Dery segera beranjak dari duduknya. Kening yang mengkerut dengan matanya yang menatap tajam ke arah sumber suara itu, tangannya tak segan untuk melayangkan tonjokkan ke wajah Arga. “Sialan, kau! Berani-beraninya memukul saya! Harusnya saya yang memukul Anda karena sudah menggoda istri orang!” Arga menegaskan ucapannya terlebih saat berkata ‘istri orang’ yang membuat area tempat makan itu semakin ramai dan menjadi pusat perhatian. “Istri orang? Hei, Arga! Mimpi dosen cupu seperti kau bisa mendapatkan gadis secantik dan seseksi Rauna!” berang Dery. Rauna yang melihat suasana semakin keruh dan ramai pun berusaha untuk memisahkan mereka berdua. Namun, ia bertambah kewalahan saat Dery mengibasnya. “Hei, kau tahu Rauna itu is—” “Stop, Pak Arga! Jangan buat keributan di sini,” potong Rauna y