Prolog

471 Words
Selamat membaca! Alan Walker adalah seorang anggota M16 yang tergolong memiliki reputasi baik dalam menangani berbagai kasus. Sampai akhirnya, sebuah peristiwa terjadi di kota London. Peristiwa pembunuhan seorang perdana menteri Inggris bernama Frederick Spencer yang membuat satuan intelegent MI6 turun tangan dalam menanganinya. Penyelidikan yang pada akhirnya menguak sebuah rahasia besar hingga membuat nyawa Alan terancam. Melalui organisasi mafia yang bernama Emperor Britania, Alan pun berhasil di tangkap beserta seluruh keluarganya. Ia coba berontak dan melawan kedua orang yang terus menahan tubuhnya. Sampai akhirnya, sebuah tembakan tepat di kepalanya mengakhiri perlawanannya. Alan pun mati terkapar disertai dengan teriakan histeris dari istri dan anaknya. Kematian yang menyisakan dendam yang tersemat dalam jiwa seorang Alan Walker. Rahasia itu pun terkubur bersama jasad Alan yang benar-benar di rahasiakan kematiannya. Mereka membuat Alan beserta keluarganya seolah hilang di telan bumi, tanpa jejak dan tanpa adanya sebuah pemberitaan. Padahal kala itu London baru saja kehilangan agen terbaiknya. "Di mana ini?" tanya Alan merasa lebih baik setelah memuntahkan seluruh air yang sempat memenuhi dadanya. Belum juga pertanyaannya mendapat jawaban, Alan kembali dibuat kebingungan saat dekapan seorang wanita memeluk tubuhnya dengan erat. Dekapan yang disertai suara isak tangis penuh rasa cemas. "Andrew, kamu selamat. Aku bersyukur sekali, Tuhan masih menyelamatkanmu. Padahal aku kira kamu sudah mati tadi," ucap seorang wanita bernama Laura Sharard dengan penuh haru karena sang kekasih masih dapat diselamatkan setelah nyaris tenggelam. "Siapa Andrew? Siapa wanita ini?" umpat Alan penuh rasa heran. Merasa tak nyaman dengan pelukan yang diberikan oleh Laura, Alan pun mulai mengurai pelukan itu dan berlalu pergi meninggalkan keramaian yang benar-benar membuatnya kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini. Langkah Alan semakin cepat dan tujuannya cukup jelas, yaitu ke sebuah toilet yang berada di depan sana. "Apa yang terjadi ini? Apa jangan-jangan?" Alan tak melanjutkan perkataannya dan semakin menambah kecepatan larinya. Setelah berlari dengan napas yang terengah-engah dan menimbulkan tanda tanya dalam pikiran Laura, kini Alan sudah tiba di sebuah toilet. Pria itu pun mulai membasuh wajahnya berkali-kali. Berharap pikiran yang tak masuk akal dapat hilang dari otaknya. Bagaimana mungkin, seseorang bisa hidup kembali di tubuh orang lain. Lantas jika itu tidak benar, kenapa wanita tadi memanggilnya dengan nama Andrew. Kenapa tidak Alan? Beberapa pertanyaan mulai mengusik ketenangannya dan semakin menggerogoti apa yang menurutnya mustahil. Seakan merubah keraguan dalam dirinya saat ini tentang hal yang sebenarnya sangat mustahil untuk terjadi bila harus dicerna sebagai sebuah logika. Sampai akhirnya, cermin jugalah yang menjawab semua keraguannya itu. "Ya Tuhan, ini tidak mungkin!" Alan mulai menatap wajahnya pada cermin sambil menyentuhnya dengan jemari tangannya. Wajah yang tak dikenalinya. Membuat kedua matanya membeliak tak percaya atas semua yang dilihatnya saat ini. "Jadi permintaanku dikabulkan. Apakah ini kesempatan kedua agar aku bisa mendapatkan keadilan atas kematianku dan seluruh keluargaku?" ucap Alan diakhiri dengan sebuah pertanyaan yang masih membuatnya merasa bingung. - Welcome in the real action -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD