Ye Shao telah mengantongi undangan dari Kakek Meng, dia mendapatkan satu kursi penting di samping Pak Tua itu, walaupun dia hanya sekedar seorang bocah SMA, orang-orang di pelelangan tidak akan mempertanyakan statusnya.
“Pelelangan Akbar yang di adakan sepuluh tahun sekali, waktunya bertepatan dengan hari setelah ujian, itu artinya sekitar dua bulan lagi, apa yang akan aku siapkan dalam acara besar itu? Haruskah pergi ke gudang harta dan melihat-lihat?”
Di atas kasur lembut di dalam kamarnya, Ye Shao memulai meditasi, kemampuannya untuk mengakses Gudang Harta peninggalan Kaisar Bintang semakin meningkat, tidak perlu banyak tarikan nafas untuk berpindah, dan pemuda itu sudah berada di ruang megah yang mirip istana itu.
“Sepertinya tidak mungkin aku melelang benda-benda yang ada di dalam sini, bagaimanapun semua ini berasal dari dunia lain, benda-benda semacam ini tidak ternilai harganya. Karena ini peninggalan yang dia wariskan padaku, aku harusnya bertindak lebih bijak.”
Ye Shao pergi menuju Taman Surgawi, di mana tempat itu menjadi tempat bagi Huang Pu Yun Shao untuk membudidayakan herbal.
“Kalau herbal bisa di tanam kembali, mengambil satu dua jumput tidak akan mengubah apapun, lagipula dengan ini aku bisa membuat obat, aku hanya perlu pergi ke perpustakaan Gudang Harta dan melihat-lihat resep apa yang akan aku gunakan.”
Ye Shao membuka mata, dia keluar setelah menguasai beberapa keterampilan lewat Gudang Harta.
“Hufft... Berapa lama sejak aku memejamkan mata?” dia menoleh pada jam yang terpaku di dinding kamarnya. “Delapan jam? Sial, sudah pagi ya. Untungnya hari ini akhir pekan.”
Ye Shao meregangkan badannya sesaat setelah turun dari kasurnya, “Aku tidak merasakan kantuk sekalipun, apa pergi ke Gudang Harta sama dengan mengistirahatkan diri, ya?”
Telepon berdering, Ye Shao pergi ke ruang tamu untuk mengangkatnya, dia tidak mengira itu akan menjadi akhir pekan yang ramai. Setelah menerima telepon, Ye Shao di jemput untuk pergi ke kediaman utama Keluarga Ye. Untuk introgasi.
Semua orang melihat Ye Shao yang duduk dengan wajah gusar, Ye Tianlong ayahnya membanting surat yang baru tiba di kediamannya, surat undangan berkulitkan emas dengan nama Ye Shao tertulis di atasnya.
“Kau tau apa artinya ini?” tanya Ye Tianlong menatap putranya itu dengan serius, Ye Rou dan Nona Gong beserta orang lain di dalam kediaman Ye hanya bisa terdiam dengan wajah cemas.
“Aku di undang ke sebuah Pelelangan Akbar,” jawab Ye Shao dengan santainya.
“Tepat sekali, kau tau seberapa berbahanya itu? Ye Kecil, Pelelangan Akbar bukanlah acara biasa, itu juga menjadi titik temu bagi orang-orang dari dunia terang dan dunia gelap. Acara ini, selalu memakan korban jiwa. Terlebih lagi, sebuah organisasi berbahaya baru-baru ini bergabung untuk ikut ambil bagian di dalamnya.”
“Pembawa pesan kematian?” ucap Ye Shao, mengucapkan dengan nada yang biasa saja seakan tidak ada kekhawatiran di wajahnya.
“Pak Tua, apa kau memiliki beberapa informasi tentang mereka?”
“Aku tidak tau mereka lebih jauh, yang ku tau mereka adalah salah satu organisasi berbahaya yang baru-baru ini terbentuk, mereka mulai menyebarkan reputasi mereka melalui beberapa insiden yang baru-baru ini terjadi di kota M. Yang terbaru adalah p*********n terhadap kelompok oposisi, sejauh itu yang ku tahu tentang mereka.”
“Nak, saranku adalah, kau harus memikirkan baik-baik soal berpartisipasi ke dalam acara itu, salah-salah mungkin kau mungkin akan menyinggung salah satu dari mereka.”
“Terimakasih, Pak Tua karena telah mengkhawatirkanku, namun..., aku akan berjanji satu hal padamu, tidak akan ada sesuatu yang buruk menimpaku. Aku tidak membicarakan kemampuan seni bela diriku, yang coba ku katakan adalah, aku sekarang berada dalam perlindungan Kakek Meng, dia pasti akan memastikanku baik-baik saja,” ucap Ye Shao sembari tersenyum tenang.
“Lagipula..., kita harus memberikan wajah pada mereka,” imbuh pemuda itu sambil melirik ke arah pintu masuk.
Ye Shao dapat merasakan kalau orang yang hendak datang menyambangi rumahnya adalah Pamannya, Ye Shuan Bai dan Ye Feng Qi. Baru saja di pikirkan, keduanya masuk ke Kediaman Ye Tianlong tanpa mengetuk pintu, berjalan dengan gagah seraya tersenyum begitu percaya diri.
Ye Shao melepas jaketnya dan melemparkan jaket itu ke atas meja untuk menyembunyikan undangan emas yang ia dapat dari Keluarga Meng.
Kedua Pamannya dengan begitu arogan berjalan menghampiri mereka yang kala itu berkumpul di ruang tamu.
“Lihat siapa yang datang tanpa di undang, mereka pasti memiliki sesuatu untuk di pamerkan,” ketus Ye Rou Ibu Ye Shao memperingatkan orang-orang di sekitarnya.
“Salam Patriark,” ucap Ye Shuan Bai dan Ye Feng Qi separuh membungkuk, mereka memang orang-orang yang selalu setengah hati terhadap Keluarga Ye Tianlong, meskipun sudah jelas siapa yang terbaik di antara mereka, Ye Shuan Bai dan Ye Feng Qi selalu memberikan suasana persaingan dengan sodara mereka Ye Tianlong.
“Lihat siapa yang juga berada di sini, Tuan Muda Ye namanya melejit baru-baru ini,” kata Ye Feng Qi, adik laki-laki Ye Tianlong.
“Ah..., benar, kualitas yang di tunjukkan oleh Tuan Muda Ye di pesta penyambutannya terakhir kali benar-benar mengejutkan semua orang,” imbuh Ye Shuan Bai Kakak tertua Ye Tianlong.
“Terimakasih, Paman. Keponakan ini senang mendengar pujian itu, tapi... Keponakan ini melihat kedua paman tidak datang kemari hanya untuk itu,” kata Ye Shao.
Ye Shuan Bai dan Ye Feng Qi langsung duduk di kursi padahal selain Ye Tianlong dan Ye Shao, tidak ada seorangpun berani duduk tanpa ijin, bahkan Ye Rou istri Ye Tianlong sekalipun.
“Orang-orang ini terlalu seenaknya, pasti ada alasan kenapa mereka mengangkat dagu sejak mereka datang,” ketus Ye Rou dalam hati.
“Keponakan Ye benar, kami datang kesini membawa sesuatu yang penting. Putra kami Ye Shuan Dahai dan Ye Feng Hao telah bekerja sama untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa,” kemudian Ye Shuan Bai melemparkan undangan berwarna perunggu yang agak mirip dengan yang di kirim ke kediaman Ye Tianlong.
“Undangan Pelelangan Akbar yang di selenggarakan setiap sepuluh tahun sekali, hebat bukan? Kedua Ye Generasi Muda kita bisa mendapatkan satu undangan perunggu dari acara itu,” tambah Ye Feng Qi.
“Perunggu mungkin bukan undangan yang terbaik, tapi di seluruh provinsi hanya seratus dari undangan perunggu yang tersebar, perak dua puluh undangan, dan undangan emas hanya bisa di dapatkan oleh delapan orang. Mereka adalah karakter-karakter penting yang yang mungkin hanya bisa kita lihat, betapa beruntung jika kita bisa menyapa mereka.”
“Kita orang-orang tua tidak bisa lagi mendapatkan sesuatu semacam itu, kini giliran para generasi muda yang bertindak. Tapi Ye Shao dan kedua Ye yang lain itu berbeda. Ahaha, maksudku, Ye Shao masih duduk di bangku SMA, dia sama sekali belum terjun ke dunia orang dewasa, jadi bagaimana dia bisa mendapatkan undangan itu? Hal itu di luar tugasnya sebagai seorang pelajar SMA, hahaha.”
“Tapi tenanglah Nak Ye, kau pasti akan mendapatkan kesempatanmu segera,” Ye Feng Qi menambahi perkataan Ye Shuan Bai.
Ye Shao hanya tersenyum ketika Pamannya dengan terus terang menyindir dirinya, Ye Rou dan yang lainnya sudah mulai gerah dengan sikap yang di tunjukkan kedua saudara Ye Tianlong, tapi mereka tetap memaksakan diri untuk diam.
“Berbeda dengan dirimu, Ye Shuan Dahai dan Ye Feng Hao itu pekerja keras, mereka selalu pergi mencari koneksi dengan orang-orang penting di seluruh Provinsi, memanjat untuk bisa mendapatkan ketenaran mereka sendiri, sampai akhirnya mendapatkan undangan itu,” ujar Ye Shuan Bai yang tampak tidak ingin berhenti melebih-lebihkan kemampuan keluarganya.
“Mereka telah bekerja keras, kami mendidik mereka dengan sangat baik. Patriark, putramu Ye Shao masih muda, ini masih belum terlambat untuk mendidiknya dengan lebih tegas. Lihatlah dirinya, menggeletakkan jaket di atas meja sedang dia menyambut tamu, sopan santun seseorang terlihat bahkan dari hal kecil sekalipun,” tersenyum sungging, jelas Ye Feng Qi ingin menampar wajah Ye Tianlong dan Ye Rou selaku orang tua Ye Shao.
Melihat lirikan dari iparnya yang begitu sinis jelas membuat wajah Ye Rou memar karena murka, “Adik Feng! Anda tidak perlu mengajarkan kami bagaimana cara mendidik putra kami...,” Ye Shao mengangkat tangannya setinggi bahu untuk menyela ibunya yang di liputi oleh emosi, “Jangan Ibu, marah hanya membuat kecantikan Ibu luntur, meskipun kedatangan Paman-pamanku membuat semua orang geram, dan kehilangan suasana hati mereka yang baik. Kita tidak boleh membiarkan mereka merasa buruk, mereka ini tamu,” kata Ye Shao seraya tersenyum menyipitkan mata ke arah paman-pamannya.
“Hahaha, Keponakan..., kau sekarang semakin pandai bicara. Tidak seperti dirimu yang dulu, selalu bicara tidak masuk akal dan menyusahkan orang lain karena tingkahmu,” kata Ye Shuan Bai.
“Kakak!” seru Ye Tianlong dengan mata membulat karena murka.
“Ayah tenanglah,” ucap Ye Shao perlahan.
Sang Patriark menoleh ke arah putranya setelah menatap kedua saudaranya dengan begitu tajam.
“Apa anak ini baru memanggilku ayah?” pikir Ye Tianlong.
“Paman, maafkan karena tindakanku di masa lalu sangat tidak beralasan. Tapi kali ini, aku Ye Shao selalu bertindak beralasan, aku memiliki tekad untuk membuat kedua orang tuaku bangga dengan apa yang sudah ku lakukan, di hadapan mereka aku menyesali perbuatanku di masa lalu. Sebaiknya kita tidak pernah membahas masalah itu lagi.”
“Adapun tindakanku yang kalian anggap tidak sopan hari ini, aku melakukannya hanya untuk menjaga suasana hati kalian yang tampak ceria. Seandainya aku ambil jaketku dari meja, kalian mungkin tidak akan mampu menaikkan bahu lagi,” imbuh Ye Shao dengan santainya.
“Ambil jaketnya, Keponakan Ye. Seharusnya meja itu menjadi tempat kue kering dan secangkir teh hangat,” ujar Shuan Bai sambil melihat ke arah Nona Gong.
“Paman Shuan, anda adalah pria yang baik. Bahkan anda membantu diriku belajar tata krama, kalau sudah begini aku hanya bisa patuh,” kata Ye Shao.
Tangan pemuda itu meraih jaket yang ada di meja, kemudian ia pikul jaket itu di pundaknya. Sesuatu yang sangat mencolok merangsang mata kedua pamannya untuk melirik ke benda yang di sembunyikan di balik jaket.
“Undangan Emas?!!”