Tingkah Janisa

1456 Words
Janisa yang memang tidak memiliki minat belajar dan membaca buku, ia sering kali bermalas-malasan di rumahnya dan hanya menonton tayangan ulang konser atau drama Korea yang ia sukai. Janisa akan keluar rumah saat bertemu dengan para bestie pencinta idolanya. Janisa sangat menyukai PTS dan ia juga menjadi ketua di grup yang dia bentuk sebagai penyayang PTS. Kemarin malam Janisa harus mendengarkan kemarahan Jagadta Hutama Kamandaka kakak sulungnya karena Janisa pulang pukul dua belas malam. Janisa memang bermain di rumah Virgi salah satu temannya yang memiliki rumah khusus untuk perkumpulan penggemar PTS berkumpul. Mereka biasanya bergoyang bersama sambil menonton konser-konser lama dan membahas keseharian para idolanya. Janisa ingat bagaimana Jagadta mengomelinya ditambah lagi sang Tante yang tak habis pikir dengan kegilaannya yang memang sangat sulit untuk dikendalikan. Ya Alin Hutama Kamandaka Tantenya selalu mengingatkannya agar pulang lebih cepat namun tetap saja Janisa lupa dan pada akhirnya ia akan terkena masalah seperti saat ini. "Jadi kalau Mas nggak pulang begini kerjaan kamu Janis?" Tanya Jagadta yang sengaja menunggu di ruang tamu mereka. Kakak sulungnya ini menjadi sangat overprotektif kepadanya, karena saat ini hanya Janisa yang menjadi saudarinya, apalagi anak kedua keluarga ini Jantaka telah meninggal dunia akibat kecelakaan yang ia alami, Jantaka meninggalkan seorang putri cantik bernama Nayla. "Keasyikan ngombrol sama teman Mas, makanya lupa waktu. Maaf ya Mas!" Pinta Janisa dan ia melirik Alin agar segera menyelamatkan dari situasi berbahaya ini. "Kamu ingat ya Janisa, kali ini kamu harus lulus kuliah dan tidak akan ada lagi yang namanya pindah Universitas karena kamu bosan," ucap Jagadta. Janisa menyebikkan buburnya "Sebenarnya aku memang nggak berbakat Mas buat belajar apalagi kuliah. Aku pengen bisnis Mas jadi agen travel khusus ke Korea Selatan dan punya toko besar yang menjual pernah pernik idola Kpop," ucap Janisa. Jagadta menepuk jidat Janisa karena kesal dan ia menatap istrinya Rayya dengan tatapan prihatin sama halnya dengan Alin yang ingin sekali memukul kepala Janisa karena kesal dengan sikap kekanak-kanakan Janisa. "Jadi itu kemauanmu?" Tanya Jagadta sinis. "Sebenarnya sih nggak juga Mas, kalau Mas mau aku melanjutkan kuliah, Mas tinggal mengizinkanku melanjutkan kuliah ke Korea, pasti aku akan menyelesaikan studyku dengan cepat Mas. Sekalian aku juga akan membawa pulang Oppa calon suamiku, Mas pasti senang deh kalau dapat adik ipar Oppa tampan yang kulitnya seputih s**u, senyumannya bak air yang mengalir dengan mata sipitnya yang terlihat mengantuk tapi secerah langit biru," jelas Janisa membuat Alin dan Rayya tertawa, namun tidak dengan Jagadta yang menatap sang adik dengan tatapan dingin. "Apa lagi masalah yang akan kamu perbuat Janis, kamu tidak mungkin seperti ini terus menerus. Paling tidak kamu harus bekerja di perusahaan Papi bantu Mas tapi yang kamu lakukan malah bermalas-malasan seperti ini. Kalau begini lebih baik kamu segera menikah saja, Mas akan bilang sama Papi dan Mami agar kamu segera dinikahkan dengan laki-laki pilihan mereka dari pada kamu menikah dengan lelaki yang tidak jelas," ucap Jagadta. "Nggak mau kalau nggak kulitnya seputih s**u dan setampan Oppa Korea, aku nggak mau Mas. Masa Janisa yang cantik ini harus hidup dengan laki-lak yang membosankan apalagi kalau sikapnya kayak Mas. Ogah banget..." ucap Janisa. "Kalau kamu tidak menyelesaikan kuliahmu dalam waktu dekat, Mas akan membuat kamu menderita!" ancam Jagadta. Janisa menyebikkan bibirnya, bagaimana ia harus menyelesaikan kuliahnya tahun ini karena sederet acara para Oppanya sudah tersusun dijadwalkan tahun ini, baik itu konser dan juga beberapa acara jumpa fans yang harus ia hadiri. "Tahun depan saja ya Mas, Janis pasti wisuda!" ucap Janisa. "Nggak, pokoknya tahun ini kamu harus segera Wisuda!" Ucap Jagadta. "Mana bisa Mas, Janis masih ada mata kuliah yang belum Janis perbaiki nilainya," ucap Janisa. "Mas, nggak mau tahu dan awas saja kamu berani datang ke konser apalagi pergi ke Korea lagi, Mas juga akan bilang sama Senopati atau Kaisar kalau mereka juga harus mengawasi Najwa. Kalian berdua itu sama gilanya, bikin sakit kepala," ucap Jagadta yang telah sangat bosan menasehati adiknya ini. Janisa menyebikkan bibirnya dan ia mendekati Jagadta mencium punggung tangan Jagadta, Rayya dan Alin. "Janis ngantuk besok Janis ada mata kuliah Dosen killer jadi butuh tenaga ekstra sabar buat ngadepi dia, Janis ke kamar ya!" Ucap Janisa segera melangkahkan kakinya meninggalkan Jagadta, Rayya dan juga Alin yang saling memandang dan akhirnya mereka menghela napasnya karena takjub dengan tingkah ajaib seorang Janisa. Janisa masuk kedalam kamarnya dan ia menatap poster para Oppa kesayangannya, ia tersenyum lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Tanpa cuci muka, cuci Kaki dan tanpa mengganti bajunya, seolah kebiasaan ini selalu saja ia lakukan ketika ia baru saja pulang. Ia yakin besok apa yang akan dilakukan Kakak sulungnya yang pastinya akan segera memberinya hukuman karena pulang ia larut malam. Janisa membuka mulutnya karena ia sangat mengantuk dan perlahan ia tertidur lelap bersama mimpi indah yang ia harapkan. Mimpi bertemu para Oppa dan menari bersama, begitulah yang ada diotak cantik Janisa yang terlalu menyukai hal-hal yang berkaitan dengan Korea termasuk para Oppa. *** Pagi menjelang Janisa yang masih terlelap pada hal hari ini ia harus masuk kuliah pagi dosen killernya. Terdengar suara seseorang membuka pintu dan ia menghela napasnya karena putri Bungsungnya ini masih terlelap, perempuan parubaya yang masih terlihat cantik itu membuka gorden agar cahaya matahari masuk kedalam kamar ini. Perempuan parubaya jika salah Rita dan ia adalah ibu kandung Janisa dan juga Jagadta. "Janis bangun nak," ucap Rita dan ia melangkahkan kakinya mendekati Janisa lalu duduk diranjang tepat disamping Janisa yang saat ini sedang terbaring. "Kamu nggak kuliah? Ini udah jam tujuh loh nak," jelas Rita sambil mengelus kepala Janisa dengan lembut. Janisa membuka matanya perlahan dan ia tersenyum melihat Rita Maminya yang sangat ia sayangi sedang menatapnya "Bangun nak!" Pinta Rita. "Gendong!" Ucap Janisa. Rita terkekeh dan ia memukul lengan Janisa "Kalau udah segede ini mana sanggup Mami gendong kamu, kalau mau minta gendong ya minta gendong nanti sama suami kamu," ucap Rita. "Suami Janis Jauh Mi...mereka sibuk berkarier di Korea," ucap Janisa. Rita menghembuskan napasnya "Mami nggak mau ya kamu nikah sama orang jauh, Mami nggak mau jauh dari kamu. Cari orang Indonesia Janis!" Pinta Rita. "Susah Mi, nggak ada yang bikin Janis deg-degan, kalau setampan Oppa kesayangan Janis pasti bikin deg-degan," ucap Janis dan menujuk salah satu poster Oppanya yang tertempel di dinding. "Udah ayo mandi, nanti kamu terlambat kuliah!" Ucap Rita membuat Jansia melototkan matanya. "Astaga, Janis ada kuliah Pagi Mi. Mana dosennya galak banget kayak mau ngebunuh Janis dengan tatapannya," ucap Janisa menggambarkan sosok Rayhan yang menatapnya dengan tajam. "Lebay banget kamu ini," ucap Rita. Janis segera bangun dan ia melangkahkan kakinya dengan cepat masuk kekamar mandi membuat Rita menghela napasnya. Putri bungsunya ini sangat manja dan selalu saja membuat ulah hingga ia dan suaminya pusing dengan tingkahnya. Rita melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi menuju lantai dasar, dimana ruang makan berada dan ia akan menyiapkan sarapan untuk keluarganya bersama para maid. Janisa mandi dengan cepat dan setelah itu ia bergegas memakai baju kemeja, jeans lalu mengaplikasikan makeup tipis diwajah cantiknya. Janisa menatap wajahnya di cermin dan ia tersenyum senang karena ia mewarisi gen Maminya yang memang sangat cantik dan menawan. Apalagi ia tidak perlu diet seperti para perempuan pada umumnya karena tubuhnya yang langsing. "Kali ini aku nggak akan terlambat dan kau tidak perlu menghujatku dosen galak," ucap Janisa mengangkat sudut bibirnya. Setiap ia bertemu dengan Rayhan ia selalu saja emosi dan ingin sekali membuat Rayhan kesal padanya meskipun tanpa ia membuat Rayhan kesal, ia memang telah memicu api permusuhan. Janisa mengambil tasnya dan ia segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar menuju lantai dasar. Ia mempercepat langkahnya dan mencari keberadaan keluarganya yang lain, Janisa tersenyum melihat para keluarganya sedang sarapan bersama dan ia mencium punggung tangan Kakeknya, Papinya, Jagadta dan Maminya. "Janis pergi nggak sarapan nanti terlambat soalnya masuk pagi dan dosennya galak," ucap Janis. "Minum susunya dulu!" Ucap Rita yang segera memberikan segelas s**u kepada Janisa. Janisa segera meminum susunya dan ia megedarkan pandangannya mencari keberadaan Tante dan Kakak iparnya. "Mi mana Mbak Rayya dan Alin?" Tanya Janisa. "Rayya lagi mandiin Nayla, Tante kamu males bangun," ucap Rita. "Janis kamu diantar supir Mas, mobil kamu Mas sita!" Ucap Jagadta membuat Janisa menyebikkan bibirnya. "Tega amat Mas," kesal Janisa. Jagadta memintanya pergi dengan isyarat tangannya membuat Janisa berdecak kesal dan ia segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Sementara itu Jayaprana menatap Jagadta dengan tatapan seriusnya. "Janis semakin lama semakin membuat Papi pusing Gad," ucap Jayaprana. "Kemarin Papa lihat di Instragramnya ada foto Janis sama cowok mata sipit, Papi nggak setuju dia nikah sama warga negara asing," ucap Jayaprana. "Nikahkan saja Janis Pi sama calon menantu pilihan Papi!" Ucap Jagadta membuat Jayaprana menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Jagadta. "Janis masih kecil nanti aja nikahnya," ucap Rita menengahi pembicaraan mereka. "Dia itu memang harus segera punya suami yang bisa mengendalikan dia. Mami mau kalau dia memilih menikah dengan orang Korea dan tidak pulang-pulang?" Tanya Jayaprana membuat Rita menggelengkan kepalanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD