan secara spontan. "Al ..." ucap Ayu lirih. Ayu menahan rasa geli yang merambat disekujur tubuhnya. "Hmm ... Kita ulangi sekali lagi, Nona. Wangi tubuhmu membuatku tak bisa melupakan kejadia manis tadi," bisik Al begitu lembut membuat Ayu semakin terdesak oleh nafsu birahinya. Ayu menoleh ke arah Al yang sudah berada dibelakangnya dan meingkarkan kedua tangannya ke depan perut Ayu. Pipinya saling menempel dipipi Ayu dan sesekali bibirnya membisikkan kata cinta yang begitu indah dan penuh kemesraan. Tangan Al yang mulai nakal dengan berani masuk ke dalam piyama Ayu dan menentuh semua area sensitif Ayu hingga wamita itu tak bisa menahan desahan yang lolos begitu saja dari bibir mungilnya. "Kita bisa bermain dimana saja cepat seperti kilat. Kapan pun, Nona butuh dan mau, Al siap memberikan kehangatan yang luar biasa," bisik Al yang sudah tebuai dengan keindahan tubuh Ayu serta permainan Ayu yang tak kalah hebat diatas ranjang. Apakah Dyah lebih dahsyat dari Ayu? Hingga Pak Edwin bisa melepas Ayu dan memilih Dyah? Enthlah, Bukankah wanita itu diciptakan sama saja. Pak Edwin saja yang tidak pernah bersyukur memiliki istri yang begitu smepurna seperti Ayu. "Al ... Hentikan semua ini," cicit Ayu yang ucapan dan tindakannnya tidaklah sesuai. Kalimat yang lolos dari bibirnya meminta untuk menghentikan tapi, gairah Ayu terlihat menginginkan terus dan terus. Al memutar kursi makan itu dan menatap Ayu dengan tatapan lekat. Al bisa menatap ke arah paviliun depan yang masih tertutup. Al harus bisa bermain cantik seperti yang dilakukan Edwin dan Dyah. Kalau Edwin bis amerusak kebahagiaannya dnegan mengambil alaih sema miliknya itu. Al pun bertekad akan mengambil smeua apa yang telah dimiliki Edwin hingga Edwin tersiksa dan menyesali perbuatannya. "kenapa dihentikan Nona? Bukankah kamu juga membutuhkan sentuhan hangat ini?" tanya Al dengan senyum penuh arti. Bibir Al yang tebal langsung melahap nikmat bibir mungil dan tipis milik Ayu. Punggung Ayu bersandar pada meja makan. Kedua kakinya terbuka mmebiarkan tubuh Al masuk dalam pelukannya. Al seperti lelaki yang sudah mahir dalam bercinta. Padahal Aa hanya berbekal naluri dan apa yang pernah ia lihat difilm romantis kesukaannya. Tangan Al melepas ikatan piyama Ayu dan meremas d**a Ayu yang ukurannay pas ditelapak tangannya. Tidak begitu besar dan tidak terlalu kecil juga. Kenyal dan sangat ranum sekali. Dengan kunup yang muali mengeras berarwa pink. Ibu jari Al memainkan kuncup yang semakin terasa kencang dikulitnya. Al melepas ciuman itu dan tersenyum pada Ayu. "Boleh aku lanjut, Nona? Sepertinya napasmu mulai tak beraturan," bsisk Al penuh kemenangan. "Hmm ..." jawab Ayu tak bisa berkata -kata. Tidak munafik, Ayu benar- benar terbuai dengan sentuhan Al, supir pribadi suaminya itu. Tubuhnya yang tingga dengan otot kekar membuat lelaki itutidak nampak jika hanya berprofesi sebagai supir. Al tersenyum senang. Ia membawa tanga Ayu untuk memegang bahunya dengan erat. Guncangan gempa lokal akan terjadi beberapa saat lagi karena lahar bening itu sudah mulai membasahi gua yanga berada dibawah. Al menyentuh lembut gua yang mulai terasa basah dan licin. Gua yang masih tertutup oleh rumput liar yang begitu kaku. Perlahan namun pasti, Al melepas segitiga pengaman milik Ayu dan memasukkannya dikantung celana bagian belakang. Resleting celananya mulai diturunkan dan tangan Al mengeluarkan senjata keperkasaannya hanya untuk Ayu. Al menuntun senjatanya yang besar dan kaku itu masuk ke dalam gua yang hangat dan sudah membuatnya sangat candu. "Ah ... Al ..." desah Ayu memegang erat bahu Al. Tubuhnya mulai terguncang akibat gempa lokal yang dibuat sengaja oleh Al. Al menikmati wajah lemas Ayu yang begitu menikmati semuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD