Adu Pesona

1678 Words
• Adu Pesona Ye Shao sampai terlebih dulu di sekolahnya, hanya beberapa menit sebelum bus umum itu sampai di pemberhentian yang terletak di SMA-nya. Ye Shao ingin memastikan apakah orang-orang mampu melihat aura yang menyebar dari dalam dirinya, Ye Shao sendiri bisa melihat saat dia bercermin, aura yang memancarkan warna-warni bagai pelangi. “Apa benar mereka dapat melihat aura yang terpancar dari dalam diriku? Kenapa orang-orang menatapku begitu aku sampai kemari?” pikir Ye Shao. Semua orang hanya curi-curi pandang pada Ye Shao, meskipun mereka penasaran dengan Ye Shao, tidak ada yang berani menyapanya, bagaimanapun mereka telah melabeli Ye Shao sebagai orang aneh. “Maaf!” kata Ye Shao dengan tegas sehingga mengejutkan seorang gadis yang hendak masuk ke dalam. “Hiiikkksss!!!” gadis itu begitu ketakutan sampai dia berkeringat setelah Ye Shao menghentikannya. “Aku tidak mengenalmu tapi, apakah aku boleh menanyakan sesuatu?” kata Ye Shao. “Katakan saja, Seni0r. A-apa yang bisa aku bantu?” gadis itu gugup dan tidak berani menatap Ye Shao secara langsung. “Apa kau melihat sesuatu yang aneh pada diriku?” tanya Ye Shao. Gadis itu perlahan mengangkat wajahnya, walaupun sebenarnya dia takut menatap Ye Shao si Orang Sinting secara langsung, tapi karena Ye Shao telah mengatakannya, maka gadis itu tidak ingin menyinggungnya. Ye Shao di kenal karena dia cukup nekat. “Bagaimana? Apa kau melihat ada yang salah dengan penampilanku?” ujar Ye Shao yang tersenyum secara tidak sengaja. Gadis itu tersentak dan kepalanya seperti keluar asap, betapa meronanya wajah gadis itu setelah melihay ekspresi wajah yang di buat oleh Ye Shao. “Astaga, apa sebenarnya Seni0r Ye orang yang setampan ini? Bagaimana dia membuat senyum yang begitu mempesona, apakah orang aneh seperti dia mampu melelehkan hatiku? Tidak, aku telah di sesatkan,” dalam hati gadis itu. Karena gadis itu diam, Ye Shao melambai-lambaikan tangannya ke hadapan wajah gadis itu. “Halo, apa kau masih bersamaku? Bagaimana dengan pertanyaanku barusan?” kata Ye Shao. “Tidak! Tidak ada apapun yang salah denganmu, Senior Ye,” gadis itu menyembunyikan wajah tersipunya dan langsung berlari sambil tetap menutup wajahnya. Kumpulan Siswa yang baru turun dari bus umum menyaksikan kejadian itu, termasuk dengan Xia Ning Chan. “Ah... Ya ampun, lihat! Ye Shao baru masuk dan dia telah membuat gadis itu menangis.” “Nampaknya orang sinting itu telah melakukan hal aneh lagi.” Xia Ning Chan melihat Ye Shao dari jauh dan mengabaikannya begitu saja. “Aku tau kalau Ye Shao itu aneh, dia tidak berpikir seperti pemuda pada umumnya, tapi sikapnya yang mengabaikan dewi cantik sepertiku benar-benar tidak bisa di terima. Seluruh murid pria di SMA ini dengan senang hati menunjukkan perasaan kagumnya terhadapku tapi dia, melihatku saja tidak. Kuhh... Kenapa aku begitu kesal hanya karena orang sinting itu,” kata Xia Ning Chan dalam hati. **** Semua orang heran dengan kedatangan Ye Shao ke kelas yang begitu tiba-tiba, padahal mereka tau kabar tentang kecelakaan yang menimpa pemuda itu, tapi cukup aneh melihat dia baik-baik saja setelah lama menghilang. “Ye Shao... Dia datang, bukankah masih terlalu pagi untuk dia sampai ke kelas?” “Benar, biasanya dua menit sebelum bel masuk dia sampai dengan pakaiannya yang berkeringat, tapi dia tampak begitu segar hari ini,” bisik teman-teman sekelasnya. “Bukankah terakhir kali kabar yang kita dengar soalnya adalah tentang kecelakaan yang dia alami?” “Dia segar bugar, seperti tidak pernah mengalami kejadian itu.” “Seharusnya dia melakukan operasi kan? Kudengar kecelakaan itu cukup parah.” “Dengan uang dari Keluarga Ye akan sangat memungkinkan membuat operasinya berjalan lancar, bahkan jika Tuan Ye Tianlong meminta anaknya di pulihkan seperti semula, kemungkinannya mungkin ada.” “Tidak ada operasi yang tidak meninggalkan bekas luka, kau pikir dokter di dunia ini apa? Seorang Alien?” “Sssttt! Sebaiknya kita berhenti membicarakan hal ini, Ye Shao sedang mengawasi kita.” Ye Shao tersenyum dan menghela nafas lega, meskipun mereka berbisik Ye Shao mampu mendengar pembicaraan mereka dengan sangat jelas. “Berkat warisan yang di tinggalkan Huang Pu Yun Shao sangat luar biasa, aku bisa mendengar apa yang ingin aku dengar walau jaraknya sangat jauh, aku sendiri sudah mencoba mendengar omongan Ibu Kantin dari kelasku. Tidak salah lagi, suaranya ketika mengomel dengan nada yang khas, aku bisa pastikan kalau suara yang ku dengar adalah miliknya.” “Indraku semakin tajam, fisikku semakin kuat, auraku tidak tertandingi. Sudah kuduga ini adalah sebuah berkat. Haha... Aku bisa berhenti berimajinasi, sebab apa yang aku ingin lihat... Semuanya akan menjadi nyata,” “Mulai saat ini!” tegas Yun Shao dalam hatinya. Teman sekelas Ye Shao masih penasaran padanya, mereka tetap membicarakan dia dengan cara berbisik, melihatnya dengan curi-curi pandang. Ye Shao hanya senyum-senyum tak jelas. Meskipun hal itu terbilang aneh, tapi keanehannya tidak over seperti biasanya. “Mereka hanya membicarakan kesembuhanku, tidak ada yang menyinggung soal aura yang kupancarkan, padahal jelas aku bisa melihatnya di kaca,” kata Ye Shao dalam hati sambil melihat kaca jendela yang tepat berada di sampingnya. “Itu artinya orang biasa tidak akan bisa melihat aura yang aku pancarkan. Seandainya mereka melihat, mereka pasti akan pingsan dalam sekali pandang, hehe...” “Kalau dulu mereka menganggapku sebagai manusia yang tidak normal, maka aku yang sekarang lebih jauh tidak normal daripada aku yang sebelumnya,” imbuh Ye Shao dalam hatinya. Sebelum Bel berbunyi Pak Guru Lin Gao selalu datang tepat waktu, wajahnya sangat ceria sekali pagi itu, sudah hampir seminggu dia tidak melihat seorang murid yang selalu membuat onar di kelasnya. Saat dia masuk wajahnya akan sangat berseri ketika melihat kursi yang di duduki oleh Ye Shao itu kosong. Selamat Pak Lin Gao, hari-hari anda dengan sang murid pembuat onar telah kembali. Begitu Pak Guru paruh baya itu melihat kursinya telah kembali di duduki oleh Ye Shao, wajah yang harusnya berseri menjadi datar secara mendadak. “Kudengar dia kecelakaan, tapi bagaimana dia bisa pulih secepat itu? Dia seperti tidak mengalami apapun seperti yang di beritakan,” pikir Pak Guru Lin. “Selamat pagi, Pak Guru Lin!” Semua orang terkejut mendengar Ye Shao menyapa Pak Guru Lin yang biasanya selalu dia buat susah setiap kali ada kesempatan. “Oy! Apa baru saja Ye Shao memanggil Pak Guru Lin dengan namanya?” “Bukankah biasanya dia memanggil Pak Guru Lin dengan sebutan Makhluk Rendahan?” “Hari ini dia bersikap sangat sopan, dia bahkan tidak pernah berbicara sopan pada Pak Guru Lin sejak pertemuan mereka pertama kali.” Lin Gao juga cukup terheran dengan perubahan sikap Ye Shao yang begitu tiba-tiba. “Anak ini? Sejak kapan dia mulai berlatih bicara dengan benar?” pikir Guru Paruh Baya itu. “Maafkan saya karena beberapa hari ini tidak bisa mengikuti pelajaran anda,” kata Ye Shao yang lalu membungkuk memberi hormat dengan sangat sopan. Serentak para siswa yang melihat itu terkaget-kaget hingga tidak dapat duduk di bangku mereka dengan benar. Para siswa hanya bisa saling melirik dan melempar bisikan pada satu sama lainnya. “Dia benar Ye Shao? Kenapa sikapnya mendadak berubah seakan dia menjadi orang lain?” pikir Pak Guru Lin. Xia Ning Chan menyipitkan matanya dan menatap sinis ke arah Ye Shao. “Kenapa dia bersikap seperti orang normal pada umumnya? Apakah penyakit orang sintingnya juga di angkat setelah operasi? Dia benar-benar terlihat seperti orang yang berbeda,” kata Xia Ning Chan dalam hati. “Belakangan ini ada sesuatu yang membuat saya tidak bisa masuk ke sekolah, saya meminta maaf dan saya mohon agar Pak Guru Lin dapat memakluminya,” sekali lagi Ye Shao membungkuk dengan rasa hormat dan mengatakannya. Pak Lin Gao mendadak gagu melihat tingkah murid pembuat onarnya. “Ti-tidak masalah, kau boleh duduk dan mengikuti pelajaranku kembali,” dengan Gugup Pak Guru Lin Gao mengatakannya. “Terimakasih Banyak, Pak Guru Lin,” jawab Ye Shao. “Jadi sebenarnya aku tidak salah dengar, anak itu memanggil namaku untuk pertama kalinya setelah bersamanya melalui hampir tiga tahun. Ah! Ntah kenapa aku sangat senang,” dengan wajah yang tersipu Pak Guru Lin Gao mengatakannya dalam hati. “Tidak! Aku tidak boleh terlihat seperti ini di depan murid-muridku. Tapi aku bangga, Ye Shao akhirnya bisa berubah menjadi lebih baik. Mungkin kecelakaan itu telah membawa berkah baginya,” imbuh Lin Gao dalam hatinya. “Xia Ning Chan!” “Iya! Pak Guru Lin?” Xia Ning Chan langsung berdiri dari kursinya sembari menjawab panggilan dari gurunya itu. “Bisakah kau memperlihatkan catatanmu pada Ye Shao? Dia pasti ketinggalan beberapa pelajaran saat dia tidak masuk, apakah kau bisa membantunya?” Xia Ning Chan melotot, dia nampak kebingungan dengan permintaan Pak Guru Lin Gao padanya, tapi pada akhirnya... “Tentu saja, Pak. Saya akan membantu Teman Sekelas Ye.” “Bagus! Murid terpintar di kelas ini sangat bisa di andalkan,” puji Pak Guru Lin. Xia Ning Chan masih merasa bingung, dia menoleh ke arah Ye Shao, saat dia menoleh, dia tidak pernah menyangka Ye Shao melihat padanya dan mata mereka saling bertemu. Xia Ning Chan langsung membuang muka dan berpura-pura memeriksa tasnya. “Astaga, apa baru saja Ye Shao menatapku? Dia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya, si4l... Karena ini terlalu mendadak, jantungku dibuat berdegup olehnya.” “Hmmm... Tapi mungkin ini tidak buruk juga, saat dia menatapku mungkin dia akan segeras sadar betapa cantiknya Dewi Xia ini. Misiku adalah membuat semua lelaki di SMA ini takluk dan jatuh hati terhadap kecantikanku, dan hanya Ye Shao yang masih belum di taklukkan, aku tidak percaya pesonaku tidak cukup untuk meluluhkannya. Meski dia tidak normal sekalipun, dia pasti akan terpesona oleh wajah elokku,” sambung Xia Ning Chan dalam hatinya. Xia Ning Chan berbalik ke arah Ye Shao sambil memegang buku catatan, dia mengibaskan rambutnya untuk membuat pemuda itu terpikat. Xia Ning Chan tersenyum ramah hingga dia seperti mengeluarkan efek sparkling dari dalam dirinya. “Teman sekelas Ye, ini adalah catatan tentang pelajaran yang kau lewatkan.” Ye Shao mengambilnya. Dia terdiam untuk sesaat tanpa menunjukkan respon apapun terhadap pesona yang sengaja di tunjukkan oleh Nona Xia terhadapnya. Kemudian Ye Shao tersenyum padanya sambil memejamkan matanya, Ye Shao memiringkan sedikit sudut kepalanya sehingga pesonanya benar-benar keluar. “Terimakasih! Aku akan menjaganya dengan baik, Teman Sekelas Xia.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD