Elena keremas jari jemarinya, dia melihat majlis pernikahannya yang tadinya begitu tenang berubah menjadi riuh ketika calon suaminya masih belum datang.
Bibir gadis itu bergetar, sebagai seseorang yang berasal dari keluarga terhormat tentu saja dia sangat khawatir jika calon suaminya tidak datang.
Gadis itu melihat sang kakek menghampirinya
Pria paruh baya itu terlihat sangat cemas.
Elena yang sudah dalam balutan gaun pengantin tersenyum getar pada kakeknya..
" Grandpa sudah menyuruh orang untuk mencari Mario.. kamu tenang ya.."
Elena tersenyum kecil, kakeknya memang yang paling memahami dirinya.
Kedua orang tuanya sudah lama meninggal, Elena tidak ada sesiapa di dunia ini selain sang kakek.
" Maaf Tuan William.." Juan menghampiri mereka. " Aku bisa berbicara dengan Nona Elena sebentar.."
Juan melihat kearah Elena.
Tuan William tampak berfikir, kemudian dia mengangguk kepala.
" Ada apa?" Tanya Elena ketika sudah di tinggal berdua oleh William.
Pria itu tersenyum dengan bibir sedikit kemerahan, Ya... Dia adalah seorang gay.
" Aku menemui ini di kamar Mario, aku sedikit membaca dan melihat namamu aku rasa —"
Belum sempat pria itu menghabiskan ucapannya Elena sudah merebut surat tersebut dari tangan Juan.
" Kasar sekali.." dengan penuh gaya pria itu meniup tangannya.
" Tidak mungkin.."
" Apa yang tidak mungkin, Say hem.." dengan lembut Juan bertanya.
" Mario pergi.."
" Pergi? Sebentar dia pergi ke mana—" pria itu menghela nafas kesal ketika Elena pergi begitu saja meninggalkannya.
" Nona Elena.." Juan mengejar langkah Elena yang sudah jauh.
" Ada apa sih.." tanya pria itu lagi, semua orang terlihat sangat tegang.
" Bagaimana ini Tuan Danu.." tanya tuan William pada calon besan.
Pria paruh baya itu melihat kearah cucunya yang sedang menangis.
Danu bungkam, dia juga tak sangka anaknya akan melarikan diri, sebenarnya ada masalah apa?
***
Mario membuka jasnya lalu masuk ke dalam mobil, seharusnya hari ini dia akan menikah namun merasa belum bersedia.
Jadi, dia memilih melarikan diri, Elena sangat mencintainya, dia sangat yakin gadis itu akan memaafkan nanti, dan akan menunggunya.
Seseorang menyandarkan tubuhnya di bahu Mario, pria itu menoleh.
" Maaf, gara gara aku, kamu tidak jadi menikah.."
Mario tak menjawab, dia melajukan mobilnya, dia akan segera meninggalkan kota Beijing sebelum orang suruhan kakek William datang mencarinya.
Semantara itu Elena yang sudah sangat histeris dengan pernikahannya yang batal, memilih berkurung dalam kamar.
" Elena.." Tuan William mengelus bahu cucunya, dia tak sangka Mario yang sangat di cintai cucunya melarikan diri seperti ini.
" Apa yang harus aku lakukan? Mario pergi meninggalkan aku, Grandpa.."
" Lupakan dia.." jawab pria paruh baya itu setengah menahan kesal. " Kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari dia.."
" Tapi aku mencintai Mario.."
" Elena.." pria paruh baya itu menggeram, dia menarik nafas panjang. " Kamu masih mencintainya sekalipun dia sudah meninggalkan kamu dengan cara seperti ini.."
" Maaf, Grandpa.."
Tuan William menoleh kearah Juan yang masuk ke dalam kamar itu. " Ada apa?"
" Tetamu sudah mulai curiga karena acara masih belum di mulai.."
Pria paruh baya itu mengusap wajahnya dengan kasar, dia akan sangat malu kalau sampai pernikahan cucunya gagal.
" Umumkan pernikahan di batalkan.." dengan terpaksa pria itu mengatakan.
" Sebentar.." Elena mengusap air mata sambil beranjak dari duduknya. " Pernikahan akan tetap di lanjutkan sekalipun tanpa Mario.."
" Kamu serius, Elena.."
Elena tersenyum getar, dia tak mungkin membiarkan kakeknya malu di acara pernikahannya yang gagal.
" Kamu bersiap.."
" Apa?" Juan kebingungan, dia di suruh bersiap untuk apa?
" Kamu adalah pria pengantinku.."
" Apa? Aku?"
Keputusan Elena bukan saja Juan yang kaget tapi sang kakek juga.
" Iya kamu.. kita akan menikah.." jawab Elena dengan wajah serius.
Tetamu yang tadi sudah sangat riuh kembali tenang ketika lagu beautiful in white.
Mereka semua menoleh ketika pengantin masuk sambil di gandeng tuan William.
Di atas pentas Juan sudah menunggu, d**a pria itu berdetak laju dia tak sangka akan jadi mengganti seperti ini.
" Hey.." Juan menyapa calon istrinya dengan lembut.
" Juan.." Elena menatap pria dengan tajam, apa pria itu tidak bisa mengubah sedikit saja suaranya.
Jual terus menutup mulutnya sambil melihat tetamu di sana yang mentertawakannya.
" Maaf say.."
Gadis itu melotot memandang Juan, sialan!
Apa pria itu sengaja.
" Juan Alexander, aku menyerahkan cucuku pada kamu, jaga dia dan cintailah dia.."
" Pasti.." jawab Juan sambil mengedipkan mata pada gadis itu. " Ayo calon isteriku.."
Elena tersenyum kecil, dia mengendeng tangan pria itu.
***
Malam itu, Elena melihat suaminya yang sedang duduk di atas kasur sambil mengoles liptine di bibirnya.
Pria itu memakai jubah handuk berwarna pink, cara Juan duduk juga tidak terlihat seperti seorang pria.
" Buang itu.." Elena tak tahan dia merebut liptine dari tangan pria itu, lalu di buang dengan asal ke lantai.
" Baca ini.." Elena melemparkan sebuah amplop di depan Juan. " Aku ingin pernikahan kita hanya selama satu tahun saja.."
Juan mengambil amplop yang di lempar Elena tadi. " Wow..!"
Pria itu memuncungkan bibirnya sambil membaca poin poin dalam surat perjanjian tersebut.
" Okay.." Juan mengambil bullpen yang di lemparkan Elena, gadis itu benar benar sombong.
" Done.."
" Good.." Elena menarik surat kontrak sambil tersenyum kecil.
" Sekarang kita tidur ya.." Juan menarik wanita itu naik ke atas ranjang.
" Kamu mau apa.." teriak Elena kaget, karena pria itu tiba tiba saja menariknya.
" Dalam surat perjanjian tidak ada tertulis di larang tidur satu ranjang.."
" Tidak usah memancingku, kalau aku tiba tiba mau bagaimana? kau tidak akan bisa melayaniku.."
Juan tersenyum , bibir pria itu benar benar berkilau karena liptine.
" Kau ingin mencobanya.." bisik pria itu, tak lupa dia menjilat telinga gadis itu.
Elena terus memekik kaget, dia turun dari atas ranjang sambil memegang telinganya.
" Gay sialan!" Elena mengambil bantal, dia berjalan ke sofa.
Juan tertawa, gadis itu ketakutan padahal dia hanya sedikit menganggu gadis itu.
" Tidur disini saja, El.. aku hanya bercanda.." kata Juan, dia tahu gadis itu tidak akan nyaman tidur di sofa.
" El.."
" Apa?"
" Ayo tidur disini.."
" Tidak mau, nanti kamu memperkosaku bagaimana.."
" Kamu lupa, aku adalah seorang gay.." tanya pria itu sambil tertawa lucu.
Elena beranjak, dia melihat pria itu, dia memegang telinganya lagi, tapi jelas pria itu berubah ketika menjilat telinganya.
" Tidur disini.."
" Tapi kamu jangan macam macam ya, aku akan mengadu pada Grandpa.."
" Dia pasti akan mentertawakan kamu.." komen Juan sambil memberi ruangan pada gadis itu untuk merebahkan diri.
" Kenapa dia harus mentertawakanku.." tanya gadis itu dengan polos.
" Kita adalah suami isteri.." jawab pria itu berbisik, Elena sampai menahan nafas ketika nafas hangat pria itu menyapa lehernya.
" Hal wajar kalau aku meminta hak ku malam ini, bagaimana apa kamu bersedia.."
Elena menatap pria itu dengan ngeri, ada apa dengan Juan? Bukannya dia seorang gay? Kenapa meminta hak segala?
Gadis itu menolak d**a Juan, dan berlari keluar dari dalam kamar itu.
" Aneh sekali, bukannya dia sendiri ingin aku menjadi pengganti.."
Pria itu turun dari ranjang, dia mengambil liptine yang di buang Elena tadi.
" Dasar Elena, aku harus membeli yang baru.." gerutu pria itu kesal.