Kepanikan Hamil

1493 Words

Tangan Rauna begitu gemetar saat mendekat ke arah cadar yang dipakai oleh pemuda itu. Begitu pun dengan pemuda itu yang semakin menunduk malu sebab sebentar lagi wajahnya akan terpampang nyata di hadapannya. Pemuda itu pun segera menghentikan tangan Rauna saat sudah menyentuh wajahnya. “Ki-kita makan dulu yuk. A-aku lapar. Kau mau bakso tidak?” Rasanya belum siap identitasnya akan terbongkar. Tama sudah tidak bisa memiliki alasan yang kuat untuk menolak permintaan gadis yang pernah ia tolong. Rauna mengangguk, ia pun memegang perut datarnya yang tiba-tiba keroncongan meminta dibungkam cacingnya. “Aku lapar.” “Yuk, itu ada bakso kita makan bakso ya.” Gadis itu pun mengangguk. Tama pun tak risi untuk menggandeng tangan gadis itu dalam genggamannya. Mereka pun memesan bakso sesuai denga

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD