Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Wajahnya yang menampakkan kekecewaan saat Arga, justru mengajaknya pulang. Ia semakin merasakan aneh di tubuhnya terutama punggung yang semakin berkeringat dan sesekali mengeluarkan suara yang mendayu-dayu. “Gimana sih, Mas? Katanya kau tadi yang mau kita di sini. Masa, kita baru sampai minta pulang.” Rauna mendekati Arga yang masih berdiri mematung. “S-sayang … k-kau mau ngapain dekat-dekat.” Arga mengangkat kedua tangannya. Sebagai lelaki, apalagi memiliki naluri dan kesehatan batin yang harus dijaga saat berada di ujung tanduk. Ia yang berniat sama seperti istrinya sekarang justru berkebalikan Rauna yang haus akan kasih sayang suaminya kembali. Bukannya Arga hendak menolak, akan tetapi ia jujur saat memberikan kasih sayang pasti membutuhkan waktu