1. Melihatnya Lagi
"Om... Cepetan mandinya... " Teriak Daffa dari luar kamar mandi setelah mengetuk pintu itu beberapa kali. "Daffa kebelet ini... "
Tidak ada sahutan suara dari dalam kamar mandi, yang terdengar hanya suara gemericik air.
"Om Rama... Cepetaaaa-" Sebuah handuk kecil mampir ke wajah Daffa setelah penghuni kamar mandi itu keluar. Dengan kesal Daffa menarik handuk yang menutupi wajahnya.
"Berisik, " Ucap Rama sambil lalu.
"Om yang nyebelin... Siapa suruh lama di kamar mandi. "
"Jemurin handuk, Om... Kalau nggak mau uang jajan kamu om potong."
Daffa tidak bisa membantah omongan Om nya. Bocah kelas delapan itu hanya mengarahkan kepalan tangannya kearah Rama.
Kalau sampai membantah bisa-bisa uang jajanya akan di potong oleh adik ayahnya itu.
Rama berdiri didepan kaca. Tampangnya sudah segar karena sudah mandi. Ini adalah sabtu sore waktunya beristirahat setelah bekerja seharian. Dan besok adalah hari minggu waktunya tidur lebih panjang. Semoga saja ibunya tidak merecokinya bangun untuk diantarkan ke pasar.
Setelah berganti baju Rama ingin menutup jendela kamarnya. Tak sengaja pandangannya bergeser ke bawah. Di rumah tetangga sebelah dia melihat orang yang sudah tidak lama ia lihat. Gadis itu sedang menyirami tanaman bunga milik ibunya yang berada di samping rumah.
"Kayra." Gumam Rama. Dan seulas senyum terbit di wajah laki-laki itu.
Tahu orang yang sudah lama tidak ia lihat sudah kembali pulang Rama bergegas keluar dari kamarnya.
"Rama... Turun tangga jangan lari-lari. " Omel ibu yang melihat tingkah anaknya.
Rama hanya nyengir kuda.
"Ibu, kok, nggak bilang kalau Kayra ada di rumah. "
"Oh, jadi kamu terburu-buru gitu dan nggak mikirin bahaya karena tau Kayra pulang. "
Dengan kaku Rama mengangguk.
"Iya, Kayra sudah pulang. Semalam anaknya baru pulang. Tadi pagi ibu udah ketemu sama dia. "
"Ibu, kok, nggak bilang kalau Kayra udah pulang. "
"Lupa. Tadi pagi kamu berangkat kerja buru-buru gitu. Gimana ibu bisa kasih tau. "
"Iya, sih. "
"Kamu senang banget tau Kayra pulang. " Goda sang Ibu.
"Biasa aja. " Bohong Rama.
Walaupun berbohong dan tak pernah jujur jika sang putra menyukai Kayra tapi bu Mila tahu anaknya itu menyukai Kayra dari dulu. Sayangnya anaknya itu tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.
"Aku nyamperin Kayra dulu, ya, bu. "
"Iya."
Dengan perasaan senang Rama melangkahkan kakinya keluar rumah dengan ringan. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan Kayra.
Tujuh tahun mereka terpisah karena berkuliah di tempat yang berbeda. Rama berkuliah dan bekerja di jakarta sedangkan Kayra kuliah dan bekerja di Malang.
Selama itu mereka jarang berkomunikasi. Boleh di bilang malah tidak pernah. Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Ada keinginan Rama untuk menghubungi Kayra lebih dulu namun ia tidak berani karena sekali waktu ia pernah mengirim pesan pada Kayra tapi gadis itu tidak pernah Membalasnya. Bertemu pun hanya setahun sekali saat hari raya idul fitri. Itupun tiga tahun yang lalu.
Setelah keluar dari pagar rumah Rama merapikan penampilannya. Jangan sampai penampilannya terlihat jelek. Walaupun kata ibunya dia paling tampan di keluarganya.
"Om Lama... " Panggil suara cadel saat Rama melintas didepan rumah Kayra.
Rama menoleh dan melihat Tasya, bocah berusia tiga tahun yang berada di teras rumah. Gadis itu sendirian di sana sambil memegang boneka beruang. Bocah itu berlari menghampiri Rama yang berdiri didepan pagar.
"Hallo cantik... Kok sendirian? Mamanya mana? "
"Lagi buat ujak. Macuk Om. " Gadis itu berniat membuka pintu pagar tapi pagar itu di kunci.
Rama membantu membuka pintu pagar lalu masuk kedalam.
"Om dendong." Tasya sudah mengangkat tangannya minta di gendong.
Rama tersenyum lalu mengangkat bocah perempuan itu dalam gendongannya.
"Tasya kesini sama mama? "
"Iya."
"Papa nggak ikut? "
"Papa agi naik awat. "
"Oh, lagi naik pesawat. "
"Iya."
"Astaga... Ini anak di cariin kemana-mana malah sama om Rama. " Omel Rita pada cucunya. "Nenek cariin kamu sayang... "
Tasya hanya tersenyum lucu. Melihat senyum gadis kecil itu siapapun tidak akan tega memarahinya.
"Tadi Tasya nggak keluar rumah, kan, Rama? "
"Enggak tante. Tadi dia manggil aku, nyuruh aku masuk terus minta gendong. Iya, kan, sayang? " Pertanyaan terakhir ia tujukan pada gadis cantik berkuncir dua itu.
"Iya."
"Kebetulan kamu di sini, Ram. Tante mau kasih tau kamu kalau Kayra udah pulang. "
"Iya, tante. Aku udah tau makanya aku kesini. "
"Tau darimana? "
"Di kasih tau ibu. "
"Oh. Kamu pasti senang Kayra udah pulang. Udah lama, kan, kalian nggak ketemu? "
"Iya, tante. "
"Yuk, masuk. Kayra pasti senang ketemu sama kamu. "
Dalam hati Rama pun berharap seperti itu. Kayra senang saat bertemu dengannya.
"Iya, tante. " Rama mengikuti tante Rita masuk kedalam rumah.
"Om mau kemana? " Tanya Tasya yang masih dalam gendongan Rama.
"Kita mau ketemu sama tante Kayra. "
"Tante antik. "
Rama mengerutkan dahi, tak lama ia mengerti maksud balita itu.
"Iya, kita mau ketemu sama tante cantik. "
Tante Rita membawanya ke taman samping rumah. Di sana terlihat Kayra yang masih menyirami tanaman.
"Kay, lihat, nih, siapa yang dateng, " Kata sang mama.
Mendengar suara mamanya Kayra langsung menoleh. Matanya langsung melebar saat melihat Rama.
"Rama... " Teriak Kayra senang yang langsung membuang selang ke tanah begitu saja untuk menghampiri sahabat kecilnya.
"Turun dulu. " Pinta Kayra pada keponakannya yang masih nyaman dalam gendongan Rama.
"Gak mau. " Tolak Tasya.
"Turun, ya, cantik... Tante mau meluk om Rama. "
Tasya masih menggelengkan kepala, menolak. Malah sekarang memeluk leher laki-laki itu.
Rama tertawa melihat tingkah Tasya dan juga Kayra.
"Ya udah kalau nggak mau turun. " Kayra langsung memeluk Rama. "Aku seneng banget ketemu sama kamu, Rama... "
"Aku juga. " Balas Rama yang benar-benar senang bisa bertemu Kayra.
Rama benar-benar bahagia. Akhirnya ia bisa bertemu Kayra lagi.