Bab 13. Bertengkar

1007 Words
"Lepaskan! Sial*n lepaskan ak--mmm!" ujar Karin sebelum kemudian dia kehilangan suara akibat dibungkam oleh Adrian. "Dasar berisik! Apa tidak bisa diam meski cuma sebentar?!" geram Adrian kesal. "Lihat saja, jika mulut rewel ini bicara, aku tidak akan segan memberinya perhitungan! Apa kau mengerti?" Namun, Karin tidak menjawabnya atau memberikan reaksi apapun. Hal tersebut membuat Adrian geram dan mendorong jatuh ke atas tempat tidur. "Jawab, apa kau tidak punya mulut?!" bentak Adrian. Karin langsung membalasnya dengan melempar bantal ke arah pria itu. "Aku sedang diam sebentar, bukankah barusan kau yang memerintahnya?!" "Tapi tidak seperti itu juga, Karin!" "Lalu bagaimana? Kau mau menutup mulutku atau menc*umku sepanjang waktu?!" "Ya!" balas Adrian membuat Karin langsung panik. Wanita itu langsung mundur dan kabur dari hadapan Adrian. "Dasar aneh, bisa-bisanya ketakutan hal begitua--tunggu!" Adrian terpikirkan sesuatu pada reaksi yang Karin berikan. Dia yang awalnya kesal, tiba-tiba tersenyum aneh. "Baiklah, aku mengerti sekarang. Wanita sepertimu ternyata punya kelemahan seperti itu!" ***** Di sisi lain, Karin langsung ke dapur, tapi malah bertemu Thania di sana. Gadis itu sedang makan malam sendirian dan terkejut melihat Karin. "Ak-aku ...." "Tidak usah panik seperti itu, orang tidak punya hati sepertimu tak pantas melakukannya!" potong Karin dengan cepat menyela ucapan Thania. Dia menatap penuh kekecewaan dan juga rasa marah yang siap meledak, tapi Karin masih menahan diri. "Jangan berkata seperti itu, Rin. Aku mohon," ujar Thania tulus. Dia terlihat tak enakan pada Karin, dan menyimpan rasa bersalahnya. Meskipun di sisi lainnya, Thania juga tak menyesal. "Berhenti menunjukkan wajah polosmu Thania, kau itu busuk dan selamanya hatimu memang busuk. Aku tidak percaya akan kegilaanmu ini. Kau sudah merenggut kebebasanku dengan membuat Kakakmu menikah denganku, tapi dengar baik-baik hal ini Thania!" jelas Karin sambil menghampiri Thania dan mendekat. "Kau bisa menghancurkan hidupku dengan merenggut kebahagiaanku, tapi aku juga bisa melakukan hal lain. Aku akan menghancurkan keluargamu!!" jelas Karin sembari menatap tajam. Plak!! Thania yang tak suka mendengar kalimat terakhir Karin, langsung kelepasan menampar pipi Karin. Namun, Karin tidak tersinggung dengan tamparan itu, dia tersenyum hambar sambil mengusap pipinya yang baru ditampar. Sedang tatapannya tak teralihkan dari Thania. "Aku hanya baru bicara Thania, lalu bagaimana denganmu yang bahkan sudah melakukannya? Ah, tapi sudahlah. Sulit menyadarkan orang gila sepertimu," jelas Karin, dia masih tak membalas Thania dan masih menahan dirinya. "Semua adil dalam cinta dan perang. Kamu pun baru tunangan dengan Brian dan belum menikah. Aku bukan pelakor dan aku hanya melakukan perjuangan untuk mendapatkan cintaku. Terserah kamu mau mengatakan apa padaku, Karin, tapi aku cuma mau menegaskan padamu, kalau aku cinta pada Brian! Aku tidak bisa hidup tanpanya!!" ungkap Thania sungguh-sungguh. Gadis itu bahkan sudah tak menyentuh makan malamnya, sejak melihat kehadiran Karin di dapur. Lalu sekarang dia kembali tenggelam dalam kegilaannya soal perasaannya. Entah itu benar cinta atau bahkan sudah menjadi obsesi. "Kalau begitu ambil saja bekasku, ambillah Brian. Miliki dia, tapi jika sampai mati tak mendapatkan hatinya jangan salahkan aku. Kamu bisa memisahkan kami, tapi hatinya akan selalu untukku!" jawab Karin meledek Thania. Plak!! Plak-plak!! Kedua kalinya Thania kelepasan menampar Karin, tapi selanjutnya Karin membalasnya. Sampai keduanya akhirnya bertengkar dan saling menjambak rambut. "Dasar gadis gila, lepaskan tanganmu dari kepalaku!!" "Kamu yang harusnya melepaskan rambutku. Aku sudah baik menukar kakakku untukmu, kamu masih saja tidak tahu diri dan masih menginginkan Brian. Karin, Brian itu cuma milik aku! Milik Thania!!" "Dasar tidak waras! Sadarlah dan keluar dari obsesi bodohmu! Brian bahkan muak padamu! Kau menjijikkan!!" "Tidak!! Aku sudah terlalu jauh, aku sangat mencintai Brian!!" Keduanya terus demikian, sampai keributan itu di dengar oleh penghuni rumah yang bersiap tidur. Yudha dan Adrian muncul di sana dan langsung sigap memisahkan keduanya. "Apa-apaan ini, kenapa kalian bertengkar dan bersikap kekanak-kanakan seperti tadi?!" gusar Yudha menghakimi putri dan menantunya. Karin dan Thania kompak menggelengkan kepala. Karin tidak jujur lantaran takut ayah mertuanya yang selama ini selalu bersikap baik padanya menjadi kecewa, jika dia tahu mereka bertengkar sampai saling menjambak rambut cuma karena memperebutkan laki-laki. Di sisi lain, Thania juga tidak mungkin mengungkapkan segalanya, atau semua rencananya akan hancur. Kakaknya bisa bercerai dengan Karin, dan Karin bisa balikan dengan Brian. Paling buruk kemurkaan ayahnya bisa membuatnya dibenci. "Sepertinya mereka cuma mempunyai masalah sepele, Dad. Tidak usah cemas, mereka ini sebenarnya sahabat dan kuliah di universitas yang sama. Daddy tahu sendiri bagaimana lingkup pertemanan anak gadis jaman sekarang, salah paham sedikit, langsung jambak-jambakan! Namun, tidak perlu khawatir, Aku akan mengatasi mereka," jelas Adrian dengan cerdasnya menyusun kalimat palsu. Pria itu juga tak mau jika sampai rencananya terbongkar dan sampai membuatnya berpisah dengan Karin. Adrian tanpa sadar tidak rela dan tanpa sadar kehadiran Karin mulai merangkak menjadi poin penting dalam hidupnya. "Tapi darimana kamu tahu, Adrian?" tanya Yudha heran. "Tentu saja aku tahu, menurut Daddy, bagaimana caranya aku bisa menikah dengan Karin? Sebenarnya aku menyukainya berkat pertemanan mereka. Karin dan Thania sangat akrab, tapi aku perhatikan beberapa kali hal seperti tadi juga sudah pernah terjadi. Asal Daddy tahu penyebabnya paling cuma masalah sepele. Ujung-ujungnya setelah itu mereka akrab lagi dan selanjutnya seperti tidak terjadi apa-apa. Hm, begitulah dunia perempuan. Aneh memang!" jelas Adrian. Yudha mengangguk saja. Teringat dengan tempramen istrinya di masa muda. Rini kerap kali bertengkar dengan sesama perempuan, tapi hari berikutnya dia dan lawannya, malah baikan seperti tak terjadi apa-apa. "Kamu benar. Adikmu, istri atau Mommy kamu memang seperti itu. Perempuan sulit dimengerti. Baiklah! Kau saja yang mengurus mereka. Pastikan mereka tidak melakukan hal kekanak-kanakan seperti tadi, dan baikan. Daddy pusing dan mau tidur," jelas Yudha pasrah. Adrian menganggukkan kepala. "Daddy bisa percayakan hal ini padaku. Daddy tidur saja dengan baik dan biarkan aku yang menyelesaikannya." Yudha pun menganggukkan kepalanya dan berlalu dari sana. Melihat itu Thania dan Adrian bernafas lega, tapi Karin justru sebaliknya. Dia tahu setelah ini Adrian tidak akan melepaskannya, dan benar saja. Setelah memastikan Yudha tidak akan kembali. Adrian tanpa mempertanyakan hal itu pada keduanya. Langsung menyeret Karin dengan mencengkram pergelangan tangannya. Dia seperti marah dan membawa Karin ke kamar. Sementara Thania justru dibiarkan begitu saja. Namun, tentu saja. Adrian yang sayang adik, mana mungkin sampai hati menghukum Thania, meskipun Thania sendiri yang sudah melakukan kesalahan. "Aku tidak akan melepaskanmu!!" *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD