Bab 3 : Kurcaci Cantik

1530 Words
*membaca Al-Qur'an lebih utama* Dito yang melihat Nabila berusaha menghilangkan jejak air mata tersebut hanya bisa tersenyum miris, bagaimana sosok mungil ini ingin menutupi sisa tangisnya sedangkan mata sembab dan juga hidung yang memerah menjadi pertanda akan tangisnya tadi, ia bukan orang bodoh, tapi untuk saat ini, ia biarkan saja Nabila menganggap bahwa Dito tidak tau apa-apa, lebih baik begitu, bukan? setidaknya gadis di hadapannya saat ini, merasa aman mengeluarkan tangisnya. "Bapak ngapain disini?" Dito yang mendengar pertanyaan tersebut agak gelagapan, apa yang harus ia jawab, karena ia pun tidak memiliki alasan lain berada di sini, selain mengikutinya? ia memang sengaja menghampiri Nabila yang terlihat menangis tersedu-sedu tadi, tapi ketika melihat tanggapan Nabila ketika ia datang, ia mengurungkan niat untuk menanyakan nya. "Pak, halo bapak! Pak, PAK DITO!" Dito yang mendengar panggilan itu langsung menoleh ke arah Nabila, dan hampir saja ia tertawa ngakak melihat raut wajah gadis di depannya ini, Mata bengkak, hidung merah dan sedikit ada cairan, akh salah! Bukan sedikit, tapi banyak. Dan terakhir wajah yang sudah Kumal, kusam Nabila menambah kesan lucu sekaligus menjijikkan. Akh, gadis ini sangat luar biasa. "Kamu sedang apa? Dan ada apa dengan wajahmu itu?" Nabila menggeleng pelan, bukan itu yang ia tanyakan tadi, tapi malah menjawab tidak sesuai yang ditanyakan, ya sudahlah, suka-suka dosennya ini saja. Dito yang merasa Nabila keberatan menjawab pertanyaan hanya mengangguk paham, tidak penting gadis di hadapan nya ini menjawab atau tidak, ia tetap tau alasan di balik wajah sembab itu. "Kamu tidak pulang?" Nabila mendongak, lalu raut wajahnya keruh seketika, pertanyaan dosennya ini malah mengingatkan ia terhadap tugas yang harus ia selesaikan hari ini juga, sebelum nanti ia bertandang ke rumah sahabatnya Niswah. "Saya akan pulang, Pak. Assalamualaikum." Dito yang melihat itu hanya terpelongo, ada apa dengan gadis itu, semula terlihat sangat sedih lalu tiba-tiba menjadi sangat kesal, apa pertanyaan nya mengandung zat yang bisa membuat kadar emosi orang meningkat? Padahal ia bertanya, mana tau mahasiswi nya tersebut butuh tumpangan, kurang baik apa ia sebagi dosen? sudah tampan, pintar, mapan, Sholeh, rajin menabung pula, ia jamin siapapun yang menjadi strinya kelak akan bahagia dunia akhirat, ia jamin 1000%. No hoax Aish, sudahlah. Ia jadi ngelantur ke sana sini. Lebih baik ia lanjutkan saja rencana nya pulang, meski harus ia akui, masalah yang dialami Nabila cukup mengusik pikirannya. Sedangkan Nabila yang semula berjalan dengan cepat kini mendadak berhenti ketika melihat makhluk alien yang ada di hadapannya sedang tersenyum aneh, mahkluk entah berantah yang tiba-tiba muncul di depannya dengan senyum yang aneh. Ya Allah, apa tidak ada ketenangan hamba barang sehari saja. Batinnya. "Halo kurcaci cantik, apa kabar?" Kan lihat kan, baru menyapa saja sudah mengajak perang, sebenarnya siapa laki-laki ini? dimana-mana selalu ada. Sudah seperti titisan medusa aja. " Lah, malah bengong, mikirin apa kurcaci? Mikirin kapan tinggi ? Ya, gak mungkin lah hahahahahah." "Mau mas Rian itu apa sih?" Benar, laki-laki dihadapannya adalah Rian si iblis stres, yang menyebutnya kurcaci, dan apa tadi? Kurcaci cantik? sedikit tersanjung sih begitu mendengar ada kata cantik, akan tetapi tubuhnya tidak sependek itu. Padahal tinggin Nabila 158cm dan itu sudah dikatakan tinggi badan yang ideal, meski jika dibandingkan dengan Rian ia hanya sebatas dagu laki-laki itu, tapi sangat keterlaluan sekali jika mengatakan ia kurcaci, salahkan saja Rian yang sejak bayi diberi makan tiang listrik. "Nah kan, langsung kesel, padahal aku cuma nyapa doang," ucap Rian dengan wajah jahilnya, gadis di depannya ini mudah sekali emosi, bahkan hanya di pancing dengan satu pertanyaan. "Mas tuh ada dimana-mana, atau jangan-jangan mas ini penguntit yah? Atau mas ini sama dengan sejenis makhluk di dunia ghaib?" "Heh, sembarangan aja, pangeran gini dikatain setan, sia-sia gen papi Alaska yang ganteng." Nabila yang mendengar itu hanya memutar matanya jengah, ia langsung mengambil ancang-ancang untuk meninggalkan Rian disini, namun itu semua harus terhenti karena bunyi klakson mobil yang berada tepat di belakangnya, ketika ia membalikkan badan, tubuhnya langsung lemas seketika. Apalagi ini ya tuhan, kenapa dua manusia setengah iblis dan malaikat Izrail ini ada di sekitarnya. "Nabila bisa kamu menyingkir dari jalan itu? Badan gempalmu menutupi separuh jalanan." WHAT??? GEMPAL KATANYA? Wah cari perkara dosen Izrail satu ini, badan Nabila tidak segendut itu sampai harus menutupi separuh jalan, ini namanya penistaan. Ia menatap dosen pencabut nyawa tersebut dengan aura permusuhan yang lebih besar dibandingkan dengan Rian tadi, ia sangat tidak suka jika ada orang yang menyinggung bentuk tubuhnya ,terlebih lagi itu seorang laki-laki, tidak sopan namanya. "Kamu dengar tidak saya bilang minggir, Nabila." Nabila langsung menendang ban mobil dito dengan keras dan penuh dendam kesumat, membuat ia langsung memekik kesakitan di bagian kaki sebelah kanan nya, salahnya juga, ban mobil kan keras kenapa harus ia tendang. Sedangkan Dito dan Rian yang melihat tingkah Nabila tertawa keras, gadis mungil ini kadang sangat ceroboh, sudah tau itu benda padat, kenapa ditendang. Dito langsung turun, guna melihat kondisi ban nya yang ditendang oleh Nabila cukup keras tadi, tidak lucu jika tendangan Nabila ternyata mampu membuat bannya penyok kan! Syukurlah keadaan ban mobil tersebut aman, meski ringisan dari Nabila dan tawa keras yang membahana dari laki-laki yang ia ketahui sahabat dari rekan sesama dosennya, Hafidz. saling bersahut-sahutan. Dito langsung menghampiri Nabila yang sudah terduduk di trotoar kampus. "Kamu fikir itu bola sampai kamu tendang, Nabila? Sok kuat kaki kamu," ucap Dito sembari melihat kondisi kaki Nabila. Nabila yang mendengar ucapan Dito hanya bisa mendelik tidak terima, tapi ketika telinganya masih mendengar tawa Rian yang sangat keras, ia langsung melempar sepatu nya kearah laki-laki tersebut, hingga membuat Rian terdiam lalu menatapnya tajam. Glek! Kenapa Rian menjadi menyeramkan dengan tatapan itu, ia harus cepat-cepat menyelamatkan diri, dan disini hanya ada Dito yang bisa membantunya. "Pak, pak, ayo pak, pulang cepat." Dito yang semula jongkok kini harus berdiri dan ditarik-tarik oleh Nabila menuju mobilnya, semula ia bingung, namun melihat tatapan Nabila yang melirik ke arah Rian, ia langsung sadar apa yang terjadi. Langsung saja ia masuk kedalam mobil dan meninggalkan Rian yang tengah marah-marah dan menyumpah serapahi Nabila, Nabila sendiri mengelus dadanya ketiak merasa aman. "Sudah merasa aman, Nabil?" Nabila yang ditanya tersebut mengangguk pelan, ia harus berterima kasih kepada dosennya kali ini. "Pak, nanti berhenti di cafe simpang depan yah," ucapnya setelah sekian lama hening. "Kenapa harus kesana?" "Saya ada urusan pak." Setelahnya tidak ada lagi tanggapan dari Dito. Setelah beberapa menit kemudian, Nabila turun dan mengucapkan terimakasih. Dito pun hanya membalas dengan anggukan pelan. Nabila harus cepat menyelesaikan tugasnya masih ada waktu sekitar 2 jam sebelum ia masuk kerja. -------- Sedangkan di lain tempat, Rian tengah mengumpati si mungil kurcaci, bisa-bisanya melempar ia dengan sepatunya, sangat tidak sopan, awas saja kalau berjumpa kembali. Rian yang mengingat niatnya ke parkiran untuk mengambil paper bag pun langsung tersadar dan segera membawanya kembali kedalam ruangan sahabatnya Hafidz. Sahabat gila nya itu, sangat keterlaluan, besok ia akan menikah, tapi masih saja tetap mengajar. Padahal seharusnya sebagai calon pengantin hafidz sudah berleha-leha di rumahnya. Yah. Rian datang ke kampus ini karena suruhan dari Hafidz, hingga ia kebetulan bertemu dengan kurcaci Nabila di kantin dekat lapangan futsal, lalu bertemu kembali di parkiran yang berakhir ia ditimpuk sepatu oleh gadis pendek tersebut. "Lama sekali kamu, Rian!" Rian yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas lelah. "Sumpah, Fidz, seharusnya kamu itu diam dirumah, besok kan mau nikah, emang udah hafal ijab Qabul nya?" "Sudahlah, mana barang yang aku minta tadi?" Rian langsung menyerahkan paper bag yang ia bawa tadi ke Hafidz. Hafidz yang menerima itu hanya mengucapkan terima kasih membuat Rian lagi-lagi harus menahan ekstra kesabaran nya. " Tadi aku ketemu kurcaci cantik, tapi nyebelin, ganas juga, sangar seperti macan." Hafidz diam menyimak, meski ia tidak tau siapa itu kurcaci cantik. Setaunya kurcaci tidak ada yang cantik atau hanya istilah Rian saja, entahlah! Sahabatnya ini memang aneh dan langka, pantas untuk di jadikan monumen manusia purba. " Sampai kena lemparan sepatu bibir seksi ini, tapi Fidz, calon istri kamu itu kira-kira tingginya berapa?" Hafidz mengernyit heran, ada apa dengan sahabag gila nya ini, mengapa bertanya seperti itu. "Kenapa?" "Ck, jawab dulu." Hafidz berfikir sejenak, ia juga tidak terlalu ingat seberapa tinggi Niswah, yang ia ingat Niswah hanya sebatas telinganya. "160 mungkin, kurang tau. Emang kenapa sih?" "Nah kan, emang si kurcaci aja yang kependekan," Hafidz semakin heran, sebenarnya siapa yang sedang dibicarakan oleh Rian, kurcaci? Siapa kurcaci ini? Lalu apa sangkut pautnya terhadap calon istrinya Niswah. "Emang kurcaci ini siapa? Dari tadi kurcaci mulu." Rian diam sebentar lalu tiba-tiba teriak. "NABILA LAH, SIAPA LAGI." Hafidz langsung terkejut, bahkan ia hampir terjungkal kebelakang, Rian sepertinya perlu untuk di ruqyah, ingatkan ia untuk memanggil ahli ruqyah nanti, mempunyai sahabat seperti Rian malah membuat peluangnya mati muda bertambah besar, salahnya juga dulu memungut Rian dari toko penampungan hewan. Eh, bukan Rian yang berada di sana, melainkan mereka bertemu ketika Hafidz mengantarkan keponakan Lukman untuk ke toko hewan, yang kebetulan Lukman dan Hafidz sudah saling kenal terlebih dahulu sebelum dengan Rian. "Fidz, ada satu hal yang harus kamu tau. Nanti malam pertama, live yah, biar tau tutorialnya. " Rian langsung meninggalkan Hafidz sambil tertawa ngakak, sedangkan Hafidz sendiri hanya bisa menenangkan jantungan ya yang terasa sakit begitu sadar, bahwa Rian adalah sahabatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD