Part 5

3027 Words
 Agni dan Ralph sudah berhasil mendapatkan kunci untuk membuka tempat disimpannya uang berjumlah besar yang dimiliki Agni, sehingga dengan begitu mereka bisa melancarkan rencana selanjutnya untuk memancing dan menjebak Roy dengan uang tersebut. Namun sayangnya ada satu hal yang tidak terantisipasi oleh Agni dan Ralph, yakni mengenai foto Linda yang ada di apartemen Agni, sehingga dengan bermodalkan foto itu Roy juga jadi bisa menggunakan Linda untuk menjebak Agni. Ralph yang sadar akan kelicikan Roy, memperingatkan Agni tentang kemungkinan buruk jika Roy sampai memiliki foto dari orang terdekat Agni.  Ketika Agni dan Ralph sudah pulang ke tempat persembunyian, Agni terus saja menghubungi nomor Linda namun tak diangkat-angkat, sehingga membuat Agni jadi begitu panik dan cemas, bahkan Ralph yang sedang bersama Agni pun saat itu tak bisa berbuat apa-apa untuk menenangkan Agni. Lalu tak lama kemudian, Smartphone milik Agni mulai berdering, hingga memecah kesunyian yang sedang mereka rasakan di kala itu. Seketika Agni langsung merasa kaget, lalu dia melihat ke layar smartphone miliknya, dan ternyata ada panggilan telepon dari Linda, kekasihnya.  Hal itu membuat Agni semakin merasa terkejut, dia tidak tahu apakah panggilan itu benar-benar dari Linda atau dari orang yang sedang memegang handphone milik Linda, sehingga tangan Agni mulai gemetar, lalu sambil mendekatkan layar smartphone ke kupingnya. Di dalam hati, Agni berharap semoga Linda baik-baik saja, dan itu hanyalah panggilan biasa seperti yang selalu Linda lakukan.  Namun, rupanya hal itu tidak sesuai dengan harapan Agni, karena ternyata suara yang keluar adalah suara dari seorang lelaki yang tak dikenalnya sama sekali. Itu adalah suara dari Roy, yang menyapanya dengan tawa licik penuh rasa puas.  “Selamat malam, Bung Agni iskandar.”  “I- ini siapa? Ka- kau mengenalku??” Tanya Agni dengan perasaan cemas.  “Ya, aku tahu siapa dirimu, sebaiknya kau jangan macam-macam denganku. Sekarang, ceritakan padaku tentang hubunganmu dengan Ralph.”  “Dimana Linda?!!” Tanya Agni dengan penuh emosi.  “Tenanglah, dia baik-baik saja, selama kau menurut padaku.” Kemudian Roy mendekatkan telepon itu kepada Linda, yang sedang dalam keadaan terikat di kursi, sambil menangis dengan mulut yang disumpal oleh kain. Linda tak berdaya untuk bisa melawan atau meloloskan diri dari sana, sehingga dia hanya bisa berontak sebisanya sambil terus berusaha berteriak, walaupun hal itu percuma saja.  Setelah itu Roy kembali mendekatkan handphone ke telinganya sambil berkata, "Bagaimana? Dia terdengar baik-baik saja kan?? Hehhe."  “Sialan kau!!” Teriak Agni yang dipenuhi oleh amarah.  “Agni.” Ralph memegang pundak Agni dari samping untuk menenangkannya.  Dengan nafas yang tidak teratur, Agni berbicara lagi kepada Roy. “Jika kau sampai melukainya, maka... “ Lalu Roy memotong perkataan dari Agni tersebut. “Maka apa?? Hah? Kau tidak dalam posisi untuk bisa mengancamku. Sekarang mulailah ceritakan kepadaku, apa hubunganmu dengan Ralph! Atau aku akan melakukan sesuatu terhadap pacarmu ini.” Paksa Roy.  “Tolong jangan, kumohon.” Agni mulai memohon kepada Roy dengan nada memelas.  “Nahh, itulah yang ingin kudengar.”  “Aku dan Ralph tidak punya hubungan apa-apa, kami baru kenal.” Ucap Agni, menjawab pertanyaan yang sedari tadi diberikan oleh Roy.  “Jangan bohong! Kalian pasti bersekongkol!!” Ujar Roy, tidak percaya.  Kemudian, Ralph segera merebut handphone dari Agni, dan langsung mengambil alih percakapan dengan Roy. “Hallo Roy, lama tak jumpa.” Ucap Ralph.  “Hey Ralph, sobatku ... Akhir-akhir ini kau sangat sulit untuk ditemui.”  “Aku tidak akan pernah mengampuni perbuatan yang telah kau lakukan kepada kakakku.” Ucap Ralph sambil menyiratkan emosi yang sangat besar.  “Hehhe... Memangnya siapa yang ingin meminta pengampunan? Aku menginginkan uang yang ada padamu, aku tahu bahwa kakakmu itu pasti sudah menitipkannya padamu, iya kan??!”  “Ya, betul sekali.” Ucap Ralph, menggertak Roy.  “Bagus sekali, kalau begitu bilang pada temanmu si Agni iskandar itu, jika dia mau pacarnya selamat, maka kau dan dia harus mengantarkan uang itu ke tempat pertemuan yang akan kuberitahukan besok. Camkan itu!"  “Lalu bagaimana kami bisa tahu bahwa kau akan menepati janjimu?” Tanya Ralph secara tegas.  “Karena kalian tidak memiliki pilihan lain, maka sebaiknya kalian mempercayaiku. Kau tahu kan bahwa aku tidak akan segan-segan melakukan hal yang buruk pada pacar temanmu ini.” Kata Roy, mengancam.  “Hmm...” Ralph berpikir sejenak, sepertinya dia merasa bingung mengenai tindakan apa yang harus dilakukannya.  Lalu Agni menepuk pundak Ralph sambil berbisik, “Setujui saja, kita harus bisa menyelamatkan Linda..”  Ralph menatap wajah Agni dengan ekspresi kebingungan dan seakan ragu, namun Agni kembali meyakinkan Ralph bahwa mereka pasti bisa mengatasi keadaan ini, dan Agni bersikeras bahwa Ralph harus yakin padanya. Maka Ralph mengangguk dan segera berkata kepada Roy, bahwa dia menyanggupi perintah tersebut. Walaupun Ralph sebenarnya tidak percaya kepada Roy, dan bisa saja Roy akan mengingkari janjinya lalu berhasil menjebak Agni dan dirinya. Namun Ralph dan Agni tidak mempunyai pilihan lain.  Setelah membuat kesepakatan itu, Ralph menutup teleponnya lalu dia berbicara lagi kepada Agni. “Ini hanya jebakan. Setelah kita menyerahkan uang itu kepada Roy, belum tentu dia akan melepaskan pacarmu, dan dia pasti akan menangkap kita lalu menyerahkan kita pada si bos mafia itu. Kini semuanya selesai!” Ujar Ralph sambil menendang meja.  “Kau harus tenang Ralph.”  “Agni, kau tidak mengerti situasi yang sedang kita hadapi saat ini. Dan kenapa aku harus tenang di saat seperti ini??!"  “Karena jika kita berdua sama-sama tidak tenang, maka tak ada satupun dari kita yang bisa memecahkan masalah ini, dan itu artinya Linda tak akan terselamatkan." Ucap Agni dengan perasaan sedih.  Ralph terdiam sejenak, lalu dia berkata. "Aku benar-benar bingung sekarang."  "Tenanglah, jangan termakan emosi, tadi aku juga sempat termakan emosi sama sepertimu, aku sangat marah sehingga tidak bisa berpikir jernih, namun kini aku sudah menenangkan diriku supaya kita berdua bisa mulai menyusun rencana ... Percayalah padaku, semuanya akan baik-baik saja. Dan yakinlah ... Bahwa tuhan tahu yang terbaik untuk kita.” Ucap Agni.  “Hah? Disaat seperti ini jangan bawa-bawa tuhan! Memangnya orang sepertiku ini pantas menerima pertolongan dari Tuhan??” Tanya Ralph.  “Tuhan akan menolong siapa saja yang meminta kepadanya, yang harus kita lakukan hanyalah berdoa, percaya, dan bertindak ... Sekarang, aku menyuruhmu untuk percaya, dan ikut bertindak bersamaku. Lalu sisanya, serahkan pada Tuhan. Apakah kau ikut?" Ajak Agni sambil menjulurkan tangannya.  Kemudian, Ralph terdiam sejenak memikirkan perkataan dari Agni. Pikirannya yang sedang dilanda oleh kebingungan dan rasa dendam terhadap Roy, seakan mendapatkan pencerahan dari perkataan Agni tersebut, sehingga dia akhirnya bersedia untuk mengikuti ajakan Agni, dan mendengarkan tentang rencana yang sedari tadi sudah disinggung oleh Agni. Sekarang, bukan waktunya untuk mundur, Ralph dan Agni harus bisa maju untuk menyelesaikan urusan ini sebisa mungkin, sekuat tenaga mereka, dan tentu saja juga dengan bantuan dari Tuhan.  “Kalau begitu beritahu aku tentang rencanamu.” Pinta Ralph.  “Pertama, bukti-bukti tentang keterlibatan Roy dengan kakakmu, dimana kita bisa mendapatkannya?”  “Semuanya pasti ada di dalam handphone milik Roy, dalam handphone itu pasti masih ada history panggilan ke nomor kakakku serta file perencanaan pencurian yang pernah dia tunjukan padaku dan kakakku. Maka kita harus bisa mendapatkan handphone milik Roy."  "Nahh, baiklah. Apakah kau tahu bagaimana cara kita supaya bisa mendapatkan handphone itu?"  "Serahkan saja padaku... Selain itu, kita juga butuh uang untuk membayar salah satu kenalanku, juga untuk membeli alat pelacak." Ucap Ralph.  "Oke kalau begitu, sekarang kita ambil uangnya."  "Akhirnya."   Singkat cerita. Pagi harinya, Agni dan Ralph sudah berada di stasiun kereta api yang terlihat sangat ramai dengan banyaknya orang yang lalu lalang. Di sana, Agni dan Ralph berjalan santai menuju loker penyimpanan barang. Sesampainya disana, Agni langsung menggunakan kunci untuk membuka salah satu loker yang didalamnya terdapat tas hitam berisi uang dalam jumlah besar. Kemudian tanpa basa-basi, mereka langsung mengambil tasnya dan beranjak pergi dari sana. Sekarang mereka telah mengambil uangnya, jadi inilah waktunya untuk memulai rencana.  Saat masih di sana, Ralph bertanya pada Agni. "Kenapa kamu menyembunyikan tas itu di loker stasiun kereta?"  "Karena dengan begitu, uang ini jadi tidak bisa dilacak." Agni menjawab singkat.  Sementara itu, Roy tiba dengan mobil mewahnya di depan sebuah rumah yang besar. Dari luarnya saja, rumah itu tampak seperti istana dengan bangunannya yang megah dan halaman yang luas. Disana, Roy disambut dan dipersilahkan masuk oleh beberapa petugas keamanan, bahkan disana juga ada banyak pria berwajah sangar yang membawa senjata di saku mereka, hal itu menandakan bahwa rumah tersebut sangat amat dijaga ketat.  Rupanya itu adalah rumah utama dari sang Bos mafia, yang sekaligus merupakan majikan Roy, karena Roy adalah orang kepercayaan dari sang Bos mafia tersebut, yang bertugas untuk menghabisi orang atau mengawal jalur uang sang Boss, maka Dengan santai, Roy berjalan sambil menyapa tiap orang yang dia temui disana, hingga akhirnya Roy tiba di depan suatu ruangan dengan pintu yang besar.  Roy mengetuk pintu tersebut dengan sangat hati-hati seakan tidak ingin mengganggu, lalu tiba-tiba terdengar suara seseorang dari dalam yang menyuruhnya masuk, maka setelah itu Roy pun segera masuk ke dalam.  Ruangan di dalam sana merupakan ruangan kerja yang sangat luas, dengan sofa dan meja untuk menerima tamu, disana juga ada lukisan-lukisan mahal yang terpajang di dinding. Roy yang baru saja datang, segera menghampiri seseorang yang sedang duduk membelakanginya. Dia adalah seorang pria paruh baya, dengan setelan jas rapih, dan rambut beruban yang disisir ke belakang. Rupanya orang itu tak lain dan tak bukan adalah sang Boss mafia.  “Boss, ini saya, Roy.”  “Oh Roy, bagaimana tentang perkembangan tugasmu? Apakah kau sudah berhasil menangkap sang pencuri itu?”  “Belum Boss, tapi saya sudah mendapatkan informasi tentang kemana mereka akan pergi selanjutnya.” Jawab Roy.  “Hmm, baiklah kalau begitu. Selesaikan masalah ini dengan cepat, dan bawa si pencuri itu ke hadapanku... Berani-beraninya dia mencuri uangku.”  “Baik Boss, oh iya... Saya sepertinya membutuhkan pasukan untuk menyergap orang itu.” Roy meminta ijin.  “Ya, bawalah orang sebanyak mungkin yang kau mau. Yang penting si pencuri itu bisa segera tertangkap.” Suruh sang Boss Mafia.  “Terima kasih Boss, kalau begitu saya permisi.” Ucap Roy yang pamit pergi.  Namun sebelum Roy akan membuka pintu, Boss nya memanggil Roy lagi. “Roy.”  Lalu Roy segera menoleh, “I- iya Boss??”  “Jangan kecewakan aku.” Ucap sang Bos Mafia secara singkat dengan nada yang mengancam.  “Ba- baik Boss.”  Setelah itu Roy segera pergi meninggalkan rumah sang Boss Mafia, dia merasa lega karena tidak dimarahi secara habis-habisan oleh Boss nya itu, dan sekarang dia merasa senang karena bisa mengerahkan banyak anggota mafia untuk menjebak dan menangkap Agni dan Ralph pada sore nanti. Itu berarti keadaan akan jadi bertambah sulit bagi Agni dan Ralph, namun mereka berdua sepertinya juga memiliki rencana tersendiri yang akan berbalik memberatkan Roy.  Pada pertengahan hari, Agni dan Ralph kini terlihat sedang berjalan kaki di trotoar, dengan banyaknya orang dan kendaraan yang berlalu lalang di sekitar mereka, Ralph dan Agni terus berjalan menyusuri daerah pertokoan yang menjual beragam hal, seperti makanan, minuman, pakaian, aksesoris, gadget, dan lain-lain. Dengan sebuah tas yang menempel di punggung Agni, sambil berjalan, Agni tampak sedang memegangi sebuah benda hitam berbentuk kotak, yang kecil dan tipis, dengan lampu kecil yang terus berkedip pada benda tersebut. Sambil terus mengamati benda yang ada di tangannya itu, Agni bertanya kepada Ralph.  “Benda sekecil ini kenapa harganya mahal sekali?”  “Sudahlah, yang penting benda itu akan berguna nanti. Selain itu kita membelinya secara ilegal, jadi tentu saja harganya mahal.” Jawab Ralph.  “Kau punya banyak kenalan orang-orang dunia bawah ya?”  “Hmm, kau tidak perlu tahu.”  “Oh iya, ngomong-ngomong sekarang kita mau kemana? Aku tidak menyangka bahwa persiapan yang harus kita lakukan untuk menjebak Roy, akan sangat banyak.”  “Tentu saja, aku tahu Roy itu tipe orang seperti apa, maka dari itu kita memerlukan rencana cadangan.” Ucap Ralph.  Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di sebuah toko barang antik, dan mereka berdua langsung masuk ke dalam sana. Agni melihat keadaan di sekitarnya, dia terus memperhatikan seluruh barang antik yang terpajang disana, seperti guci, pernak-pernik, berbagai jam, juga ada kamera-kamera jaman dulu. Agni tampak terkesima dengan semua benda itu.  Namun lain halnya dengan Ralph, dia tampak berjalan lurus menuju seorang pria tua yang berada di toko tersebut. Lalu tanpa basa-basi, Ralph segera menyapanya dan bertanya.  “Hey Sam, apakah Jimmy ada?”  Kemudian dengan ekspresi wajah datar, si pria tua yang bernama Sam itu segera menjawab pertanyaan dari Ralph. “Kau tahu ini adalah jadwalnya, dia tidak ingin diganggu.”  “Ayolah, aku hanya butuh waktu sebentar saja dengannya.” Ralph meyakinkan.  “Tidak bisa, aku selalu mengutamakan kenyamanan dari pelangganku. Kau tidak boleh mengganggunya hingga dia selesai.”  “Ayolah Sam, kau dan aku adalah teman kan.” Ucap Ralph sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Sam.  Lalu sambil tertegun, Sam segera mengambil uang itu dan mulai mengajak Ralph untuk ikut dengannya, dan Ralph juga segera mengajak Agni untuk ikut. Beberapa saat kemudian, mereka bertiga berdiri di depan sebuah jam kuno sebesar lemari dengan bandul yang bergerak ke kiri dan ke kanan.  Tanpa banyak bicara, Sam segera menggeser jam tersebut, lalu ternyata dibaliknya ada sebuah pintu tersembunyi yang bisa dibuka, maka setelah itu Sam mempersilahkan mereka berdua untuk masuk ke dalam ruangan yang ada dibalik pintu tersebut.  Ruangan itu sangat gelap dan penuh dengan sekat-sekat, dengan suara musik yang diputar untuk memanjakan telinga semua orang yang berada disana. Banyak bilik-bilik yang tertutup oleh tirai, yang di dalamnya terdengar suara-suara percakapan antara laki-laki dan perempuan. Agni tampak canggung dan kebingungan saat berjalan bersama Ralph di ruangan itu, dia tak henti-hentinya melihat ke segala arah dengan ekspresi wajah takut.  Lalu tiba-tiba ada seorang perempuan berpakaian minim yang keluar dari salah satu bilik sambil membawa sebotol minuman keras. Maka saat melihat hal itu, Agni langsung bisa menyimpulkan bahwa ruangan ini adalah tempat prostitusi. Kemudian, Ralph segera menghentikan si perempuan dan bertanya kepadanya.  “Permisi Nona, apakah kau tahu dimana Jimmy berada?”  “Di bilik nomor 12.” Jawab perempuan itu sambil berlalu pergi, lalu Agni hanya tersenyum canggung saat dia diperhatikan oleh si perempuanitu.  Kemudian Ralph segera mengajak Agni untuk mendatangi bilik nomor 12 dan membuka tirainya. Rupanya benar saja Jimmy sedang berada disana. Jimmy adalah seorang pria berbadan kurus dan sedikit pendek, dengan rambut rapih dan kumis tipis di wajahnya. Saat ini dia sedang bertelanjang d**a bersama dua orang perempuan yang berada di dekapannya.  Saat Ralph dan Agni tiba-tiba datang, Jimmy langsung saja terperanjat karena merasa kaget, begitu juga kedua perempuan yang berada di dekatnya, sedangkan Agni seketika langsung menutup kedua matanya dan berpaling sambil bilang.  "Ow wow wow! Maaf mengganggu.”  Ralph dengan ekspresi wajah tanpa berdosanya, segera menyuruh kedua perempuan itu untuk keluar sebentar, karena dia memiliki urusan dengan Jimmy. Maka dari itu sekarang di bilik nomor 12, hanya ada Jimmy, Ralph, dan Agni saja. Mereka bertiga duduk saling berhadapan sambil membicarakan sesuatu.  “Apakah kau sudah gila Ralph??! Kau mengganggu waktu berhargaku!” Ujar Jimmy memarahi Ralph.  “Maaf, tapi aku tidak punya banyak waktu saat ini, aku sangat-sangat membutuhkan bantuanmu.”  “Oh ya? Aku dengar rumor bahwa saat ini kau sedang dikejar oleh para Mafia bawahan Tuan Hardi Richard.” Ucap Jimmy.  “Ouh jadi sang Bos Mafia itu namanya adalah Tuan Hardi Richard?” Tanya Agni.  “Siapa orang ini?” Jimmy bertanya balik.  “Perkenalkan, dia adalah Agni, dia temanku.”  “I- iya, aku temannya. Salam kenal.” Jawab Agni.  “Hmm... Jadi Ralph, kau butuh bantuanku untuk apa?”  “Kau tahu orang yang bernama Roy kan?”  “Ya, bukannya dia adalah orang kepercayaan dari Pak Hardi Richard? Katanya dia adalah orang yang sangat berbahaya.”  “Ya, kakakku berurusan dengannya dan sekarang dia malah terbunuh.”  “Astaga, Doni... Pantas saja aku tidak pernah lagi mendapat kabar darinya dalam waktu lama.” Jimmy merasa sedih.  “Sekarang aku ingin kau membantuku untuk membalaskan dendam terhadap Roy.” Ucap Ralph.  “Apa? Hey, aku tidak mau terlibat.”  “Ayolah, hanya satu tugas saja.” Sahut Agni memohon.  “Hmm, tapi tetap saja...” Ucap Jimmy sambil memalingkan muka.  “Ayolah Jimmy, kau adalah ahli menyamar terbaik yang kukenal.” Kata Ralph.  “Selain itu, kami juga akan membayarmu... Sebutkan saja jumlahnya.” Kata Agni menambahkan.  “Hmm, benarkah?” Wajah Jimmy langsung berubah sumringah.  Kemudian Ralph mengajak Agni mundur sedikit ke belakang untuk bernegosiasi, Ralph minta waktu sebentar kepada Jimmy, dan Jimmy pun mempersilahkannya. Setelah itu Ralph dan Agni langsung berbicara dengan nada berbisik.  “Hey, kau serius mau memberinya uang? Aku berniat untuk meminta bantuan secara gratis, sebagai teman.” Tanya Ralph.  “Memangnya kau mau membujuknya sampai kapan? Kita tidak punya banyak waktu.”  “Baiklah, tapi bagaimana jika dia nanti meminta 100 juta?”  “Ya, kita berikan saja.”  “Jangan! Kita batasi saja biaya persyaratannya hanya sampai 10 juta.”  “Kenapa kau pelit sekali?”  “Jangan menghamburkan uangnya!” Kata Ralph masih dengan nada berbisik.  “Oke.”  Sementara itu, Jimmy yang tidak bisa mendengar percakapan mereka berdua, kini sedang minum sambil sedikit merapikan rambutnya. Beberapa saat kemudian, Ralph dan Agni yang sudah selesai bernegosiasi, segera mendekati Jimmy lagi. Dan mereka mulai melangsungkan negosiasi dengan Jimmy mengenai biaya dari tugas yang harus dilakukan oleh Jimmy.  “Jadi, apakah aku bisa mulai mengajukan hargaku?” Tanya Jimmy.  “Ya, silahkan.” Jawab Agni.  “Hehhe, oh iya, ngomong-ngomong, biasanya aku hanya bekerja untuk diriku sendiri dan tidak pernah mendapat perintah dari orang lain... Jadi, biayaku ini sangat mahal lho.” Kata Jimmy, lalu dengan perasaan gugup dan was-was, Agni dan Ralph hanya diam saja sambil mengangguk. Agni segera merogoh ke dalam tas yang ada di punggungnya untuk mempersiapkan uang senilai 10 juta.  Lalu Jimmy melanjutkan perkataannya, “Biayaku adalah sebesar 5 juta Rupiah.” “Hah?” Agni dan Ralph tertegun.  Kemudian Ralph segera menjulurkan tangannya kepada Jimmy sambil berkata.  “Deal.”  Dan akhirnya proses negosiasi pun telah mencapai kesepakatan. Ralph segera memberikan sebuah smartphone kepada Jimmy, yang bisa digunakan untuk menerima instruksi dan menjalankan tugas. Kemudian Agni mengeluarkan uang sejumlah 3 juta Rupiah dan memberikannya kepada Ralph, lalu Ralph memberikannya kepada Jimmy.  “Ini uang 3 juta sebagai DP, dan sisanya akan kubayarkan setelah tugasmu selesai.”  “Baiklah.” Ucap Jimmy sambil menerima uang itu.  Setelah itu, saat Agni dan Ralph pamit untuk pergi dari sana, Jimmy segera memanggil Ralph, sehingga Ralph langsung saja menoleh untuk mendengarkan perkataan dari Jimmy.  Jimmy berkata, “Aku turut berduka atas kematian Doni.” Jimmy mengatakannya dengan ekspresi wajah serius, karena dirinya dan Doni merupakan teman baik.  “Ya,” Ucap Ralph secara singkat, sambil berlalu pergi bersama Agni.  Singkat cerita, ketika Ralph dan Agni sudah berada diluar, tiba-tiba handphone milik Agni berbunyi, dan sepertinya itu adalah panggilan telepon dari Roy. Maka seketika itu juga Agni langsung mendekatkan layar handphone itu ke telinganya untuk mendengarkan apa yang akan Roy sampaikan kepadanya.  “Halo.”  “Halo Agni, sebaiknya kau segera menyiapkan uangnya sekarang. Aku akan memberitahumu tentang lokasi pertemuan kita... Kau harus datang bersama Ralph, hanya berdua saja, tidak boleh ada orang lain. Ingat itu!”  “Ka- kalau begitu, kau juga tidak boleh membawa banyak anak buah. Jika dari kejauhan kami melihat kau membawa banyak anak buah, maka kami akan langsung pergi dan pertemuan batal.” Jawab Agni mengancam.  “Hehhe... Rupanya kau jadi lebih berani sekarang ya bocah.”  “Tentu saja, jika kami datang kesana hanya untuk dibunuh, maka untuk apa kami datang?”  “Hmm... Ya, aku mengerti. Pokoknya kalian datang saja, aku tidak akan macam-macam. Jam dan tempatnya akan kukirimkam lewat pesan.” Roy yang dikejar waktu, menyetujui persyaratan dari Agni.  “Baiklah.” Jawab Agni, mengakhiri panggilan telepon dari Roy.  Kemudian Ralph dan Agni saling mengangguk. Setelah mendapatkan instruksi dari Roy, maka Agni dan Ralph Segera menjalankan rencana selanjutnya, yakni membeli sebuah koper dan memodifikasi koper tersebut supaya bisa memasukkan alat kecil tipis ke dalam gagang koper tersebut, sehingga keberadaan alat itu tidak akan bisa diketahui oleh Roy.  Di lain pihak, Roy juga sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk bisa menjebak Ralph dan Agni. Kedua belah pihak itu sudah saling mempersiapkan jebakan untuk satu sama lain, sehingga mereka harus bertindak lebih cerdik supaya bisa mengalahkan lawan. Kira-kira pihak manakah yang akan menang dalam proses transaksi yang akan segera terjadi nanti? Ikuti terus kelanjutan kisahnya hanya di ‘God Apps' Story.  Berlanjut ke part 6
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD