• Seorang Murid atau Dewi?
Kabar yang paling mengejutkan adalah, kabar kehadiran seorang gadis cantik. Seseorang yang tidak pernah terlihat di sekolah, Tiba-tiba terlihat memakai seragam yang sama. Ya... Intinya adalah seorang murid baru telah di pindahkan.
“Murid baru kah? Yang benar saja...”
“Sekolah sudah tinggal dua bulan menuju ujian akhir, bukankah memindahkan seorang murid itu terlalu berlebihan?”
“Aku tidak peduli soal itu.”
“Aku pun tidak mempermasalahkannya sama sekali.”
Semua murid laki-laki di kelas kemudian mengangguk secara bersamaan tanda kalau mereka sudah sepakat.
“Dia cantik!” pikir mereka, hati para murid laki-laki seakan-akan sedang beresonansi.
Ye Shao terpaku, sedangkan Xia Ning Chan sang ketua kelas yang tidak mendengar para guru membicarakan masalah ini dengannya, memancarkan aura permusuhan yang sangat kuat.
Seorang dewi yang bisa di bilang sama cantiknya dengan dewi Xia telah muncul.
“Nona... Silahkan perkenalkan dirimu!” ucap Pak Guru Lin dengan sangat sopan.
Gadis itu maju, melangkah dengan kaki kecilnya yang begitu mulus, begitu anggun bagaikan angsa putih. Gadis itu membungkuk memberi hormat, aura bangsawan yang di pancarkan tak kalah hebat jika di bandingkan dengan Dewi Xia.
Bau-bau persaingan semakin menyengat di kelas itu.
“Salam kenal, semuanya. Namaku Meng Bingbing.”
Mendengar nama marga yang tidak asing membuat para murid begitu terkejut.
“Meng? Apa dia dari keluarga Meng yang itu?”
“Tidak ada keluarga Meng lain di kota ini, sudah pasti Keluarga Meng yang itu.”
“Wahh...bukankah Keluarga dengan Marga Meng adalah salah satu keluarga terpandang?”
“Iya, aku dengar Patriark keluarga itu adalah seorang praktisi yang namanya sudah menyebar di seluruh provinsi. Bahkan perguruan yang menyandang nama Mwmg tercatat sebagai sebuah perguruan bela diri paling baik di kota ini.”
“Dia tidak kalah sempurnanya dengan Dewi Xia.”
“Aku pindah dari sekolah khusus putri di kota N, aku harap... Aku bisa mendapatkan kawan baru lagi di sekolah ini.”
Gadis itu tiba-tiba menundukkan wajahnya dan menunjukkan sikap yang malu-malu, Meng Bingbing memberikan kesan imut yang luar biasa.
“A-aku... Aku sangat pemalu jadi aku khawatir aku tidak bisa mempunyai seorang teman disini.”
Ye Shao menepuk jidatnya ketika melihat tingkah Meng Bingbing yang ia kenal sebagai gadis pemarah dan arogan tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat.
“Apa yang di lakukan gadis kecil itu disini, terus Apa-apaan sikapnya itu, ha?” pikir Ye Shao.
Karena Ye Shao sudah tau prilaku Meng Bingbing dengan baik, pria itu sama sekali tidak terpancing oleh pesona gadis lugunya. Tapi murid laki-laki lainnya...
Tiba-tiba mereka ribut saling tarik dan juga dorong untuk mendapatkan tempat nomor satu, menjadi yang pertama untuk menjabat tangan Meng Bingbing dan berharap bisa menjadi temannya.
“Nona Meng! Nona Meng! Bertemanlah denganku!”
“Aku saja, Nona! Aku akan membuat kehidupan sekolahmu ini ramai, aku jamin kau tidak akan kesepian.”
“Woy! Kau siapa berani menjanjikan hal seperti itu? Jangan Nona Meng, biar aku saja! Aku punya banyak sekali teman, aku juga cukup populer disini, kau tidak akan kesepian jika berteman denganku.”
“Diam!!!” seru Xia Ning Chan sambil menggebrak meja dengan keras.
Keriuhan itu teratasi dalam satu tarikan suara. Semua murid yang ribut itu memilih kembali ke tempat mereka masing-masing.
“Terimakasih, Ketua Kelas Xia... Mereka tidak akan pernah mendengarkan aku walau sudah ku peringatkan,” kata Pak Guru Lin.
Xia Ning Chan maju ke depan, dia mendekati Meng Bingbing, dia melangkah dengan wajah ramah. Tentu saja itu hanya pura-pura.
“Maafkan aku atas keributan yang terjadi, padahal ini adalah hari pertamamu. Mereka terkadang memang suka membuat keributan dan lupa menjaga sikap. Aku adalah Ketua kelas disini, Namaku Xia Ning Chan... Aku merasa bertanggung jawab atas sikap kurang pantas yang mereka tunjukkan,” ujar Xia Ning Chan.
Respect murid laki-laki ke Xia Ning Chan turun seketika.
“Tidak, aku tidak masalah... Malahan sikap yang mereka tunjukkan padaku adalah sikap yang begitu ramah, aku tidak pernah melihat ada seseorang yang begitu menyambutku. Aku suka mereka,” kata Meng Bingbing.
Respect murid laki-laki terhadap Meng Bingbing meningkat tajam.
“Gadis ini... Dia ternyata cukup licik juga. Apa dia datang kemari untuk menebarkan pesonanya pada murid laki-laki? Ingin bersaing denganku? Mimpi!” ucap Xia Ning Chan dalam hati.
Para murid terlihat begitu menyukai Meng Bingbing, melihat hal itu membuat Xia Ning Chan begitu kesal. Rasanya sesuatu yang harusnya menjadi milik Dewi Xia, akan direbut darinya secara langsung.
“Dasar para pria tidak tau malu, padahal mereka sebelumnya menjadi orang yang memuja kecantikanku, kenapa mereka melongo begitu melihat gadis ini?! Dasar pengkhianat!” kata Xia Ning Chan dalam hatinya.
Ning Chan melihat apakah Ye Shao terpengaruh dengan datangnya gadis itu atau tidak, saat dia melihat Ye Shao... Pria itu memalingkan wajahnya ke arah jendela dengan dahi yang di usap-usap.
“Ye Shao sepertinya sama sekali tidak terpengaruh, baguslah!”
“Baguslah kalau kau merasa tidak terganggu dengan para murid disini, karena mulai hari ini kita akan menjadi teman sekelas, apakah aku boleh memanggilmu Teman Sekelas Meng?”
“Tentu saja Ketua Kelas Xia,” balas Meng Bingbing dengan senyum ramah yang begitu manis.
“Mari biar ku antarkan kau ke tempat dudukmu,” ujar Xia Ning Chan.
Hanya ada satu kursi kosong saat itu, dan itu adalah kursi di depan bangku Ye Shao. Sejak dahulu kala, tempat duduk di depan Ye Shao selalu menjadi tempat yang di kosongkan.
Murid lain berpikir, siapa memangnya orang yang mau duduk di depan orang gila itu. Tapi saat ini kedua dewi itu memperebutkan kursi yang ada tepat di depan Ye Shao.
Xia Ning Chan mengambil tasnya dan melemparnya ke bangku yang ada di depan Ye Shao.
“Kau bisa duduk di kursi itu, Teman Sekelas Meng,” ujarnya dengan ramah.
Meng Bingbing meletakkan tasnya juga pada bangku yang sama.
“Ketua Kelas Xia, terima kasih... Kau terlalu ramah, kau bahkan bersedia memberikan kursimu untuk orang baru sepertiku. Tapi kau tak perlu melakukannya, aku sangat mengapresiasi kebaikanmu, Ketua Kelas Xia,” ujar Meng Bingbing sambil menaruh kembali tas Xia Ning Chan di kursinya.
Xia Ning Chan kembali mengambil tasnya, dan dengan kukuh dia berusaha mengambil tempat duduk di depan Ye Shao.
“Teman Sekelas Meng, aku tidak nyaman bila harus memberikan kursi yang telah lama kosong ini untuk murid baru, disini sudah pasti berdebu, tapi tidak dengan bangkuku. Kau bisa menempatinya dengan nyaman, jadi biarkan aku duduk disini.”
Xia Ning Chan hendak menaruh tasnya, tapi Meng Bingbing menahan apa yang di perbuat oleh Xia Ning Chan.
“Ketua Kelas sangat baik, aku jadi merasa sangat tidak enak pada Ketua Kelas. Kau bisa kembali ke tempatmu, kalau hanya sekedar debu, aku bisa mengatasinya.”
“Tapi tanganmu yang indah itu akan kotor, Teman Sekelas Meng.”
“Bukankah tangan Ketua Kelas Xia juga tak kalah indahnya? Aku juga pasti tidak ingin membuat tangan Ketua Kelas yang baik hati ini harus kotor karena debu. Jadi... Bisakah ketua kembali ke kursi ketua yang bersih?”
“Sebagai ketua kelas aku akan mengalah, biarkan aku duduk disini. Aku sungguh tak apa-apa.”
“Tapi aku juga akan baik-baik saja ketua... Jadi bisakah kursi kosong ini untukku saja?”
Kedua gadis cantik itu saling dorong, mereka benar-benar bersikap seperti seorang anak kecil. Tidak ada yang mau mengalah, baik itu Xia Ning Chan ataupun Meng Bingbing. Karena...
“Pemenangnya adalah siapa yang bisa mendapatkan bangku ini,” pikir kedua gadis itu.
“Ye Shao... Kenapa kau diam saja? Tidak bisakah kau membantuku untuk bilang pada ketua kelas agar memberikan bangkunya untukku?”
“Teman Sekelas Ye, bukankah lebih baik teman baru kita mendapatkan bangku yang layak? Tempat ini sudah lama tidak di tempati, kan? Pasti kotor dan terasa tidak nyaman... Eh?!!!” Xia Ning Chan mendengar sesuatu yang aneh oleh sebab itu dia berhenti bicara.
“Tunggu Teman Sekelas Meng, kau baru saja memanggil Teman Sekalas Ye apa?” imbuh Xia Ning Chan dengan tanda tanya.
“Ye Shao!” jawab Meng Bingbing dengan singkat.
“Ye.. Ye Shao? Kau mengenalnya secara langsung? Apa kalian pernah bertemu sebelumnya?”
“Bertemu? Ketua Kelas Xia, bahkan semalam Ye Shao menginap di rumahku, bagaimana kita tidak saling kenal. Ye Shao dan aku sudah sangat dekat!” kata Meng Bingbing.
Mata Ye Shao melirik melotot ke arah Meng Bingbing.
“Gadis kecil ini! Apa yang dia katakan dengan lantang? Tidakkah dia berpikir kalau kalimat yang ia gunakan bisa mengundang sebuah kesalahpahaman?!” pikir Ye Shao.
Xia Ning Chan bagai tertampar, dia tidak dapat membalasnya. Xia Ning Chan hanya bisa terpaku gemetaran dengan keringat keluar dari keningnya.
Semua siswa di kelas itu juga cukup terkejut, ternyata gadis yang baru di pindahkan ke kelas mereka mengenal salah satu teman sekelas. Terlebih lagi teman sekelas yang di maksud adalah Ye Shao si orang sinting.
“Ye-Ye Shao... Benarkah yang di katakan oleh Teman Sekelas Meng? Kalian sudah saling kenal... Dan lagi... Benarkah kau sudah menginap di rumahnya?” ucap Xia Ning Chan menghadap pada Ye Shao dengan nada gelagapan, gadis itu mengatakannya.
“Xia Ning Chan... Seorang ketua kelas di kelas ini. Itu artinya dia adalah orang yang di sukai semuanya, tidak hanya guru tapi siswa lain juga pasti suka padanya. Dia terlihat seperti gadis dari keluarga kaya, sikapnya sangat anggun dan bermartabat, dia juga terlihat pintar. Tapi yang nyata darinya adalah penampilannya yang begitu cantik. Kelihatannya gadis ini suka pada Ye Shao... Dia sangat mudah sekali di baca,” pikir Meng Bingbing.
“Ye Shao... Apa kau bisa menjawab pertanyaanku?” imbuh Xia Ning Chan.
“Hah... Kau serius ingin aku menjawab pertanyaan itu? Kau tidak melihat bagaimana murid lainnya melihatku? Mereka menatap tajam seolah-olah memendam kebencian yang begitu pekat. Menjawab sama halnya dengan bunuh diri,” kata Ye Shao dalam hati.
“Kau dan Teman Sekelas Meng, benarkah kalian kenal dekat?”
Ye Shao sama sekali tidak mau menjawabnya, akhirnya Mwng Bingbing angkat bicara. Selain itu dengan centilnya dia berlari kecil ke arah Ye Shao dan memegangi pundaknya.
“Ya... Hubungan kami sangat dekat dan sangat spesial. Aku... Mengabdi padanya, apapun keinginan Ye Shao... Aku adalah orang yang bertanggung jawab melayaninya,” jawab Meng Bingbing.
Semua orang tercengang, hanya satu kata yang bisa mereka ucapkan.
“Apapun?!!”