Juan mencari istrinya ke dapur, dia sangat yakin gadis itu ada di sana.
Dan benar, dengan tangan bergetar Elena duduk depan meja dengan segelas coffee di tangan.
Tangan Elena tampak bergetar memegang gelas, sebenarnya benarkah Juan adalah seorang gay?
Tapi terlihat seperti seorang pria normal, bagaimana kalau benar bukan Juan bukan gay.
Gadis itu menaruh gelas, lalu menyugar rambutnya dengan kasar, kalau benar Juan adalah pria normal, sepertinya dia sudah salah mengambil langkah..
" Aku harus mengubah sesuatu pada surat perjanjian itu.."
" Kenapa harus di ubah.." tanya Juan dengan tenang, dia duduk di sebelah isterinya..
" Juan?" Elena berpindah ke kerusi sebelah, dia tak mau berdekatan dengan Juan.
" Kenapa takut?" Tanya Juan sebelum meneguk coffee yang di buat Elena.
" Enak.." pria itu melirik kearah istrinya sambil tersenyum nakal. " Tapi sepertinya kamu jauh lebih enak.."
Elena membenarkan piyama tidurnya, dia memandang sengit pada suami gay nya.
" Nanti kita akan honeymoon ke mana?" Tanya pria itu sambil meneguk coffee lagi.
" Memangnya kamu mau honeymoon.." gadis itu bertanya balik.
" Of course, Say.." pria itu tersenyum sambil mengedipkan mata pada Elena.
" Kita akan honeymoon di mana?" Tanya Juan lagi.
" Aku akan memberitahu kamu besok.." jawab Elena.
Gadis itu sengaja tak terus memberitahu Juan, karena sekarang dia sedang menyuruh orang untuk mencari Mario.
Setelah dia tahu keberadaan pria itu, dia akan segera menyusul kesana.
" Yakin tidak mau tidur di kamar.." tanya Juan sambil beranjak dari duduknya.
" Kau duluan saja.." jawab Elena sambil tertunduk sibuk dengan ponselnya.
Elena melihat Juan yang sudah pergi, dia terus menghubungi orang suruhannya.
" Bagaimana?" Tanya Elena, dia melihat sekitar memastikan tidak ada yang tahu dia sedang menghubungi orang suruhannya.
Terutama Grandpa William, dia tahu setelah kejadian tadi, Tuan William tidak akan menerima Mario lagi.
Begitu juga Elena, tapi dia masih ingin mencari tahu kenapa Mario tidak datang di hari pernikahan mereka.
" Kami sudah tahu Tuan Mario ada di mana.."
Jawaban orang suruhannya membuat gadis itu tersenyum lebar.
" Siapkan tiket, besok aku dan suamiku akan honeymoon di sana.."
***
" Juan, saya ingin mulai dari sekarang kamu harus mengubah penampilan kamu.." kata Tuan William menegur cucu menantunya.
Elena turut sama melihat kearah suaminya, entahlah.. tapi Elena sudah tak mempercayai Juan lagi.
Dia sedang mengurus surat kontrok baru, mereka harus ada surat perjanjian baru.
" Baik, Grandpa.."
" Jadi kalian akan honeymoon ke mana.." tanya Tuan William sambil memandang Elena yang sibuk dengan ponselnya.
Juan melihat kearah istrinya, karena wanita itu masih belum mengatakan padanya mereka akan honeymoon ke mana.
" Ke Thailand.."
" Okay.. " jawab Tuan William. " Grandpa akan kasih kamu cuti selama satu bulan.."
" Lama sekali.." gadis itu kaget.
" Tidak apa apa.." jawab Tuan William sambil tersenyum pada Juan. " Juan masih harus belajar banyak, dia butuh waktu.."
" Waktu apa?" Elena semakin kebingungan.
" Kalian butuh proses membuat cicit untuk Grandpa.."
" What?" Gadis itu memandang ngeri pada Juan. " Grandpa, yang benar saja mau cicit dari seorang gay.."
" Juan, kamu harus buktikan sama saya yang kamu bisa membuat dia mengandung cucu ku.."
Juan yang tadi sempat tersinggung tersenyum sinis sambil melihat istrinya, lihat saja nanti.
" Persiapkan dirimu.." kata Juan berbisik pada istrinya.
Elena terus menjauhkan diri, enak saja dia tak akan membiarkan Juan menyentuh dirinya..
" Aku ke kamar dulu, Grandpa.."
Tuan William mengangguk sambil tersenyum kecil.
" Grandpa kenapa harus bicara cicit di depan Juan, aku tidak mau.."
" Jangan kamu anggap pernikahanmu seperti mainan, El.."
" Tapi Juan hanya suami pengganti, cepat atau lambat kami akan bercerai.."
" Tidak, sekalipun kalian harus bercerai, Grandpa mau cucu dulu.."
" Oh tidak bisa.. aku tidak mau di sentuh oleh pria yang tidak aku cintai.."
Tuan William menatap cucunya dengan teliti, sepertinya Elena ada keinginan lain.
" Baiklah, lakukan apa saja yang kamu mau.." kata Tuan William pada akhirnya.
Elena tersenyum senang, Tuan William jelas melihat itu, dia sudah semakin yakin pasti Elena ada rencana lain.
Apa mungkin ingin mencari ke mana Mario pergi, Tuan William tak akan membiarkan mereka bersatu.
Mungkin Wiliam harus meminta bantuan dari Juan untuk tetap mengikat Elena menjadi istrinya.
" Aku ke kamar dulu.."
Tuan William mengangguk, setelah melihat Elena pergi, dia langsung membisikkan sesuatu pada asistennya.
Elena masuk ke dalam kamar sambil menahan geram, ada anak dari Juan? Enak saja Elena tak akan mau ada anak dari Juan.
Gadis itu menutup pintu dengan keras, tanpa dia sadar Juan sedang memandangnya.
" Aku kesal sekali sama Juan gay itu, apa aku salah pilih.."
Niki menghentak kaki karena terlalu kesal, lain lagi Mario yang tiba tiba pergi tanpa pamit.
Dia sudah tak sabar ingin ke Thailand, dia harus tahu alasan Mario meninggalkannya.
Sehingga gadis itu melanggar seseorang di depannya.
" Kamu siapa?" Tanya Elena sambil mendongak memandang Juan.
" Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam kamarku.."
Juan menyepitkan mata, padahal dia tak melakukan apapun pada wajahnya tapi karena gadis itu tak mengenalinya.
" Jangan diam saja? Kamu pasti teman si gay itu kan.."
" Kamu tidak mengenaliku.." tanya Juan sambil menundukkan kepala.
Elena terus melangkah mundur, dia menatap tak percaya pada Juan.
Jadi, pria di depannya itu adalah suaminya, kenapa beda sekali.
Sejurus kemudian dia meneguk salivanya, dia memperhatikan pria itu yang baru habis mandi.
Rambutnya masih basah, dan hanya handuk yang menutupi bahagian bawanya.
Juan mengibas rambutnya sambil melangkah ke almari, gadis itu tampak terperangah melihatnya.
" Dia Juan? Tampan sekali.." Gumam Elena sambil terus memperhatikan Juan.
" Sampai kapan kau memperhatikanku.." Juan memutar tubuhnya kearah istrinya.
" Kenapa kau tiba tiba berubah? Maksudku kenapa kau tiba tiba jadi pria normal.."
" Grandpa yang meminta, kau lupa.." pria itu balik bertanya..
" Jadi hari ini kita akan ke Thailand, bukan.."
Elena diam, dia masih belum siap mengagumi pria tampan di depannya.
" Hello Elena.." Juan menjentik jari di depan mata Elena. " Ada apa?"
" Aku mau mandi.." Elena tanpa sadar menarik handuk di tangan Juan dan terus masuk ke dalam kamar mandi.
" Ada apa dengan gadis itu.." gumam pria itu kebingungan.
Dia mengambil ponselnya di atas meja, wajah pria itu terus berubah melihat nama di layar ponselnya.
" Hello.." Juan menjawab sambil melangkah ke balkon. " Iya kamu tenang saja.. aku sentiasa mengingat Janjiku pada kamu.."