"Apa maksud kamu soal surat perceraian itu, Sania?" tanya Marvin langsung ke intinya begitu Sania tiba. Mereka sudah janjian sebelumnya untuk membicarakan masalah keduanya. Marvin sebenarnya sudah bertekad membawa istrinya pulang, tapi sebelum semua itu terjadi, dia sudah dikirim berkas perceraian yang telah ditandatangani. "Seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Sejak kebohonganmu terbongkar, aku bukan istri satu-satumu bahkan bukan nomor satu, tapi yang kedua. Sejak saat itu harusnya kita berpisah. Akan tetapi aku malah hamil, dan sangat naif. Aku berpikir bersamamu setidaknya anakku bisa memanggil ayah, tapi hal sekecil itupun sampai sekarang tidak terwujud," jawab Sania dengan tatapan yang enggan menatap suaminya. "Apa maksudmu?!" tanya Marvin mulai waspada, perasaannya mulai t