05

1260 Words
Saskia menatap Bu Laras dengan pandangan hancur, Clara, satu-satunya kakak yang paling ia sayangi kini mengikuti jejak kakak-kakaknya yang lain. Kabur dari panti yang punya jasa besar dalam hidupnya dan membawa kabur uang simpanan Bu Laras. "Jadi gimana, Bu?" tanya Saskia dengan pandangan sedih. "Kak Clara masih belum balik juga? Bu Laras tersenyum getir, kepalanya menggeleng lemah, air matanya hampir menetes. "Ibu nggak tau apa yang dipikirkan Clara, padahal selama ini dia yang paling mengerti perasaan Ibu," ucap Bu Laras sambil mengusap air matanya di ujung mata. Saskia mendekat, mengusap pelan bahu Bu Laras. "Kia juga nggak nyangka, Bu." Kia mulai menangis. "Kia paling sayang sama kak Clara, tapi kenapa kak Clara jadi seperti itu." Hati Saskia hancur lebur. Clara sudah kabur berbulan-bulan yang lalu, membawa uang simpanan Bu Laras. Bahkan Clara juga membawa uang sedekah yang baru saja diberikan Walikota. Anak-anak panti makan dengan terlantar. Setiap pagi yang biasanya makan dengan roti selai, chocho crunch, puding serta s**u. Kini mereka hanya makan roti selai dan s**u. Lauk makan mereka tidak pernah lagi ikan, apalagi ayam semenjak Clara kabur. Mereka hanya makan sayur dan nasi saja, terkadang jika mereka dapat sumbangan mereka makan tempe dan tahu saja. Panti Asuhan tempat mereka tinggal memang terkenal dengan makanan yang lezat, tidak seperti makanan Panti yang lain. Baju mereka juga bagus-bagus, karena banyaknya para orang kaya yang menyumbang ke panti mereka. Bu Laras yang tidak pernah letih mempromosikan prestasi yang anak-anak dapat, membuat banyak orang memberi perhatian ke Panti mereka. Tanpa diketahui orang lain, selalu saja hal mengerikan itu terjadi. Anak panti yang dirawat dengan baik hingga dewasa pasti selalu mempunyai sifat buruk. Mereka akan kabur membawa uang sumbangan dan uang simpanan Bu Laras, bahkan hingga brankas tempat Bu Laras menyimpan uang dari kerja kerasnya bekerja part time juga di ambil, brankasnya di congkel dengan kejinya, seperti pencuri handal pada umumnya. Mereka percaya ada satu kelompok yang mendoktrin anak-anak panti yang telah tumbuh dewasa agar melakukan hal keji seperti itu. Terkadang mereka yang kabur akan mengirimi anak panti buket permintaan maaf atau kado berisi boneka, dan kartu yang berisi ucapan yang menyatakan betapa menyesalnya mereka telah berbuat seperti itu. Itulah yang paling membuat anak Panti geram dengan tingkah kakak-kakak mereka yang telah kabur ini, jika mereka menyesal, seharusnya mereka datang meminta maaf kepada Bu Laras dan mengembalikan apa yang sudah mereka ambil. Tidak hanya mengirimi mereka barang-barang tak berguna seperti itu. "Bu Laras ada paket." Theo, anak berkulit putih dengan bibir merah yang berumur delapan tahun itu berlari ke arah Bu Laras dan Saskia. Menyerahkan paket yang ditangannya dengan senyum pepsodent. Menggemaskan. Bu Laras tersenyum lembut, mencubit pipi Theo dengan gemas. "Makasih ya sayang," katanya lembut. Theo mengangguk lucu. "Nanti Theo minta coklatnya ya, Bu." Bu Laras mengangguk, matanya menatap Theo dengan teduh. Setelah Theo berlari pergi, Bu Laras langsung membuka paket yang dikirim atas nama yang tidak dikenalnya. Paket itu berisi satu tembakan mainan dan kartu kecil. *Bu, ini Clara. Maaf uda nyusahin ibu dengan kabur begitu, tapi Clara punya hal mendesak yang nggak bisa Clara ceritakan. Nanti kalau Clara uda selesai, Clara akan ganti semua uang ibu yang Clara ambil. Salam dari Clara untuk anak panti yang lain ya, Bu*. Saskia langsung berdiri. "Meskipun ada hal yang mendesak tapi tidak seharusnya kak Clara berbuat seperti itu, Bu." Diambilnya kartu itu dan langsung diremasnya. "Mencuri itu perbuatan dosa, kenapa kak Clara tidak mengerti sih!" Saskia berlutut di hadapan Bu laras. "Tenang ya Bu, Kia pasti bantu Ibu cari uang kok, tapi karena sekarang Kia lagi kuliah jadi nggak bisa terlalu maksimal," ucapnya sambil menunduk, mencium punggung tangan Bu Laras. "Tidak usah nak, Ibu masih sanggup kok." Bu Laras menggelengkan kepala. Tangannya terulur mengusap rambut Saskia dengan lembut. Saskia menggeleng tegas. "Yang terpenting dalam hidup Kia adalah kesehatan Ibu, Kia nggak mau ibu sampai sakit karena terlalu kecapekan." Bu Laras terharu. "Kia pergi dulu ya, Bu. Kia masih ada tugas yang lain." Ia berdiri, mencium punggung tangan Bu Laras sekali lagi lalu melangkah keluar. Setelah Saskia keluar, wajah Bu Laras yang awalnya teduh dan anggun perlahan berubah. Menjadi senyum sinis dan licik. "Permainan selanjutnya akan segera dimulai." Bisiknya sembari tersenyum sinis. *** Ruangan itu dipenuhi asap rokok dan bau alkohol yang menyengat, suara musik berdentum memenuhi ruangan, memekakkan telinga yang mendengar. Wanita-wanita seksi yang memakai rok pendek bahkan ada yang hanya berbikini hilir mudik, sibuk menggoda para hidung belang yang haus akan belaian. Seorang pria tua menghisap rokonya dalam-dalam, tangannya terentang memeluk wanita-wanita seksi yang bergelayut manja di samping kanan kirinya. "Jadi kau memilih untuk menjual Clara?" tanyanya pada wanita yang duduk tak jauh darinya, wanita tua yang berpakaian seksi meskipun sudah tak mulus lagi. Laras mengangguk. "Dia memberiku uang yang banyak, lebih banyak dari yang ku dapatkan di tempatmu itu," jawabnya sambil menghembuskan asap rokoknya. Pria tua itu tertawa singkat. "Bagaimana kau mau dapat uang yang banyak, peliharaanmu saja badannya tak terurus, penuh dengan bekas luka, hitam-hitam." "Jika kau memilih untuk menjual Clara padaku, aku yakin kau akan dapat yang lebih banyak. Badannya berisi di bagian tertentu, wajahnya tak diragukan lagi, kulitnya mulus bagaikan s**u. Pria tua kaya akan rela menghabiskan seluruh uangnya untuk mendapatkan Clara." Sambungnya lagi. "Untuk masalah Clara aku punya tujuan tersendiri," kata Laras sambil berjalan mendekari pria tua itu. "Selanjutnya aku akan menjual Kia padamu, kau tau Kia kan?" Pria tua itu berpikir sejenak. "Yang wajah dan badannya seperti anak kecil itu ya?" Laras mengangguk. "Jangan lupa lakukan seperti yang selalu ku bilang padamu, culik dia diam-diam. Jangan sampai mereka sedikit pun berpikiran bahwa aku yang menjual mereka." "Kau tenang saja, aku tau bisnis Pantimu itu akan hancur jika kau ketahuan. Kau lupa bahwa kita simbiosis mutualisme? tugasmu itu hanya satu, Laras. Urus anak-anak Panti itu dengan baik, buat kulit mereka mulus-mulus dan beri mereka nutrisi yang baik, jika kau melakukan itu maka terpenuhi sudah kantong kita. Ha ... ha ... ha ...." Pria tua itu tertawa keji, Laras juga ikut tertawa. Ya, inilah bisnis terbesar dan terhebat pasangan suami istri yang telah bercerai itu. Sang istri, Laras Fatmadika. Memilih jalan untuk mengurus Panti Asuhan, tempat anak-anak yang tidak mempunyai orang tua tinggal dan bermain. Mengurus mereka dengan penuh kasih sayang yang palsu, memberi mereka kehangatan dengan maksud tertentu, membesarkan mereka dengan tujuan menggebu-gebu, untuk mendapatkan uang yang banyak, lebih banyak dan bahkan lebih banyak lagi. Jangan kira Laras hanya menjual Anak Panti yang berjenis kelamin wanita, yang lelaki juga dijual, tapi harus melalui proses yang panjang. Lelaki yang baru menginjak masa remaja akan dijual di tempat penjualan b***k, mereka akan disana untuk berbulan-bulan atau bertahun- tahun agar dilatih untuk menjadi manusia hidup. Manusia yang hidup dan bernafas akan tetapi dengan pandangan kosong dan trauma yang mendalam, mereka diberi obat tertentu agar bisa menjadi boneka para wanita kaya penyuka b**m. Jika yang wanita, penjualannya akan berbeda-beda. Ada yang dijual menjadi b***k dengan proses yang sama seperti penjualan para lelaki, ada juga yang dijual di perlelangan. Hanya Clara yang dijual tanpa melalui p********n dan perlelangan. Itu karena Laras sudah terlalu membutuhkan uang dalam waktu dekat. Dan dengan maksud tertentu pastinya. Jika Clara kabur dan kembali lagi ke Panti, pergi meninggalkan Lucas. Lucas yang tidak terima Clara kembali ke Panti, pasti akan menjemput Clara dari Panti, dan saat itulah Laras bisa melaporkan Lucas kepada polisi sebagai kasus penculikan. Penculik yang menculik Clara selama berbulan-bulan, Clara juga pasti akan membelanya. Laras bisa mengancam Lucas jika harus membungkam mulutnya agar tidak melaporkannya ke kantor polisi, tentunya dengan memberi Laras uang. Jadi, dari dua sisi ia akan mendapatkan uang. Saat menjual Clara dan saat Clara kabur. Sang Suami, Derian Hamdani. Membuka bisnis gelap, tempat khusus untuk melatih para manusia menjadi b***k, tempat perlelangan para manusia. Tidak ada yang pernah tau bahwa Klub sukses yang dirintisnya punya ruangan khusus di lantai dasar. Ruangan di dunia gelap. "Atur waktu untuk menculik Kia, aku sudah siap mengatur kebohongannya." Bersambung... Hola hola jika suka dengan cerita ini jangan lupa share ke yang lain dan Tap ❤ ya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD