Dia Keceplosan

1605 Words
• Dia Keceplosan Di luar kediaman Keluarga Meng, para murid beristirahat dan mulai berbincang. Mereka merasa kagum dengan seorang pemuda yang baru mereka temui, setelah melihat betapa hebatnya Ye Shao, para murid keluarga Meng tidak berhenti membicarakannya. “Tidak kah kau berpikir kalau Tuan Muda itu juga seorang peseni bela diri? Mungkin ada keluarga lain yang mempunyai ahli seperti Guru Meng mengajarkan kemampuannya pada Tuan Muda mereka.” “Tapi... Bukan rahasia umum lagi, kalau Perguruan Keluarga Meng kita adalah yang terbaik. Dan tidak terlalu banyak Keluarga Seni Bela diri di provinsi ini. Menurutmu Tuan Muda tadi dari keluarga apa?” “Sulit di percaya, dia mengalahkan Senior Meng. Padahal dia adalah murid terbaik disini, jelas dia adalah yang tercepat saat latihan menaiki tangga. Perlu banyak usaha untuk tetap mengekor di belakangnya.” “Kau benar, hingga saat ini aku belum pernah sekalipun dapat menyalipnya.” “Pemuda itu melesat seperti roket, dia hanya meninggalkan debu untuk kita lihat. Tau tau dia sudah setengah jalan mendekati Senior Meng.” Duan Ji hanya terdiam mendengar itu semua. Jelas pemuda itu sangat kesal, dia dapat melihat dengan jelas Meng Bingbing di gendong oleh Ye Shao. Tak hanya itu, murid yang menyaksikan mereka di atas, merasa hubungan Meng Bingbing dengan Ye Shao itu sangat dekat. Hati pemuda bernama Duan Ji itu pun tersulut, perlahan terbakar dan menampilkan kemarahan lewat wajahnya. “Dia sama sekali bukan seorang peseni bela diri, dia tidak tau apapun mengenai kungfu. Dia hanya seorang atlet pelari marathon mungkin. Kau tidak melihat otot kakinya? Jelas dia sangat percaya diri berlomba dengan Meng Bingbing. Dia sudah terbiasa berlari, dia mengira hal itu akan mudah untuknya, jadi dia menang,” ucap Duan Ji dengan nada kesal. “Kakak Duan, apa kau pikir lari menaiki tangga yang ukurannya saja berbeda di setiap tangganya itu mudah? Perlu fokus yang sangat dalam, karena itu Guru Meng meminta kita melatih fokus dengan cara berlari naik turun tangga itu.” “Dan lagi, pemuda itu baru satu kali melakukannya. Tapi dia berlari seolah-olah dia sudah terbiasa dengan itu. Aku tidak berpikir kalau dia seorang atlet.” “Apa perlu ku buktikan pada kalian?” kata Duan Ji sembari berdiri. “Apa yang akan kau lakukan Duan Ji?” “Apa lagi? Tentu saja menantang pemuda itu untuk bertarung,” jawab Duan Ji. “Setelah itu aku akan membuat Meng Bingbing melihat sisi memalukan dari pria itu. Aku yakin Meng Bingbing sangat benci pemuda lemah, kalau Meng Bingbing menyukai pria itu, nantinya Tuan Muda akan seperti pria yang sembunyi di balik punggung wanitanya,” kata Duan Ji dalam hati. **** Di dalam aula tamu, kebenaran tentang Ye Shao yang menjadi penyelamat atau dermawan untuk Kakek Meng di ungkapkan oleh Pak Tua itu. Semua orang terdiam, bahkan mereka berpikir kalau hal itu mungkin saja sebuah candaan yang di ucapkan oleh Meng Gu Cao. “Kau sudah pergi ke sana ke mari mencari seorang dokter yang dapat menyembuhkanmu, saat kau sembuh, kau bilang seorang anak SMA yang mengobatimu. Meng Tua, apa kau sedang mencoba bercanda?” kata Nenek Chan. “Kakek, jika kau bilang orang yang menyembuhkan cedera lama kakek adalah pemuda ingusan ini, itu benar-benar candaan yang keterlaluan,” imbuh Meng Bingbing mencoba menahan tawanya. “Mungkin ini memang terdengar seperti lelucon, tapi Nak Ye sebenarnya adalah seorang praktisi yang lebih baik daripada aku. Dia terampil, bahkan di usianya yang masih belia dia mampu menguasai tenaga dalam.” “Benarkah itu, Nak Ye?” “Nenek? Kau percaya itu? Mana mungkin pemuda sepertinya mahir dalam bela diri dan telah menguasai tenaga dalam? Kakek yang mengajariku dengan baik saja masih belum bisa membuatku mengeluarkan tenaga dalam, bagaimana anak ini bisa?” celetup Meng Bingbing dengan nada meremehkan. “Sebenarnya aku tidak yakin apakah aku menguasainya seratus persen, tapi aku jamin... Apa yang aku miliki memang sebuah tenaga dalam.” “Kakek Meng, bisakah anda menjelaskan seberapa jauh seorang praktisi bisa mengasah tenaga dalamnya? Karena Kakek Meng lebih senior, mungkin kakek Meng lebih mengerti banyak di bandingkan denganku,” imbuh Ye Shao. “Seorang Praktisi yang menguasai tenaga dalam itu tidak banyak, Nak. Umumnya seorang praktisi baru bisa mendapatkan tenaga dalam setelah mereka melewati jalan pencerahan.” “Di usia muda itu mustahil untuk menguasainya, butuh ketekunan selama puluhan tahun untuk bisa mendapatkannya, dan itupun tenaga dalam yang tidak terlalu kuat.” “Kami para praktisi sepakat untuk membagi tingkatan penguasaan tenaga dalam ke dalam empat tahapan. Pengenalan Qi, Pengembangan Qi, Penyatuan Qi, lalu Ahli.” “Seorang praktisi di tahap pengenalan Qi bisa merasakan aliran tenaga dalam tubuh mereka, tapi mereka tidak dapat mengeluarkannya.” “Seorang Praktisi di tahan Pengembangan Qi bisa merasakan aliran tenaga dalam, mereka pun bisa membuat tenaga dalam mereka semakin besar, tapi hanya sebagian kecil dari itu yang bisa mereka keluarkan.” “Seorang Praktisi pada tahap Penyatuan Qi, mereka bisa merasakan, membentuk Qi mereka semakin besar, mereka juga bisa mengeluarkan sebanyak yang bisa mereka buat, namun kapasitasnya masih terbatas.” “Seorang pada tahap Ahli tidak lagi mengenal batasan, mereka bisa dengan sesuka hati mengumpulkan dan melepaskan tenaga dalam mereka begitu saja. Bagi mereka yang telah mendapat pencerahan dan memahami rahasianya, kami semua menyebut mereka Praktisi tahap ahli." Begitulah yang bisa di jelaskan oleh Meng Gu Cao secara rinci. “Aku mengerti dengan penjelasan yang di katakan oleh Kakek Meng, jadi di dunia ini pun ada kekuatan yang melebihi akal manusia, semua itu di sebut dengan nama Tenaga Dalam atau Qi.” “Sama halnya dengan yang di miliki oleh Kaisar Huang, dia memiliki tenaga dalam yang bisa membuatnya mengeluarkan kemampuan super di luar nalar manusia. Tapi tingkatannya sudah jelas berbeda dari tingkatan seorang praktisi yang di sebut oleh Kakek Meng,” imbuh Ye Shao dalam hatinya. “Kakek Meng, seorang praktisi pada tahap ahli itu bisa melakukan apa?” tanya Ye Shao. “Hmm... Mereka yang sudah berada di tahap Ahli bisa menggenggam batu menjadi debu, mereka bisa menghancurkan tembok dengan satu pukulan, membengkokkan baja dengan tangan kosong, dan memukul mundur musuh mereka tanpa menyentuh.” “Wah... Kakek, apa semua itu benar?! Kalau begitu seorang praktisi tahap ahli adalah seorang manusia super yang sebenarnya,” kata Meng Bingbing dengan terkagum-kagum. “Tentu saja benar, dulu... Di generasi Kakeknya Kakek, seorang praktisi di tahap ahli itu masih ada, dan kakek sempat melihat pertarungan mereka. Itu benar-benar sesuatu yang seperti kisah fantasi, menakjubkan namun nyata.” “Tapi sekarang membudayakan kekuatan seperti itu sudah sangat sulit, perlu latihan dan ketekuan, juga... Kekuatan jiwa yang besar, jika mental seseorang tidak kuat saat melatihnya, dia akan jatuh dan menjadi gila.” “Praktisi Penyatuan Qi sepertiku saja sekarang sudah sangat langka, aku beruntung bisa mencapainya. Kuharap putaku Meng Jiang atau cucuku Bingbing juga bisa mencapainya suatu hari,” ujar Kakek Meng. “Kakek Meng, apa ada seorang praktisi yang bisa mengeluarkan senjata dari sebuah ketiadaan? Semacam artefak misalnya,” tanya Ye Shao. “Itu mustahil, dan tingkatannya sudah berbeda jauh dengan empat tingkatan yang telah ku jelaskan. Tapi aku pernah dengar kalau hal itu mungkin, mungkin di generasi praktisi yang lebih tua dari Kakeknya Kakekku, hal itu bisa di lakukan.” Ye Shao menepuk jidatnya, dan merasa menyesal. “Aku... Baru melakukan hal itu,” pikir Ye Shao. “Oh iya Nak Ye, kau sendiri sudah berada di tahap apa?” kata Meng Gu Cao. “Aku? Aku tidak tau, Kakek Meng. Tapi yang pasti aku bisa merasakan dan mengeluarkan tenaga dalam.” “Di usia remaja? Kau pasti berbohong. Kakek bilang itu butuh ketekunan selama puluhan tahun,” ujar Meng Bingbing. “Ya! Dan aku sama sekali tidak terlihat seperti seorang Kakek-kakek. Tapi tentang aku yang bisa merasakan tenaga dalam dan menyembuhkan cedera kakekmu, semuanya itu benar,” jawab Ye Shao. “Terserah, tapi kau dan Kakekku sama sekali tidak terlihat meyakinkan saat mengatakan hal itu,” balas Memg Bingbing sambil membuang muka. “Hei gadis kecil, kau banyak sekali bicara ya sekarang. Sudah tidak kesal? Kau tidak lupa kan dengan taruhannya?” Gadis itu tersentak, dia baru saja teringat kalau dia melakukan sebuah pertaruhan dengan Ye Shao dan berakhir kalah. “Aku menang, jadi sesuai kesepakatan... Kau akan menjadi abdiku sebanyak tangga yang aku pijak.” Perlahan wajah gadis itu memerah, dengan alis yang di tekuk dan pipi yang dia bulatkan. Tangannya mengepal menahan amarah. “Sial! Pria ini mengingatnya, kupikir dia diam tidak menyinggung masalah itu lagi karena dia lupa. Kuhhh! Ini begitu menyebalkan,” umpat Meng Bingbing dalam hatinya. “Ya iya! Aku ingat dengan kesepakatan kita, selama seribu hari aku akan menjadi abdimu. Seorang Meng tidak pernah mengingkari janji mereka, kesepakatan apa yang kami junjung tinggi, kepercayaan apa yang kita pegang,” jawab Meng Bingbing. “Hari? Apa aku pernah bilang itu hari?” kata Ye Shao. “Eh? Berarti itu jam? Jadi aku akan menjadi abdimu selama seribu jam?” wajah gadis itu jadi sedikit senang. “Bulan! Dan jumlahnya bukan seribu, semuanya ada seribu empat ratus empat puluh satu anak tangga.” “Sebenarnya memang ada seribu empat ratus empat puluh satu anak tangga, hebat juga Nak Ye bisa menghitungnya saat pertama kali menaikinya,” sela Meng Gu Cao. “Selama seribu empat ratus empat puluh satu bulan aku akan menjadi abdimu? Kau bercanda, jika itu terhitung hari saja sudah akan menjadi tiga tahun aku mengabdi padamu, kalau bulan akan menjadi berapa tahun, ha?!!” Gadis itu mulai rewel dan mulai kesal tidak tertahankan, sampai akhirnya dia tidak tau apa yang dia bicarakan. “Itu akan menjadi seumur hidupku tidak bisa lepas denganmu, daripada di jadikan seorang abdi, kau terdengar lebih ingin menjadikan aku sebagai istrimu!” Semua orang pun terdiam mendengar hal itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD