Payah

1529 Words
Selamat membaca! Alan memutuskan untuk tak ikut serta bersama Jeff yang pada akhirnya tak berani melaporkan penculikan Laura ke polisi. Pria itu tak ingin menanggung risiko yang bisa berakibat fatal terhadap putrinya, walau Alan sudah coba memberitahu bahwa uang tebusan itu tidak akan membuat Laura kembali padanya. "Pria itu memang keras kepala. Kalau dia pergi sendiri dengan membawa uang tebusan, itu sama saja seperti mengantarkan nyawanya," batin Alan yang sudah berada di dalam bus menuju tempat di mana Laura berada. Walaupun sempat kebingungan dalam melacak keberadaan Laura. Pada akhirnya, Alan pun dapat membaca petunjuk dari wanita itu setelah mempelajari sekitar Sydney Tower Eye melalui map dari ponsel milik Andrew. "Semoga aku tidak terlambat untuk menyelamatkan Laura," ucap Alan sambil melihat waktu pada jam yang ia kenakan pada pergelangan tangannya. Waktu yang saat ini menunjukkan pukul 15.00. Itu artinya, kurang dari 2 jam lagi para penculik itu akan membawa Laura ke St. James, tempat di mana mereka membuat kesepakatan untuk bertemu dengan Jeff. Alan masih sangat yakin jika pertemuan itu hanyalah sebuah rencana dari para penculik Laura untuk mendapatkan keuntungan dari situasi yang saat ini memang menjadi kendali mereka karena berhasil menculik Laura. Seorang putri yang merupakan anak dari pengusaha yang namanya tengah naik daun berkat beberapa penjualan merk mobil mereka di pasar dunia. Siapa yang tidak tahu mobil sport dengan merk Ferraris yang memiliki harga selangit. Mobil tersebut adalah salah satu brand paling laris dari perusahaan Jeff yang memang berkecimpung dalam dunia otomotif dan teknologi. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lamanya, Alan pun sudah tiba di tempat yang ia duga menjadi tempat di mana Laura disekap. Alan yakin bahwa saat ini, wanita itu tengah berada di salah satu apartemen dalam radius yang sudah benar-benar diperhitungkannya, yaitu 5 kilometer dari Sydney Tower Eye yang membuat gedung tersebut terlihat kecil persis seperti apa yang dikatakan oleh Laura. Namun walaupun begitu, Alan masih kesulitan dalam menentukan apartemen yang menjadi tempat di mana Laura disekap. "Ternyata agak sulit jika aku hanya mengandalkan petunjuk yang Laura katakan," ucap Alan masih terus mengamati setiap apartemen yang ada dalam pandangan matanya. Setelah mengamati beberapa apartemen di sekitar tempatnya berada, Alan pun dibuat terkejut saat seorang pria terdengar keras memanggilnya. "Halo, siapa di sana?" tanya salah satu penculik setelah mengetahui bahwa Laura ternyata sudah menghubungi seseorang tanpa sepengetahuannya. Alan pun hanya diam. Mendengarkan pria itu bicara dengan suara yang terdengar kesal. "Semoga saja pria ini bisa memberikanku petunjuk," gumam Alan dengan penuh harap. Bak gayung bersambut, harapan dan keinginan Alan pun terkabul saat pria bernama Bobby tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dan tak melihat rekannya masih terus mencari tahu siapa gerangan yang telah dihubungi oleh Laura tanpa sepengetahuannya. "Luis nanti sebelum ke St. James aku ingin beli burger dulu ya di seberang." "Diam kau!" titah Luis dengan telunjuk yang menempel pada mulutnya. Sebuah isyarat agar Bobby segera diam karena ia mulai curiga bahwa ada seseorang yang tengah mengintai mereka. Beruntungnya, Laura memang tidak pernah menyimpan nomor ponsel Alan hingga membuat kedua pria itu tak bisa memastikan siapa yang telah dihubungi oleh Laura. "Kenapa?" "Wanita itu sepertinya sempat menghubungi seseorang saat kita tadi ketiduran," jawab John sambil melihat ke luar jendela. Mencari siapa saja orang yang patut dicurigainya. "Kurang ajar! Berani sekali dia melakukan itu!" geram Bobby dengan raut amarah yang tampak jelas di wajahnya. Sementara itu, kini Alan terlihat sibuk mengamati map dari ponselnya. Pria itu seketika langsung mencari restoran hamburger yang bisa menjadi petunjuk apartemen di mana Laura berada. "Akhirnya ketemu, di sini!" Alan mulai mengembangkan senyum tipisnya. Ia merasa sangat lega karena dapat menemukan keberadaan Laura. "Laura, kau tenang saja! Aku pasti akan menyelamatkanmu." Tak ingin membuang waktu, Alan berlari menuju apartemen yang letaknya berada tepat di depan sebuah restoran hamburger. Setelah tiba di sana, pria itu pun mulai menuju area parkiran di mana ia yakin bahwa kedua penculik itu pasti akan membawa Laura tanpa terlihat oleh pengunjung apartemen lainnya. Setibanya di basemen, Alan mulai mencari letak di mana lift berada. Ia sangat yakin bahwa kedua penculik itu akan membawa Laura ke mobil melewati lift tersebut dan area parkiran basemen pastilah menjadi pilihan mereka. "Aku harus bersiap! Sekarang sudah jam setengah lima. Jarak dari tempat ini ke St James sekitar 20 menit. Kemungkinan dalam beberapa menit lagi mereka akan sampai di sini." Alan kini terlihat mulai melenturkan tubuhnya dengan melakukan beberapa gerakan bertarung. Memukul dengan kedua tangannya, kiri dan kanan ia peragakan dengan sekuat tenaga. "Ya Tuhan, tubuh Andrew benar-benar lemah seperti ini. Bagaimana aku bisa menghadapi kedua penculik itu?" Alan kembali melakukan gerakan bertarung, kali ini ia coba merentangkan sebelah kakinya untuk menendang udara. Kaki kiri dan kanan coba diangkatnya secara bergantian. Namun nahas, saat ia mengulang gerakan tersebut dengan lebih mengangkat sebelah kakinya agak sedikit ke atas, sebuah robekan terdengar keras pada celana yang dikenakannya. Membuat Alan seketika terkejut dan langsung melihat area celana bagian bawahnya yang sudah tampak sobek hingga memperlihatkan bagian yang tidak sebenarnya tidak boleh diperlihatkan. "Ya Tuhan, kenapa aku benar-benar payah dengan tubuh ini? Apa tidak ada tubuh lain, Tuhan?" gerutu Alan dalam hatinya. Mengeluh kesal atas apa yang menimpanya. Di tengah rasa kesalnya, pintu lift tiba-tiba terbuka. Membuat Alan seketika langsung bersembunyi di balik sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari lift. "Akhirnya tebakan benar," ucap Alan saat melihat dua orang pria tampak keluar bersama Laura yang masih tak sadarkan diri dengan duduk di sebuah kursi roda. "Aku tidak bisa melawan mereka dengan tubuh ini. Sekarang bagaimana caranya aku bisa mengalahkan mereka?" Alan terlihat bingung sambil mencari sesuatu yang bisa dijadikannya senjata untuk melawan kedua penculik itu. Kedua matanya tampak tertuju pada sebuah besi pendek yang berada tak jauh dari tempat di mana pria itu bersembunyi saat ini. Setelah mengambil besi tersebut, Alan pun mulai bersiap menghadang kedua pria itu. "Hai, berhenti! Lepaskan wanita itu!" titah Alan dengan suara yang lantang sambil berdiri tepat di depan langkah kedua pria itu. "Siapa kau berani memerintah kami?" tanya Bobby dengan sorot matanya yang tajam. "Aku adalah temannya. Aku tidak akan membiarkanmu pergi dari sini dan membawa temanku! Jika kalian tetap nekat, jangan salahkan aku kalau aku bisa melukai kalian." Alan mengatakan hal itu dengan suaranya yang terdengar lantang. Namun bukannya takut dengan ancaman yang Alan katakan, kedua pria itu langsung tertawa menanggapi perkataan Alan yang sangat menggelitik. "Kau tidak usah bergurau anak kecil! Memangnya dengan tubuh kurus seperti itu, apa yang bisa kau lakukan?" tanya Bobby sambil mulai mendekati Alan. "Aku bisa melakukan sesuatu di luar dugaan kalian. Kalau kalian tidak mau menyerah, jangan salahkan aku jika setelah ini kalian akan mendekam di balik jeruji besi!" Bobby semakin tak kuasa menahan gelak tawanya. Kini bukan hanya menganggap perkataan Alan sebagai sebuah lelucon, pria itu pun juga beranggapan jika Alan adalah orang yang sudah tidak waras karena berani melawan seorang pria yang memiliki tubuh tiga kali lebih kekar dari tubuh Andrew. "Banyak omong kau! Ayo coba pukul, buktikan ucapanmu!" titah Bobby yang sudah bersiap menerima pukulan dengan melapangkan bagian perutnya untuk dipukul oleh Alan. Tanpa keraguan, Alan pun mulai mengepal tangannya dan langsung mengarahkan sebuah pukulan keras ke arah perut Bobby. Namun sayangnya, pukulan yang sudah Alan anggap keras hanya terasa seperti sebuah pijitan oleh Bobby yang kini tampak menyeringai tipis setelah tertawa puas meremehkan Alan. "Kau ini entah bodoh apa polos ya!" Bobby langsung mengarahkan pukulan balasan yang dapat dihindari oleh Alan hanya dengan menggerakkan kepala ke arah sebaliknya dari pukulan itu. "Inilah waktunya." Alan langsung mengeluarkan sebuah besi pendek yang memang ia sembunyikan di balik celana pada bagian belakang tubuhnya. Dengan besi itulah, Alan mulai menyerang tepat di wajah Bobby berulang kali hingga membuat pria itu mengerang kesakitan. Melihat rekannya mendapatkan masalah, Luis pun langsung berlari menghampiri Alan. "Berani sekali kau kurus!" kecam Luis dengan raut wajah yang penuh amarah. Alan pun berlari ke arah Luis, lalu menjatuhkan tubuhnya dengan berseluncur di antara kedua kaki pria itu. Setelah melewatinya, Alan langsung memutar tubuhnya sambil mengayunkan besi yang digenggamnya sekuat tenaga hingga mengenai kepala Luis. Membuat pria itu seketika jatuh tak sadarkan diri, walau sempat terdiam beberapa detik akibat efek pukulan yang benar-benar tepat menghantam bagian belakang kepalanya. Baru saja sempat berdiri, kini Alan kembali mendapatkan serangan dari Bobby. Satu sampai dua pukulan dari Bobby masih berhasil Alan hindari, walau dengan susah payah. Sampai akhirnya, Alan balik menyerang dengan mengarahkan besi yang digenggamnya ke arah kepala Bobby. Namun kali ini, pria itu berhasil menangkap besi tersebut. "Kau pikir dengan besi ini bisa mengalahkanku!" Dengan amarahnya yang sudah memuncak, Bobby pun langsung membuang besi itu jauh ke sisi kiri hingga membentur sebuah mobil yang terparkir di sana. Tak ayal, suara alarm mobil itu pun mulai terdengar di seluruh area basemen. "Sial, sudah tidak ada lagi besi itu. Sekarang apa yang bisa aku lakukan dengan tangan kosong ini? Seandainya ini adalah tubuhku, pasti tidak akan sulit menghadapi kedua pria ini." Baru saja Alan coba untuk berpikir, sebuah tendangan dari Bobby berhasil mengenainya hingga membuat Alan terjatuh dengan rasa sakit yang baru kali ini terasa sangat menyakitkan. "Payah, baru menerima satu tendangan saja tubuh Andrew yang lemah ini sudah terasa sangat berat untuk digerakkan. Bahkan untuk berdiri saja rasanya sudah tidak mungkin," batin Alan sambil mengusap bercak darah yang keluar dari mulutnya akibat tendangan itu tepat mengenai bagian perutnya. Bersambung ✍️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD