Duan Ji

1597 Words
• Duan Ji Meng Bingbing sama sekali tidak sadar kenapa kalimat itu bisa keluar, yang pasti adalah... Dia melakukannya secara alami karena dia sedang kesal saat itu. Tidak terpikir kalimat itu keluar dengan sendirinya. “Apa dia baru saja bilang istri?” bisik Dong Mei, ibu Meng Bingbing. “Aku jelas mendengar dia memang mengatakan istri,” balas Nenek Chan yang juga berbisik. Melihat semua orang terdiam dan bersikap aneh, membuat Meng Bingbing sadar dengan apa yang dikatakannya. Gadis itu menutup mulutnya, kemudian wajahnya, rasa malunya benar-benar tak tertahankan dan dia pun duduk lemas di kursinya. “Itu bagus! Itu ide yang sangat bagus... Bagaimana kalau kita judohkan saja Meng Bingbing dengan Tuan Muda Ye!” seru Kakek Meng sambil berdiri. Apa yang di ucapkan oleh Kakek Meng bahkan lebih mengejutkan lagi. “Kakek Meng, tenanglah. Mendengar Meng Bingbing bilang ingin menjadikan dirinya sebagai istriku itu saja sudah terdengar begitu horor. Jika kau benar-benar menjodohkan kami, maka itu akan lebih buruk lagi,” jawab Ye Shao. “Apa kau ingin bilang aku tidak menarik untukmu?! Berani juga kau!” “Lihat dirimu, gadis kecil!” balas Ye Shao. Keduanya sama-sama berdiri, bak dua ekor kucing yang sedang berkelahi mereka saling mengaung satu sama lain. “Hahaha... Masa muda, mereka mengingatkanku pada masa remajaku, dulu aku dan Meng Tua juga sering berseteru seperti itu, pada akhirnya kita berpacaran,” ujar Nenek Chan Juan. “Aku dan Meng Jian bahkan lebih parah, tapi akhirnya kami menikah dan hidup sebagai pasangan yang mesra,” imbuh Dong Mei. “Tidakkah Ye Shao dan Meng Bingbing mengingatkan kita pada kenangan masa lalu kita?” “Setuju! Mereka harus di jodohkan, mereka terlihat serasi!” “Ditolak!!!” seru Meng Bingbing dan Ye Shao secara bersamaan. Mereka saling menatap dengan aura permusuhan yang dalam di antara keduanya. “Sudah kubilang kalau mereka cocok,” bisik Dong Mei pad kedua mertuanya. Dan disitulah perbincangan panjang mereka berakhir, acara bertamu Ye Shao sudah berakhir, dengan lahirnya musuh baru dalam hidupnya, Meng Bingbing. **** Di luar Aula Tamu, seorang remaja berdiri dengan tekad dan keseriusan yang sudah bulat. Dia berdiri menatap pintu yang akan di lalui oleh Ye Shao, dan dengan berani pemuda ini akan menantangnya di sebuah ring Bela diri. “Duan Ji, sebaiknya kau hentikan saja. Kau tidak lihat bagaimana Guru memperlakukan pemuda itu seperti tamu?” “Kau bisa kena masalah besar jika menantang tamu Guru, Guru akan menghukummu tidak main-main.” “Ayo pergi sebelum semuanya terlambat.” “Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan kalian, ini adalah keputusanku sendiri untuk menantang Tuan Muda itu, aku tidak akan mundur sedikitpun. Jika Guru hendak menghukum aku sekalipun, aku akan menanggungnya sendiri nanti,” sahut Duan Ji dengan pandangan tetap terarah pada Pintu Aula Tamu. Teman-teman seperguruannya menyerah untuk menariknya dari tempat itu, tekadnya benar-benar sudah bulat. Para murid memilih untuk membiarkan dan tidak ikut campur dengan masalah ini. Tak lama setelah itu Ye Shao keluar di antar oleh Meng Gu Cao serta istri dan menantunya, Meng Bingbing pun terlihat mengikuti mereka dari belakang. Melihat mereka berbincang ria membuat Duan Ji merasa panas. “Mereka terlihat seperti sudah saling mengakrabkan diri, ada apa dengan anak itu? Bagaimana dia bisa mencairkan guru yang berhati dingin? Dia tidak pernah sampai seterbuka itu pada siapapun,” pikir Duan Ji sambil mengepalkan tangannya. Melihat Duan Ji berdiri mengahadang jalan Ye Shao, membuat Meng Gu Cao dan keluarga heran, mereka pun berhenti. “Harusnya aku yang di perlakukan seperti itu, cara mereka memperlakukan Tuan Muda itu seperti dia adalah Tunangan Meng Bingbing. Tidak! Tempat itu milikku, tak seorangpun aku ijinkan mengambilnya dariku,” kata Duan Ji dalam hatinya. “Duan Ji, apa yang kau lakukan berdiri menghadang jalan seperti itu?” kata Meng Gu Cao. “Maafkan murid ini, Guru!” Duan Ji membungkuk pada Meng Gu Cao, kemudian dia mengangkat kepalanya. “Saya ingin menantang pemuda yang di samping anda dalam arena pertarungan, saya ingin bertukar saran dengan tamu anda,” imbuh Duan Ji. Kakek Meng yang menganggap tindakan itu sebagai suatu tindakan yang tidak sopan dengan cepat melangkahkan kakinya menuruni tangga, tapi Ye Shao menahan tangan Kakek Meng. “Tidak apa-apa, Kakek Meng. Tidak apa-apa,” ujar Ye Shao. Giliran Ye Shao yang turun secara perlahan dari tangga itu. “Tidak ada yang bisa menghentikan atau mencegahku, setidaknya itu yang aku pikirkan. Apa aku sudah menua? Bagaimana cengkraman pemuda itu bisa begitu kuat?” pikir Kakek Meng. “Aku mempelajari gulungan seni bela diri Klan Feng Hao bukan tanpa alasan, aku sedang menunggu. Aku menunggu untuk mendapatkan kesempatan untuk menggunakannya, dan sekarang...” “Kesempatan itu ada di depan mataku,” kata Ye Shao dalam hati, dia berhenti tepat di depan Duan Ji. **** Dan begitulah pertarungan antara dua pemuda ini di setujui, saat ini mereka berdua berdiri di atas sebuah arena yang cukup besar, hanya mereka berdua. Para murid lain dan para pengawas serta para guru Perguruan Keluarga Meng berada di bawah arena duduk dengan rapi di kursi penonton. Tidak ada pertaruhan, hanya resmi sebuah pertarungan yang di tujukan untuk saling bertukar saran. Namun tentu saja ada kebencian yang di pendam oleh salah satunya. “Pria bodoh, dia pikir dia bisa melawanku? Aku sudah berlatih selama dua belas tahun. Aku yakin, orang yang hanya mahir memanjat sepertinya tidak akan bisa menjadi lawanku,” pikir Duan Ji. “Setelah ini aku akan membuat Meng Bingbing dan guru melihat betapa bodohnya pria ini,” imbuhnya dalam hati. Hao Di naik ke atas arena, dia menjadi penengah atau wasit dari pertarungan yang sudah di sepakati. “Peraturannya sederhana, lindungi bagian tubuh kalian yang butuh untuk di lindungi. Terpukul, salah sendiri. Pertandingan berakhir bila satu terjatuh, atau menyerah. Sekian!” “Singkat sekali, lagipula apa maksud melindungi bagian tubuh yang penting? Apa tidak masalah jika harus memukul bagian yang vatal? Musuh tidak akan di salahkan jika mengincarnya, cara keluarga Meng dilatih benar-benar menarik,” kata Ye Shao dalam hati. Hao Di turun dari arena, ada seseorang yang berdiri di atas sebuah menara kecil, disana ada sebuah Gong besar, saat benda itu di bunyikan... Maka pertandingannya akan di mulai. Tak lama setelah Hao Di turun, benda itu pun di bunyikan. Duan Ji segera bergerak, dia mengeluarkan jurus-jurus yang dia pelajari ketika latihan, setelah menunjukkan kecemerlangannya itu dia memasang kuda-kuda dengan sangat percaya diri. Ye Shao hanya tersenyum kecil sambil menggaruk kepalanya. “Apa perlu aku tunjukan gerakan-gerakan dari Klan Feng Hao? Tapi apa gunanya itu? Sebuah pertarungan hanya terjadi ketika sebuah pukulan di lancarkan. Menunjukkan gerakan-gerakan jurus itu tidak penting jika tidak di gunakan untuk mengenai lawan.” “Aku sebut gerakan tadi, sebuah gertakan. Konyol sekali,” imbuh Ye Shao dalam hatinya. Di kursi para guru senior yang mengajar di keluarga Meng, mereka merasa bangga ketika melihat Duan Ji mengeluarkan jurus-jurusnya. “Duan Ji sangat berbakat, meskipun tidak sebanding dengan Nona, tapi dia mempelajari semuanya dengan sangat baik. Tidak ada darah keluarga Meng dalam dirinya, tapi berhasil mempraktikkan seni bela diri keluarga Meng sampai sejauh ini, dia adalah pria yang tekun.” “Jika Tuan Meng Gu Cao menjodohkan Duan dengan Meng Bingbing, kurasa Tuan tidak akan memiliki penerus yang mengecewakan.” “Ya! Aku yakin dua atau tiga tahun lagi Duan Ji akan bisa mempelajari semua teknik seni bela diri keluarga Meng dengan sempurna.” “Tapi lawannya Duan Ji, kenapa dia diam saja? Apa dia sebenarnya tidak tau bela diri? Kenapa pemuda itu nekat menerima tantangan Duan Ji, dia yang terbaik kedua setelah Nona, jadi apa yang di pikirkan Pemuda itu?” Duan Ji ataupun Ye Shao jelas mendengar apa yang di katakan oleh orang-orang di bawah. Ye Shao masabodoh dengan apa yang mereka katakan terhadapnya, tapi Duan Ji... Dia besar kepala setelah di puji. “Benar! Aku itu berbakat, setelah Bingbing akulah yang terhebat, hanya aku yang pantas berdiri di sampingnya. Hanya aku yang pantas di jodohkan dengannya.” “Orang luar sepertimu, sebaiknya pergi saja dan menyesal karena sudah bertemu dengan aku, Duan Ji!” umpat pria itu dalam hati. Duan Ji segera bergerak cepat mendekati Ye Shao dengan tangan yang di kepalkan ke arah wajah Ye Shao. Gerakan itu begitu cepat sehingga orang biasa pun akan terkejut ketika melihatnya, Ye Shao sama sekali tidak bergeming, dia mengalihkan pukulan itu dengan tangan kanannya, dan dengan tangan itu pula dia mendorong Duan Ji. Duan Ji terpental, ke belakang hingga dia hampir jatuh. Saat dia melihat ke depan, Ye Shao masih berdiri di tempatnya tanpa bergeming sedikitpun, bahkan Ye Shao tersenyum untuk memprovokasi Duan Ji. “Apa yang di lakukan pemuda itu? Apa dia baru saja mendorong Duan Ji mundur?” “Pemuda itu sama sekali tidak sederhana, dia tidak bergeming sedikitpun. Sudah pasti dia dapat dengan jelas melihat arah tujuan pukulan Duan Ji.” Duan Ji merasa aneh dengan tangan yang baru saja di tepis oleh Ye Shao. Rasanya seperti tangannya kesemutan, dan panas. Dia bahkan bisa melihat memar yang masih samar di tangannya itu. “Anak itu tidak akan sembarang menerima tantangan dari seorang murid perguruan, kalau dia sendiri tidak punya kemampuan.” “Dia memprovokasi Duan Ji, tidak kah kau melihat itu?” Melihat Ye Shao tersenyum dengan santai membuat Duan Ji semakin kesal. “Maaf kawan, tapi kau akan pulang dengan banyak luka!” seru Duan Ji. Pemuda itu kembali menerjang, kali ini dia menyiapkan sebuah tendangan untuk Ye Shao, tendangan yang begitu tinggi, melesat seperti sebuah pecutan. Sayang hal itu sama sekali tidak membuat Ye Shao harus berpindah dari tempatnya. Dengan santai Ye Shao menangkis setiap serangan Duan Ji lagi dan lagi. “Hei... Katakan itu lagi saat kau mampu melukaiku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD