Kedua mata Ayu membulat saat mengetahui siapa yang ada di atas tubuhnya saat ini. Tubuhnya bergetar hebat sejak tadi dan ternyata bukan Edwin yang melakukannya melainkan Al, supir pribadi suaminya.
"Kamu?" ucap Ayu setengah berteriak dan mendorong d**a Al dengan kedua tangannya.
Tapi sayang, tubuh Al lebih berat dari yang Ayu duga. Ayu pikir, tubuh Al tidak seberat itu. Padahal tubuhnya tidak begitu besar, hanya berotot dan sedikit berisi saja.
"Pergi!" teriak Ayu dengan suara lebih keras dan terus berusaha mendorong tubuh Al.
Al menatap Ayu dengan lekat. WAjah Ayu yang ketakutan dan penuh amarah hanya ditatap datar oleh Al.
"Kenapa? Nona takut?" tanya Al dengan suara lembut. Tubuh Al tak bergerak sama sekali di atas Ayu.
"Kamu sudah gila Al! Pergi cepat. Aku tidak mau, Mas Edwin atau siapa pun melihat kejadian ini. Aku pasti diceraikan!" jelas Ayu dengan wajah memelas.
"Aku akan tetap menemanimu, Nona. Aku akan tetap menjaga kamu dan aku tidak akan membiarkan kamu disakiti oleh siapapun," ucap Al lembut penuh penekanan. Tangan Al satu bertumpu untuk menahan berat badanya dan satu lagi menguspa pelan pipi Ayu yang mulus.
Seluruh tubuh Ayu sudah dinikmati Al tanpa ada yang tersisa walau satu inchi pun. Dua jam bergulat dengan nafsu yang begitu menggelora. Al begitu mengagumi Ayu sejak lama. Namun, ia tersadar kalau dirinya telah memiliki kekasih dan Ayu adalah sitri bos besar yang paling baik dan paling ia hormati.
Kejadian itu berbalik, saat ia tahu, Dyah, tunangannya malah berselingkuh dengan Edwin, lelaki yang selma ini dianggap sebagai dewa.
Selam ain, Al menjaga Dyah dengan baik. Bahkan untuk menyentuh dan mencium Dyah pun, Al selalu mengurungkan niatnya. Tapi, Bukti nyata perselingkuhan itu sungguh tak bisa dimaafkan. Siapa yang tersakiti? Tentu saja dirinya dan Ayu, sebagai istri SAH Edwin.
"Bicara apa kamu, Al! Aku ini majikan kamu! AKu istrinya Edwin. Akan ku laporkan kamu pada Edwin!" ucap Ayu frustasi.
Al hanya tersenyum dan memegang erat tangan Ayu agar tak bis abergerak.
"Al! Apa yang ingin kmau lakukan!" teriak Ayu lagi. Kedua kakinya berusaha bergerak untuk menendang bagian tubuh Al yang mana saja. Tapi Al semakin erat menghimpit Ayu hingga kedua kaki itu juga terasa mati.
"Al!" teriak Ayu dengan keras. Tatapannya begitu tajam.
Al sama sekali tak mengindahkan apa diserukan Ayu. Wajah Al semakin didekatkan pada Ayu dan kembali menenggelami bibir mungil Ayu yang menjadi candu bagi Al.
Bibir bergincu merah yang mulai terlihat memucat itu tetap enak untuk dinikmati. Ayu yang sempat memberontak dan berteriak pun mulai terbawa arus kenikmatan yang tak terkira. Sudah lama, Ayu tak menerima kehangatan penuh ketulusan yang bisa memberikan kepuasan. Edwin sama sekali sudah tak peduli lagi padanya. Tubuhnya jarang lagi disentuh dan selalu gagal jika ingin bercinta,
Waktu bertambah satu jam, Al memberikan pelaanan yang sangat memuaskan. padahal Al tidak pernah belajar dan belum pernah melukan hal ini pada wanita manapun.
"Al! Sudah Al!" teriak Ayu yang terus meracau dengan tubuh bergetar hebat. Beberapa kali bagian sumurnya menyemprotkan cairan kenikmatan dan terasa hangat menyelimuti tonat yang terus tenggelam dan berendam lama di dalam sana. Rasanya Al ingin memiliki utuh jwa dan raga Ayu. Ia akan mencintai Ayu seutuhnya.
"Sudah? Nona yakin? Ingin menyudahi semuanya?" tanya Al dengan senyum penuh arti.
"Al ... Ada Mas Edwin," ucap Ayu lirih dengan raut wajah cemas.
"Tuan besar sedang sibuk dengan wanita lain. Kalau beliau ada disini, tentu beliau sudah memukulku dhingga aku terkapar mati," jawab Al tanpa ada rasa takut.
Al merasa semua kartu AS Edwin dan Dyah ada ditangannya. Giliran Al yang juga bermain -main dengan istri majikannay yang tak kalah cantik dari Dyah.
"Apa katamu?! Mas Edwin sibuk dengan wanita lain?" tanya Ayu dengan wajah tatapan tak percaya.
Al hanya mengangguk pelan dan beringsut turin dari atas tubuh Ayu. Sebelum menyudahi, Al masih sempat memberikan kecupan lembut dibeberapa titik wajah Ayu dan berbisik lirih mengucapkan terima kasih dengan hembusan napas yang begitu hangat.
Ayu memejamkan kedua matanya. Perlakuan Al benar -benar sangat tulus dan penuh kasih sayang.
Al mengambil sebuah handuk kecil dan mengelap semua sisa cairan lengket yang masih menempel di bagian intinya lalu memakai pakaian yang tercecer dilantai dengan tenang.
Tidak ada yang memburunya, smeua bis adilakukan secara sadar dan menyenangkan.
Ayun sendiri langsung bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia merutuki kebodohannya sendiri. Bukannya marah pada Al, Ayu malah menikmati semua perlakuan LA yangbegitu manis dan mesar itu.
"Kalau MAs Edwin tahu. Bisa hancur hidupku!" ucap Ayu lagi.
Telapak tanagn Ayu memegang wastafel dan menatap wajahnya sendiri yang sudah merasakan kenikmatan dengan lelaki lain selain bersama Edwin. Tubuhnya juga sudah ternoda karena supir pribadi Edwin yang dengan berani melakukan itu padaya. Tapi, semua itu enak. Bahkan tambahan satu jam tak bisa melepas semua rasa campur aduk di dalam d**a Ayu. Rasa suka, kagum, takjub dan ketakutan melebur menjadi satu paket.
"Nona ... Nona masih lama?" tanya Al lembut sambil mengetuk pintu kamar mandi.
Ayu menoleh ke arah pintu kamar mandi dan menggigit bibir bawahanya dengan keras. Mengingat sekilas, ciuman dahsyat yang diberikan Al padanya tadi. Ciuman penuh gairah yang membuat Ayu tak bisa berkata -kata lagi.
"Sebentar lagi, Al," jawab Ayu singkat.
Ayu bergegas mencuci seluruh tubuhnya dan menumpahkan aroma sabun yang khas agar Edwin tidak curiga. "Cukup seklai ini saja. Jangan sampai ada sesi selanjutnya!" bati Ayu ingin menyudahi apa yang pernah ia laukan bersama Al seharian ini.
Seharusnya Ayu bercinta dengan Edwin karena ia dan Edwin sepakat untuk memiliki anak. Tapi, Sejak datang, Al seperti memberikan dinding pembatas dan tak bisa memberikan gairah lepas untuk Ayu, istrinya.
AL sudah merapikan kamar Ayu. Sisa noda yang sempat ada di sprei itu, juga sudah hilang. Kamar itu kembali bersih, rapi dan sangat wangi. Kembali sama seperti awal sebelum kasur itu porak poranda karena ulah keduanya.
Ayu memakai piyama dan menggelung rambutnya ke atas hingga leher jenjang itu terlihat sangat mulus menggoda.
Langkah kak Ayu pelan menuju dapur. Al sudah membuatkan makanan hangat untuk istri maikannya yang kini mulai mengisi hatinya yang sudah lama hampa.
"Minum dulu Nona. Ini minuman hangat untuk mmebuat tubuh menjadi lebih sehat," ucap Al dengan senyum tulus memberikan satu cangkir minuman hangat dengan aroma rempah yang sangat kuat.
Al ikut duduk di depan Ayu dan minum bersama. Lirikan mata Al begitu menggoda Ayu yang terdiam menatap minuman hangat itu.
"Itu jamu, Nona. Minuman itu memiliki khasiat kesehatan yang banyak. Tubuh bisa bugar kembali dan lebih ringan," jelas Al yang juga meneguk minuman yang sama dari cangkir miliknya.
Semua pintu paviliun dibuka dengan lear. Lampu dinyalakan agar terang serta korden juga digeser agar bis amelihat pemandangandiluar.
Ayu iku meneguk minuman yang terasa pahit dilidahnya dan mengedarkan pandangannya. Ayu baru sadar, jika Edwin suaminya tidak ada di dalam paviliun ini.
"Cari Pak Edwin?" tanya Al dengan cepat saat melihat kebingungan Ayu.
Ayu mengangguk kecil dan menatap Al yang menoleh ke arah paviliun milik Dyah.
Ayu mengerutkan keningnya dan menatap Al dengan lekat.
"Maksud kamu?"
tatapan Ayu begitu lekat pada Al yang hanya tersenyum penuh arti.