God Apps (ORIGIN) Part 1

3304 Words
 Cerita ini berlatar waktu di tahun 2018, atau sebelum terjadinya peristiwa yang menimpa Agni pada tahun 2019. Asal usul diciptakannya aplikasi finding, yang mampu membuat penggunanya mendapatkan segala hal yang dia inginkan. Aplikasi tersebut tentunya tidak muncul begitu saja di handphone milik Agni, namun ada sebab dan alasan yang menjadi dasar atas peristiwa yang telah menimpa Agni juga Ralph, dari mulai orang yang menciptakannya, orang yang melindunginya, sampai ada juga orang yang ingin menyalahgunakannya. Inilah dia! Kupersembahkan kisah tentang asal usul aplikasi finding, yang akan menghadirkan beberapa tokoh protagonis, satu diantaranya adalah seorang inspektur di kepolisian Kota Jakarta yang bernama ‘Kriss Hamdan’.  Sekarang mari kita berfokus dulu kepada sosok inspektur tampan dan pemberani ini, postur tubuhnya cukup tinggi dan proporsional, dengan rambut panjang seleher yang disisir rapi. Dalam Sepanjang karirnya di dunia kepolisian, dia sudah banyak memecahkan kasus dan menangkap para penjahat, dia adalah tipe orang yang tidak terlalu mempedulikan keadaan sekitar ataupun omongan orang lain, dia selalu bergerak atas intuisinya sendiri dan berani mengambil keputusan, walaupun jalan yang dipilihnya terkadang membawa dirinya ke dalam bahaya, tetapi dia selalu bisa mengatasi semua itu, sehingga dia selalu bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan di cap sebagai petugas kepolisian yang handal.  Namun hal itu juga tak serta merta memberikan banyak hal positif baginya, karena ada juga beberapa orang yang tidak menyukainya, terutama dari pihak-pihak yang tidak sejalan dengan dirinya, dalam menjalankan tugas kepolisian. Namun dia tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu, karena yang penting bagi dirinya hanyalah bisa menyelesaikan tugas dan menegakan keadilan.  Suatu hari dia berkendara bersama mobil sedan putihnya di siang hari, lalu tak sengaja dia melihat seorang perampok yang sedang beraksi di minimarket, perampok itu menodongkan senjata pistol dan memaksa pegawai kasir untuk mengeluarkan semua uang dan menyerahkannya kepadanya. Namun beberapa saat kemudian, disaat orang lain disekitar tempat kejadian banyak yang menjauh, Kriss malah datang menghampiri perampok tersebut dengan kedua tangan diangkat, dia mencoba untuk bernegosiasi dengan perampok itu.  “Hey nak.” Ucap Kriss memanggil si perampok. Walaupun wajah perampok itu terhalang topeng, namun dari suaranya, Kriss bisa tahu bahwa si perampok itu masih dibawah umur.  “Jangan bergerak! Siapa kau!” Teriak si perampok sambil segera mengarahkan senjatanya kepada Kriss.  “Kau tidak perlu tahu siapa aku, ngomong-ngomong berapa umurmu?” Tanya Kriss sambil perlahan-lahan berjalan mendekat.  “Aku tidak mau menjawab pertanyaanmu!!” Ujar si perampok, dengan tangan yang gemetar.  “Baiklah, tidak masalah, tapi kenapa kau harus melakukan ini? Masa depanmu masih panjang, bayangkan konsekuensinya, bayangkan orang-orang yang kau sayangi.” Ucap Kriss.  “Aku tidak punya keluarga!!” Teriak si perampok sambil mengarahkan ujung pistolnya ke atas, lalu menembakan peluru ke ubin, sehingga membuat semua orang yang ada disana menjadi kaget, termasuk Kriss, dia awalnya menduga bahwa pistol itu bohongan, namun ternyata sungguhan, sehingga hal itu membuatnya jadi lebih berhati-hati.  “Oke, oke, nak, aku mengerti. Tapi jangan sampai kau melukai seseorang dengan pistol itu.”  “Aku tak peduli!!” Ujar perampok itu sambil menembakan lagi peluru ke lantai dekat Kriss sedang berdiri. Lalu hal itu sontak saja membuat Kriss menjadi tambah kaget dan marah, dia mulai bergumam pada dirinya sendiri, “Ya ampun, aku benci remaja labil.”  Kemudian Kriss berbicara lagi kepada si perampok itu, dia berniat untuk mengelabuinya. “Hey nak, ubin yang tadi kau tembak, mau copot dan menimpa kepalamu.”  Setelah itu, si perampok langsung saja menengok ke arah atas untuk memastikan bahwa dirinya aman dari jatuhnya ubin, namun sayangnya dia tidak aman dari terkaman Kriss, yang dengan cepat sudah berada di depannya tepat saat dia menolehkan matanya ke atas. Tanpa basa-basi, Kriss langsung saja memegangi pistol lalu menjatuhkan si perampok itu ke lantai hingga dia tidak berkutik lagi untuk bisa melawan. Dan akhirnya urusan beres.  Singkat cerita, dia membawa si perampok itu ke kantor polisi tempatnya bekerja, kini wajah si perampok sudah tidak dalam keadaan tertutup topeng, sehingga dia hanya tertunduk saja melihat ke arah bawah sambil digiring oleh Kriss untuk berjalan menuju meja petugas, supaya dirinya bisa segera dimintai keterangan lalu diproses disana.  Kedatangan Kriss sempat membuat semua orang yang ada disana terkejut dan terperanjat, namun secara proffesional, mereka tetap melanjutkan perkerjaannya masing-masing. Sesudah Kriss menyerahkan si perampok itu untuk diproses disana, tiba-tiba salah seorang petugas kepolisian berpangkat tinggi namun berbeda departemen dari Kriss, datang menghampiri Kriss dengan senyuman meremehkan, diikuti oleh dua orang rekan dibelakangnya.  “Wah wah wah, tak ada tangkapan besar, tangkapan yang kecil pun jadi.” Kemudian mereka menertawakan Kriss.  “Hehheh, uruslah urusan kalian sendiri. Aku menangkapnya di daerah yang seharusnya berada dibawah pengawasan kalian.” Ucap Kriss sambil berlalu pergi.  Perkataannya itu membuat mereka seketika menjadi terdiam, dan hanya menoleh pada satu sama lain, kemudian berdehem dan kembali melanjutkan langkah kaki mereka, seakan-akan tidak ada hal yang terjadi. Saat ini Kriss sedang berada di meja kantornya, dengan segala berkas yang menumpuk, dan beberapa alat tulis yang tertata rapi di atas mejanya tersebut, juga ada komputer yang siap digunakan untuk mengakses segala informasi, beberapa petugas polisi berlalu lalang melewati meja tempat Kriss bekerja, mereka menyapa dan ada juga yang mengajak Kriss untuk makan diluar sepulang kerja nanti, namun Kriss menolak dengan alasan bahwa dia mempunyai banyak urusan, padahal sebenarnya tidak. Kriss hanya tidak terlalu suka menghabiskan waktu bersama teman-teman kerjanya.  Dia bukan tipe orang yang bisa cepat akrab dengan orang lain, walaupun memang pernah ada orang yang sangat akrab dengannya, yakni mantan rekannya sesama anggota polisi yang kini sudah dibebas tugaskan karena melanggar peraturan dan membangkang perintah, namanya Adalah Beni. Dulu, Kriss dan Beni merupakan rekan yang sangat akrab, namun setelah Beni diberhentikan, mereka tidak pernah saling bertemu atau menghubungi lagi, selama kurang lebih 5 tahun. Hingga kini jabatan Kriss sudah menjadi seorang inspektur, Kriss sebenarnya tidak pernah melupakan temannya tersebut, hal itu terbukti dari foto kebersamaan mereka berdua yang masih terpajang di meja kerja Kriss. Hal yang membuat hubungan mereka berdua menjadi renggang, dikarenakan Beni yang kini membenci polisi dan tidak mau berhubungan dengan orang dari kepolisian.  Kembali pada Kriss yang masih sedang duduk di meja kerjanya sambil merapikan beberapa kertas, tiba-tiba saja dia mendapatkan surel di komputernya, dengan tanda seru yang seakan menegaskan bahwa isi surel tersebut sangatlah penting. Tanpa pikir panjang, Kriss langsung saja membuka surel itu untuk membaca isinya.  Yang berbunyi, “Pak Kriss, ini aku Romi... Saat ini aku sedang dalam bahaya, karena aku telah menciptakan sesuatu yang diinginkan oleh orang-orang jahat. Aku sudah mengatur supaya pesan ini akan dikirim otomatis jika ada sesuatu yang terjadi kepadaku. Tak banyak yang bisa ku jelaskan dalam pesan ini, aku hanya punya satu petunjuk, yaitu ‘AionTex’.”  Kriss membaca isi pesan itu dengan serius sebanyak dua kali, lalu dia mulai mengingat-ingat lagi nama Romi yang terasa tak asing baginya. “Romi?? Oh iya, dia itu adalah seorang Hacker yang kutangkap sekitar satu setengah tahun yang lalu, karena kasus pembobolan jaringan penyedia provider. Waktu itu dia melakukannya hanya untuk iseng, dan diganjar hukuman tahanan rumah selama 3 bulan. Tapi sekarang dia memberikanku surel berisi pesan seperti ini, kira-kira apa maksudnya ya?” Kriss bertanya-tanya.  Lalu tanpa pikir panjang, Kriss segera beranjak dari kursinya dan mengambil jaketnya sambil berjalan pergi meninggalkan kantor polisi itu. Dirinya diliputi oleh rasa cemas sekaligus rasa penasaran atas isi pesan yang telah dikirimkan oleh Romi kepadanya. Romi yang merupakan seorang remaja dengan keahlian meretas, mungkin saat ini sedang berada dalam suatu masalah besar yang melibatkan dirinya dengan orang-orang berbahaya, maka dari itu Kriss langsung saja bergegas menaiki mobilnya untuk berangkat menuju ke alamat rumah Romi.  Romi tinggal seorang diri di sebuah rumah sederhana yang terletak di suatu perumahan kelas menengah. Dia tidak terlalu suka bergaul dengan warga sekitar, seharian dia hanya selalu menghabiskan waktu di depan komputernya untuk berselancar di dunia maya, dan dari situ juga dia bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi segala kebutuhannya, dari mulai yang legal sampai yang ilegal, sehingga beberapa kali dia memang pernah berurusan dengan polisi, terutama dengan Kriss.  Namun selama beberapa bulan ini namanya tidak pernah terdengar lagi, dan mungkin hal itu dikarenakan dia sedang sibuk mengurus proyeknya, yang tadi sempat dia singgung di dalam surel. Yakni suatu proyek yang telah melibatkannya dengan oknum penjahat, Sehingga kini dirinya jadi berada dalam bahaya, namun untungnya petugas kepolisian Kriss akan segera datang dan siap menolong (Karena dapat pesan).  Sesampainya Kriss di depan rumah Romi, yang ber’cat warna biru gelap, terhalang gerbang berwarna hitam, dan dengan suasana hening. Kriss segera berjalan melewati gerbang sampai ke teras depan rumah tersebut, dia berdiri dan bersiap untuk mengetuk pintu, tapi ada suatu kejanggalan disana, karena ternyata pintu depan rumah tersebut tidak dikunci dan sedikit terbuka.  Hal itu membuat Kriss sedikit heran, lalu dia mencoba untuk memanggil-manggil nama Romi, namun tidak ada yang menjawab sama sekali, sepertinya di dalam sana memang sedang tidak ada orang. Lalu Kriss yang masih diliputi oleh rasa penasaran, segera masuk ke dalam rumah tersebut secara perlahan dan sambil memperhatikan seisi rumah, dia mencari keberadaan Romi.  Kondisi di dalam rumah itu sungguh berantakan, dengan beberapa barang yang berserakan di lantai, tampak seperti telah ada sekumpulan orang yang datang untuk menggeledah rumah tersebut. Maka dari itu Kriss jadi tambah merasa cemas, dia yang berniat datang kesana hanya untuk mengecek keadaan, kini malah merasakan adanya hal serius yang telah terjadi. Apalagi ketika Kriss masuk ke dalam kamar Romi, disana juga tak ada siapa-siapa, hanya ada sekumpulan peralatan komputer dengan 3 layar, kasur yang belum dirapikan dan kaset dvd yang berserakan di lantai. Kriss mencoba untuk terus memanggil nama Romi, sambil mencari-cari petunjuk di kamar tersebut, namun tetap tak ada jawaban.  Kemudian dia menemukan suatu keanehan, karena salah satu layar monitor komputer disana tampak mengalami retak, seperti habis ditendang. Maka dari itu Kriss menyimpulkan bahwa sepertinya memang telah ada yang datang untuk membawa Romi dari rumahnya, dan sempat ada perlawanan dari Romi sehingga banyak barang yang berjatuhan dan mengalami kerusakan.  Disana juga ada beberapa laci yang terbuka, dan kotak kardus yang tergeletak, hal itu menandakan bahwa para penculik juga telah menggeledah seluruh rumah Romi untuk mencari barang-barang penting, sehingga Romi tidak bisa meninggalkan banyak petunjuk bagi orang lain terutama bagi Kriss disana. Benda-benda seperti flashdisk, kartu memori, atau isi video kamera keamanan juga tidak ada disana karena pasti semua itu sudah diambil bersama dengan Romi.  Maka setelah itu, Kriss hanya mengambil beberapa gambar lalu segera pergi untuk melapor kepada atasannya, supaya dia bisa menyelidiki kasus ini lebih lanjut, sekaligus mendapatkan bantuan. Sehingga dia bisa memecahkan kasus ini dengan lancar.  Singkat cerita, saat ini dia sedang berada di ruangan Komisaris, yang bernama ‘Komisaris Bram Dirjo’, Kriss berada disana untuk melaporkan tentang kasus itu, dan membicarakan lebih lanjut mengenai tindakan yang harus dilakukan.  “Kurasa ini bukanlah kasus sembarangan Pak, karena dia menyebut nama perusahaan ‘AionTex' dalam isi pesannya.”  “Hmm, kenapa seorang Hacker bisa berurusan dengan perusahaan Teknologi terbesar se-indonesia itu? Apakah Romi mencoba untuk iseng dan melakukan peretasan ke sistem perusahaan itu, sehingga ada orang-orang yang menangkapnya?” Tanya sang Komisaris.  “Ya, itulah dugaan pertamaku mengenai urusan Romi dan AionTex, tapi dalam pesannya, Romi juga mengatakan bahwa dia telah menciptakan sesuatu yang diincar oleh orang jahat. Hal itulah yang mengganggu pikiranku.” Jawab Kriss.  “Masalahnya kita tidak punya bukti kuat mengenai keterlibatan AionTex dalam kasus hilangnya Romi, kita tidak bisa tiba-tiba menggeledah perusahaan mereka, jika hanya berdasarkan pesan surel dari seorang Hacker, jadi sebaiknya kita kumpulkan dulu keterangan sebanyak-banyaknya dari pihak terkait, kau akan kuberi surat ijin untuk meminta keterangan kepada pemilik perusahaan AionTex.”  “Siap Laksanakan. Terima kasih pak.”  “Oh iya, dan perlu kuingatkan lagi padamu Kriss, aku tahu intuisimu terkadang selalu benar, dan kau punya perasaan yang kuat terhadap kasus ini, namun jangan sampai bertindak berlebihan.” Sang Komisaris memberi nasehat kepada Kriss sebelum dia pergi.  “Baik, aku mengerti Pak.” Setelah itu Kriss segera pergi.  Keesokan harinya, bersama dua orang perwira kepolisian, Kriss berangkat menuju gedung perusahaan AionTex yang berlokasi di tengah Kota Jakarta, dengan berbagai gedung tinggi yang megah di sekitarnya. Kriss masuk ke lobby dan bertemu Resepsionis untuk menanyakan tentang janji temu dengan sang Pemilik Perusahaan yang bernama ‘Hendry Danu', seorang konglomerat terpandang yang namanya cukup dikenal luas oleh publik, punya banyak pabrik besar yang tersebar di seluruh negeri, dan punya koneksi dengan orang-orang penting di pemerintahan. Untuk bisa bertemu dengannya memanglah bukan hal yang mudah, namun dikarenakan Kriss adalah seorang polisi, yang sudah punya surat ijin untuk meminta keterangan, maka hal itu bisa saja dilakukan.  Tak lama kemudian, Kriss dan dua anak buahnya, sedang menunggu di sebuah ruang tamu yang mewah, yang berada di lantai paling atas gedung pperusahaan tersebut, mereka sedang duduk santai sambil menikmati minuman yang disuguhkan bagi mereka disana.  Hingga beberapa saat kemudian, seseorang mulai datang ke ruangan itu untuk bertemu dengan mereka, yakni seorang laki-laki berkacamata dengan setelan jas rapih, yang umurnya kelihatan masih sekitar 30 tahunan. Laki-laki itu memperkenalkan dirinya kepada Kriss dan rekan-rekannya.  “Halo, selamat siang. Nama saya Leonard.”  “Ya, selamat siang. Namaku Kriss, dan ini dua orang rekanku, Bripda Ray dan Bripda Tirta.”  Mereka semua bersalaman dengan Leonard, kemudian Leonard mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk kembali. “Ehm, silahkan duduk ... Sebelumnya saya minta maaf, karena Tuan Hendry tidak bisa bertemu dengan kalian saat ini, beliau sedang ada urusan penting. Kalau ada pesan yang ingin disampaikan, silahkan bicarakan saja dengan saya.” Ucap Leonard.  “Apakah anda adalah asistennya?” Tanya Kriss.  “Saya adalah sekretarisnya.” Jawab Leonard.  “Hmm, baiklah. Kami tidak akan lama disini, sebenarnya ada beberapa pertanyaan penting yang ingin kami berikan pada Tuan Hendry secara langsung.”  “Saya akan menyampaikannya pada beliau, ngomong-ngomong, pertanyaan mengenai apa ya?”  “Ehm, baiklah ... Ini mengenai beberapa aktivitas yang bersangkutan dengan perusahaan AionTex.”  “Aktivitas seperti apa?”  Kriss sedikit ragu untuk membicarakan hal ini kepada Leonard, karena sebenarnya akan lebih meyakinkan bila dia bisa membicarakannya secara langsung dengan Tuan Hendry Danu. Namun tampaknya kesempatan untuk bisa bertemu dengannya memanglah cukup sulit untuk didapatkan, sehingga mau tak mau, Kriss harus membicarakannya dengan Leonard saja, yang merupakan sekretaris Tuan Hendry Danu.  “Baru-baru ini kami mendapatkan sebuah pesan dari seseorang yang telah diculik, dalam isi pesannya dia menyebutkan kata ‘AionTex’.”  “Hmm, jadi hanya karena sebuah pesan yang berisikan kata AionTex, anda langsung mau bertanya secara langsung kepada Tuan Hendry?”  “Ya, kami takut jika ada aktivitas lain yang bersangkutan dengan perusahaan ini, namun tidak diketahui oleh Tuan Hendry, sehingga kami merasa penting untuk bisa membicarakan hal ini dengannya.”  “Oh, baiklah saya mengerti ... Jadi bisa saja ada orang-orang dari perusahaan kami yang terlibat dalam kasus penculikan itu, begitukah?”  “Ya, maka dari itu, aku juga ingin meminta ijin untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap perusahaan AionTex.” Ucap Kriss.  Kemudian Leonard sedikit terkekeh, karena dia merasa bahwa hal itu tidak perlu dilakukan. “Ah, inspektur. Kurasa hal itu tidak perlu dilakukan, siapa tahu saja orang yang mengirimkan pesan kepada anda itu hanya bertindak iseng, dan saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat.”  “Memang ada kemungkinan seperti itu, tapi dilihat dari tempat kejadian perkara, yaitu di tempat tinggal korban, memang telah benar-benar terjadi tindakan penculikan paksa, dengan kondisi rumahnya yang berantakan seperti sudah dibobol dengan paksa, serta tidak ditemukan adanya petunjuk apapun yang bisa mengarahkan kami kepadanya, komputernya rusak, semua penyimpanan file hilang, rekaman video kemanan hilang, dan sebagainya. Karena satu-satunya petunjuk hanyalah berdasarkan pesan dari si korban, maka dari itu kami segera kesini untuk meminta keterangan.”  “Eumm, maaf saja inspektur, tapi sepertinya Tuan Hendry juga tidak akan mau menanggapi masalah ini, dikarenakan bukti yang tidak terlalu kuat.” Leonard tetap menyangkal.  “Bagaimana aku bisa tahu? bila belum bertemu dengannya secara langsung.” Kriss juga bersikeras.  “Hahha, anda terlalu membesar-besarkan masalah ini. Hacker itu pasti sedang mempermainkan anda, sebaiknya anda coba cari dulu dia di tempat lain.” Ucap Leonard.  “Hmm, setahuku, aku belum bilang padamu bahwa si korban merupakan seorang Hacker ... Bagaimana kau bisa tahu?” Tanya Kriss.  Lalu seketika itu, Leonard langsung tertegun dan mulai kaku. Dengan nada canggung dia segera menjawab perkataan dari Kriss. “Eumm, anu ... Tadi karena anda bilang bahwa di rumahnya ada komputer yang rusak dan penyimpanan file yang hilang, saya tiba-tiba saja jadi terpikir ke arah sana. Bahwa si korban adalah seorang Hacker.” Kata Leonard, dengan keringat yang mulai bercucuran dari dahinya.  Maka setelah itu, Kriss mulai merasakan ada yang janggal disana, kemudian dia kembali bertanya, “Jadi, apakah kami memang benar-benar tidak bisa bertemu dengan Tuan Hendry secara langsung, atau mendapatkan ijin untuk menyelidiki perusahaan ini lebih lanjut??” Tanya Kriss.  “Maaf sekali Pak inspektur, jawabannya tetap adalah Tidak.” Jawab Leonard sambil menggelengkan kepalanya.  Jawaban itu membuat Kriss sedikit merasa kesal sekaligus marah, tapi dia mencoba sebisa mungkin untuk menahan amarahnya. Lalu dengan senyuman di wajahnya, Leonard segera berdiri dan menyalami mereka, untuk kemudian pamit dan bergegas pergi dari ruangan itu, karena katanya dia masih punya urusan lain yang lebih penting. Dia meninggalkan Kriss di ruangan itu , yang masih diliputi dengan kegelisahan beserta sejumlah pertanyaan yang belum terjawab di dalam otaknya.  Lalu setelah turun dan keluar dari gedung itu, Kriss terpaksa harus pulang dengan tangan hampa, dan dia harus mulai berpikir keras lagi, mengenai darimana dia bisa mendapatkan petunjuk selanjutnya yang bisa mengarahkannya pada keberadaan Romi, yang saat ini masih belum diketahui, hal itu membuat perasaan cemas dalam diri Kriss jadi bertambah semakin besar.  Singkat cerita, saat ini Kriss dan kedua rekannya sedang berada di dalam mobil untuk pulang menuju ke kantor polisi tempat mereka bekerja, Kriss tampak duduk di kursi belakang, sedangkan Bripda Ray sedang mengemudi dan Bripda Tirta duduk disamping kursi pengemudi sambil memperhatikan pemandangan di sepanjang jalan yang mereka lalui.  Kemudian Bripda Ray bertanya kepada Kriss, “Jadi sekarang bagaimana Pak?”  “Hmm, mau tak mau kita harus berusaha untuk mencari petunjuk lain.” Jawab Kriss.  “Baik pak, saya siap membantu.” Ucap Bripda Ray.  “Ya, terima kasih. Oh iya, bagaimana kabar anakmu?” Tanya Kriss.  Lalu sambil tersenyum, Bripda Ray menjawab. “Dia baru bisa berjalan sekarang, bicaranya juga sudah mulai pintar.”  “Hmm, bagus.”  “Kapan Bapak main lagi ke rumah saya?” Tanya Bripda Ray.  “Kapan-kapan aku pasti kesana.” Jawab Kriss.  “Siap Pak.” Ucap Bripda Ray dengan perasaan senang.  “Hahha, kau senang sekali.” Bripda Tirta tiba-tiba berbicara dengan nada sedikit meledek.  Mereka bertiga saling berbincang-bincang dan bergurau di dalam mobil itu, hingga tiba-tiba saja, sebuah mobil truk muncul tepat di sebelah Bripda Ray yang sedang mengemudi, mobil truk itu melaju dengan sangat kencang dan langsung menghantam mobil yang ditumpangi oleh Bripda, Ray, Bripda Tirta, dan inspektur Kriss itu dengan sangat keras, hingga mengakibatkan mobil itu langsung terlempar dan terguling ke pinggir jalan, sampai ke tanah lapang.  Saking kerasnya hantaman tersebut, mobil yang mereka tumpangi langsung hancur seketika dan berhenti berguling dalam keadaan terbalik. Menghamburkan pecahan kaca serta beberapa komponen yang terlepas dan hancur berantakan di sekitar sana.  Kriss rupanya masih hidup, dia yang masih dalam keadaan sangat terkejut, segera berusaha keluar dari mobil yang sudah terbalik itu, kemudian tanpa mempedulikan luka-luka di sekujur tubuhnya, dia segera menghampiri Bripda Ray yang masih terjebak di kursi pengemudi. Namun sayang sekali, rupanya nyawa Bripda Ray sudah tiada, dia mati seketika saat menerima hantaman dari mobil truk itu.  Sedangkan, Bripda Tirta masih hidup dan berteriak minta tolong, karena tubuhnya terjepit oleh kursi mobil, dan kepalanya bercucuran darah, lalu tanpa pikir panjang, Kriss segera menolong Bripda Tirta dan mengeluarkannya dari mobil tersebut. Namun tiba-tiba saja, ada dua mobil mewah berwarna hitam yang datang kesana, dan keluarlah beberapa pria dengan setelan jas berwarna hitam yang memegang pistol di tangan mereka masing-masing. Dan rupanya, supir mobil truk yang telah menabrak mobil Kriss juga merupakan bagian dari para pria misterius itu, kedatangan mereka semua disana jelas-jelas bukan untuk menolong ataupun memanggil mobil ambulance, melainkan untuk menghabisi Kriss beserta rekan-rekannya disana.  Tanpa basa-basi, para pria itu langsung saja mengarahkan ujung pistol mereka kepada Inspektur Kriss dan Bripda Tirta disana, sehingga hal itu membuat mereka berdua langsung terperangah sekaligus merasa sangat panik dan bingung tidak tahu harus berbuat apa. Lalu tiba-tiba saja, Bripda Tirta yang sedang berdiri sambil dibopong oleh Kriss, segera berbisik dan menyuruh Kriss untuk lari.  Setelah itu, tanpa basa-basi, Bripda Tirta langsung saja mendorong tubuh Kriss hingga tersungkur ke belakang, lalu sambil berteriak menyuruh atasannya itu untuk lari, Bripda Tirta melebarkan kedua tangannya dan berdiri dalam posisi tegak supaya dia bisa menjadi pagar pelindung bagi Kriss.  Maka dari itu, para pria misterius disana langsung saja mengambil tindakan, dengan cara menembaki tubuh Bripda Tirta, hingga dia mati dan jatuh tengkurap bersimbah darah disana. Sedangkan Kriss yang sempat tertegun dan tidak rela jika temannya sampai mengorbankan nyawa, mau tidak mau harus segera berlari dari sana, dengan sekuat tenaga. Karena jika dia tidak selamat, maka pengorbanan teman-temannya akan sia-sia. Sambil ditembaki dari belakang, Kriss terus berlari hingga masuk daerah pemukiman, sehingga tak ada satupun peluru yang berhasil mengenai tubuhnya. Kira-kira apa yang akan terjadi kepada Kriss selanjutnya? Dan apa keterlibatan dari AionTex dengan semua masalah ini?  Berlanjut ke God Apps (ORIGIN) part 2
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD