Mobil Jason baru saja berhenti di depan rumah Hellen. Jason mengantar Hellen pulang setelah mengajak gadis itu pergi berkencan seharian ini. Pria itu kini menoleh ke arah Hellen yang duduk di sebelahnya dan melihat gadis itu bersiap turun dan hendak membuka pintu mobilnya. Sebelum gadis itu benar-benar membuka pintu mobil, Jason segera menahan tangan Hellen dan membuat gadis itu menoleh.
Hellen melempar wajah penuh tanya kepadanya, membuat Jason tersenyum simpul. Detik selanjutnya Jason memajukan wajahnya untuk mencuri kecupan pada bibir manis milik Hellen, membuat gadis itu terpaku di tempat setelahnya.
“Terima kasih untuk hari ini, Hellen,” ucap Jason dengan senyuman manisnya pada gadis itu. Hellen sendiri hanya melempar senyum kecil untuk menjawabnya. Sebelum kemudian benar-benar membuka pintu mobil dan turun dari mobil Jason. Tanpa menunggu lagi Hellen melangkah lebih dulu pergi dan masuk ke dalam rumahnya.
Sementara Jason yang masih tersenyum senang di tempat karena kencan mereka hari ini tetap memerhatikan kepergian Hellen. Mungkin tidak ada progres lanjutan dalam hubungan di antara mereka, tapi Jason sangat yakin bahwa sebentar lagi dirinya akan bisa mendapatkan Hellen kembali. Jason masih sangat menyayangi Hellen.
Putusnya hubungan di antara mereka berdua di masa lalu adalah kesalahan dirinya yang terlalu dibutakan oleh kecemburuan hingga membuatnya mengatakan kata sialan itu pada Hellen. Meski begitu Jason sebenarnya masih tidak bisa merelakan gadis itu pergi.
Karena itu, saat ini Jason akan semakin gencar mendekati Hellen agar hubungan di antara mereka berdua bisa kembali menyatu seperti sebelumnya. Itu adalah rencana Jason saat ini. Hellen nampak tidak menoleh sedikit pun ke arahnya lagi hingga gadis itu memasuki rumahnya dengan aman. Barulah Jason menyalakan mobilnya kembali dan pergi dari tempat itu.
Di balik pintu rumah yang telah ditutup, Hellen menghela napas lega. Sejujurnya beberapa waktu ini dirinya hanya mencoba untuk menata hati kembali. Atas desakan kedua orang tua dan tentunya Jason sendiri, Hellen akhirnya dengan pasrah mengikuti keinginan mereka semua untuk membuka diri lagi pada dunia.
Mereka semua ingin Hellen kembali melangkah ke depan dan tidak terpaku pada masa lalu mengerikannya dulu. Mereka ingin Hellen kembali ceria seperti dulu lagi, dan Hellen yang tidak ingin membuat mereka yang menyayanginya merasa khawatir dan cemas kepadanya akhirnya memilih menurut untuk menerima tiap ajakan Jason yang cukup sering mengajaknya keluar akhir-akhir ini.
Meski begitu, tetap saja ada waktu di mana Hellen akan merasa jenuh dan tidak memberikan banyak respon terhadap apa yang dilakukan Jason kepadanya. Seperti beberapa saat lalu ketika Jason tiba-tiba mencuri ciuman darinya.
Dulu ketika dirinya masih menjalin hubungan dengan Jason, Hellen memang memiliki rasa kepadanya. Siapa yang tidk tertarik dengan seorang pria tampan yang kaya dan populer seperti Jason? Bagaimanapun juga Hellen sama seperti gadis-gadis remaja lainnya yang menyukai hal seperti itu.
Hellen ingin merasakan kehidupan cinta di sekolah. Dirinya merasa begitu senang ketika tiba-tiba Jason menyatakan suka dan mengajaknya kencan. Gadis itu memerhatikan ke sekitar rumahnya yang nampak begitu sepi. Mungkin kedua orang tuanya juga tengah pergi ke tempat lain sore itu.
Hellen melanjutkan langkah menaiki tangga menuju ke arah kamarnya. Masuk ke dalam dan tidak lupa menutupnya lagi. Gadis itu melempar tas selempangnya asal ke atas kursi, lalu meletakkan ponselnya di atas meja belajar. Hellen berdiam diri di sana.
Pandangan matanya tanpa sengaja menangkap gambar foto dirinya bersama dengan Danny di waktu kecil yang sengaja dipasangnya dalam sebuah pigura. Foto itu menunjukkan Hellen yang tengah merangkul bahu Danny dengan santai. Dirinya tersenyum lebar di samping Danny yang baru saja menangis.
Pria itu masih menunjukkan wajah sembab dengan mata yang berair menatap ke arah kamera. Hellen masih mengingat saat itu dirinya membuat Danny menangis dan mereka berbaikan. Daddynya memotret mereka berdua sebagai tanda mereka telah berbaikan.
Danny yang memang sejak awal memiliki sifat pemalu dan pendiam dari pada dirinya hanya bisa menerima permintaan maaf Hellen dan terpaksa menoleh ke arah kamera, meski sebenarnya Hellen tahu bahwa Danny masih tidak ingin memaafkannya saat itu. Mengingat hal itu membuat Hellen kembali sendu. Hellen selama ini selalu senang mengusili Danny, terlebih ketika Danny selalu dengan sabar menerima tiap perlakuan Hellen kepadanya.
Selama ini Hellen selalu berpikir bahwa Danny pria yang lemah yang perlu dilindunginya. Danny selalu menerima dan menjadi anak yang baik tanpa ingin membuat suatu keributan yang tidak berarti. Sehingga membuat Jason dan yang lainnya sering sekali mengganggu Danny dan mempermainkannya.
Hellen tidak pernah menyangka bahwa pria yang selama ini dianggapnya lemah, telah berani mempertaruhkan nyawa untuknya di malam kejadian itu itu merupakan hal baru yang pernah ditunjukkan Danny kepadanya. Sekarang tidak ada Danny lagi di sisinya, dan tanpa diduga hal itu membuat hidup Hellen merasakan kekosongan besar.
Duk! Suara benturan kecil yang berasal dari kaca jendela. Hellen tidak memperdulikan suara itu. Dirinya masih sibuk mengenang masa kecilnya bersama dengan Danny.
Duk! Suara benturan kedua yang akhirnya berhasil mengusik perhatian Hellen. Gadis itu menoleh dengan malas ke arah jendela kamarnya yang masih tertutup tirai. Hellen bertanya-tanya dalam hati suara apa yang barusan terdengar. Hellen hanya menatap jendelanya saja karena terlalu malas untuk melihat.
Di balik kaca jendela itu hanya ada pemandangan jendela kamar Danny yang tertutup rapat tanpa ada pemiliknya. Hellen tidak ingin semakin bersedih jika dia harus mengingat bagaimana dirinya selalu melihat sosok Danny yang biasanya muncul dari jendela tersebut.
Duk! Duk! Oke, benturan ketiga kali semakin membuat Hellen mengerutkan kedua alisnya menatap jendela itu. Itu jelas bukan benturan biasa, pikir Hellen. Mungkin ada seseorang yang bermain di sekitar lorong rumah mereka dan dengan sengaja melempar batu ke arah jendelanya.
Hellen menjadi kesal karena dirinya harus menyibak tirai jendela untuk memeriksa dan itu membuat dirinya harus melihat jendela kamar Danny yang tepat berada di depan mata. Hellen melangkah menuju jendela sembari menghentakkan kakinya menunjukkan kekesalannya saat ini.
Sreek! Gadis itu menyibak tirai jendela dengan kasar dan langsung menoleh ke arah bawah. Namun sayangnya dirinya tidak bisa melihat sampai ke dasar. Hellen mendengus kasar. Gadis itu memutar bola matanya dengan malas dan seakan telah terbiasa dirinya menoleh ke arah depan, di mana kaca jendela milik kamar Danny terbuka.
Mata bulat Hellen langsung terpaku di tempat ketika dirinya menangkap sosok yang mirip seperti Danny telah berdiri di belakang jendela yang terbuka itu, menatapnya juga. Bibir Hellen perlahan terbuka kecil. Secara alami dirinya mulai membuka jendela kaca dan menggesernya ke samping. Hellen ingin melihat lebih jelas apa yang tengah ada di hadapannya saat ini.
Setelah kaca jendela hilang dari pandangannya, Hellen kini bisa melihat lebih jelas pemandangan di seberang sana. Sosok itu semakin terlihat jelas masih berdiri di sana, dan tersenyum kecil ke arahnya. Hellen semakin merasa tidak percaya dengan kedua matanya. Gadis itu menarik napas dalam lalu menghembuskannya dengan pelan.
Hellen mencoba menenangkan diri lebih dulu. Sepertinya dirinya terlalu merindukan Danny saat ini sehingga membuat Hellen seperti melihat bayangan Danny yang terasa begitu nyata di seberang jendela kamarnya.
“Danny,” gumam Hellen dengan lirih. Bayangan itu semakin tersenyum lebar melihatnya. Sosok itu melambaikan tangan kepada Hellen, lalu menunjuk dirinya sendiri dan bergantian ke arah Hellen. Dia melakukan gerakan tangan mendorong udara seolah tengah menyuruh Hellen mundur. Sayangnya bukannya mundur, Hellen justru masih berdiri diam di tempat memandang sosok Danny dengan raut wajah tidak yakin.
Dari bola matanya, Hellen bisa melihat sosok itu bergerak menaiki pinggir jendela dan bertengger di sana. Danny terlihat menatap dengan serius jendela kamar Hellen, lalu detik selanjutnya pria itu sudah melompat dengan mantap ke udara, lalu mendarat dengan mantap tepat di jendela kamar Hellen.
Posisi Hellen yang masih berdiri dekat di pinggir jendela membuat wajahnya hampir bersentuhan dengan wajah Danny yang kini tepat berada di hadapannya. Hellen membeku seketika. Kedua mata bulatnya semakin membola saking terkejutnya dengan kehadiran pria itu. Untuk sesaat mereka hanya saling berpandangan tanpa kata.
“Aku sudah memintamu untuk mundur, kenapa kau tetap diam di situ, hm?” Suara lembut Danny seakan menjadi lonceng untuk Hellen menyadarkan diri dari keterkejutannya akan kehadiran Danny. Hellen mengerjapkan kedua matanya sekali, dan memastikan kembali bahwa pria itu memang benar adalah Danny.
“Danny?” panggil Hellen sekali lagi dengan lirih. Kedua mata Hellen sudah mulai berkaca-kaca menatap ke arahnya.
“Hm?” jawab pria itu. Hellen bisa melihat Danny semakin tersenyum lebar ke arahnya.
“Danny!” panggil Hellen untuk ke sekian kali. Kali ini tanpa kata gadis itu menarik leher belakang Danny dan memeluk tubuhnya dengan erat. Tarikan dari kedua tangan Hellen seketika membuat Danny terkejut dan keseimbangan pijakan kaki Danny menjadi goyah, hingga membuat pria itu akhirnya terdorong ke depan dan jatuh ke lantai menimpa tubuh Hellen.
“Ough, Hellen apa kau tidak apa-apa? Kenapa kau tiba-tiba menarikku seperti itu?” keluh Danny seketika. Pria itu berusaha secepat mungkin mengarahkan kedua tangan lebih dulu ke lantai untuk menopang tubuh berkembangnya agar tidak semakin menindih tubuh kurus Hellen. “Kau jadi tertindih olehku sekarang. Apa kau ada yang sakit?” gerutu Danny sembari menarik diri dari atas tubuh Hellen.
Namun gerakan Danny tertahan oleh pelukan Hellen yang masih mengerat di sekitar lehernya. Bahkan kini semakin mengenacang sehingga membuat Danny tidak bisa menarik diri dari atas tubuh Hellen. Danny tertegun dibuatnya.
“Hellen?” panggil Danny dengan wajah bingung. Pria itu tidak bisa melihat wajah Hellen saat ini karena gadis itu menyembunyikan wajahnya di cekungan leher Danny, seolah menolak untuk bertatap muka dengan pria itu.
“Hellen, apa ada yang sakit?” tanya Danny lagi dengan lebih lembut. Danny mengkhawatirkan Hellen yang tetap memilih diam. Gadis itu hanya bergerak mengencangkan kaitan tangannya pada belakang leher Danny kembali. Lalu Danny bisa mendengar suara isakan Hellen yang terdengar samar, barulah Danny mengerti.
Pria itu memilih menyerah dan membiarkan Hellen memeluk tubuhnya sepuas mungkin. Bahkan kini Danny juga ikut melingkarkan kedua tangannya pada sekitar tubuh Hellen dan mengusap kepala gadis itu dengan lembut untuk menenangkannya. Untuk beberapa saat mereka berdua hanya tetap seperti itu.