Beberapa hari belakangan ini, Cinka mulai merasa tidak nyaman di rumah. Hal ini karena adik-adiknya mendiamkan dirinya bahkan si bungsu, Zoya juga ikut mendiamkan Cinka. Mereka tidak mau berbicara dengan Cinka padahal Cinka sudah berusaha untuk berkomunikasi dengan mereka.
Mereka adalah saudara kandung dan masih tinggal satu atap, sehingga rasanya tidak pantas jika saling diam. Disamping itu, Cinka juga merasa kesepian dan merasa ketidaknyamanan apabila tidak berkomunikasi dengan baik bersama adik-adiknya. Hal ini membuat Cinka mulai berpikir bagaimana cara agar hubungannya dengan adik-adiknya bisa membaik.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Cinka mau menuruti permintaan Sarah dan Olivia untuk menikah. Pada suatu malam, Cinka melihat Sarah sedang tiduran dan bermain ponsel di sofa ruang keluarga. Sedangkan, Olivia sedang membaca majalah di ruang keluarga. Begitu melihat mereka ada di ruang keluarga, Cinka langsung menyusulnya.
Cinka memanggil nama kedua adiknya, “Sarah, Olivia.”
Melihat kehadiran Cinka, Sarah dan Olivia hendak pergi. Namun, Cinka meminta mereka untuk tidak pergi karena Cinka ingin memberikan kabar yang bagus untuk mereka. “Tolong jangan pergi karena kakak mau menyampaikan kabar yang pasti akan membuat kalian senang mendengarnya.” Mendengar ucapan Cinka, Sarah dan Olivia kembali duduk di sofa.
“Gak usah basa basi kak. Langsung pada intinya aja kabar apa yang mau kakak sampaikan,” ucap Olivia.
Setelah berpikir panjang, Cinka berjanji kepada adik-adiknya bahwa ia akan mulai membuka hati dan mau menikah. Namun, Cinka sendiri yang memilih pasangan dan kedua adiknya berhenti mencarikan jodohnya untuknya. Pernyataan itu membuat Olivia dan Sarah sedikit lega.
Cinka mengatakan, “Setelah kakak pikir-pikir lagi, kakak mau menuruti permintaan kalian untuk menikah duluan.”
“Kakak serius? Kakak gak bohongin kita kan?” tanya Sarah.
“Iya kakak serius kok. Kakak janji akan mulai membuka hati lagi dan bersedia menikah lebih dulu dari kalian. Tapi biarkan kakak sendiri yang memilih sendiri laki-laki yang kakak inginkan. Kakak juga minta kalian berdua untuk berhenti mencarikan jodoh buat kakak karena kakak bisa mencari sendiri,” ucap Cinka.
“Nah gitu dong kak. Coba dari awal kak Cinka ngomong kayak gitu pasti kita gak perlu capek-capek mencarikan jodoh buat kakak,” ucap Sarah.
“Dari awal kan kakak gak pernah minta dicarikan jodoh sama kalian tapi kenapa kalian tetep maksa nyariin jodoh buat kakak? Itu kan salah kalian sendiri,” ucap Cinka.
“Maafin aku sama Sarah ya kak kalau apa yang kita lakukan udah bikin kakak gak nyaman. Tapi satu hal yang perlu kakak tahu kalau adik-adik kakak ingin yang terbaik untuk kakak,” ucap Olivia.
“Iya kakak ngerti kok. Makasih ya kalian udah sangat peduli sama kakak. Maaf kalau kakak belum bisa membahagiakan kalian,” ucap Cinka.
“Mendengar kakak mau membuka hati untuk menikah itu aja udah cukup bikin kita bahagia,” ucap Olivia.
Cinka kemudian memeluk kedua adiknya itu, “Kakak sayang banget sama kalian.
“Kita juga sayang sama kakak,” ucap Sarah dan Olivia memeluk Cinka.
Sementara itu, Zoya yang baru datang heran mengapa kakak-kakaknya berpelukan. Hal ini karena tak biasanya mereka terlihat seharmonis ini. Zoya pun menegur mereka terutama Sarah dan Olivia yang sudah berbaikan dengan Cinka.
“Pada ngapain nih,” ucap Zoya.
“Kebetulan ada kamu dek. Sini,” ucap Cinka.
“Gak ah,” ucap Zoya.
Olivia berkata, “Dek, sini sama kakak-kakak.”
“Bukannya kak Oliv sama kak Sarah lagi diem-dieman sama kak Cinka kok sekarang malah pada pelukan sih,” ucap Zoya.
“Sekarang kita udah baikan dan gak diem-dieman lagi. Jadi kamu juga gak boleh mendiamkan lagi,” ucap Olivia.
“Terus kenapa tadi pada pelukan? Kalian lagi ada masalah?” tanya Zoya.
“Nggak ada dek. Kita pelukan karena kita lagi bahagia,” ucap Sarah.
Cinka memanggil Zoya, “Zoya, sini.” Setelah Zoya menyusulnya, kemudian ia memeluknya bersama dengan Sarah dan Olivia.
****
Esok hari tiba, Cinka bersama dengan Sarah, Olivia, dan Zoya sudah tidak ada masalah. Mereka kini terlihat akrab seperti biasanya bahkan hubungan kakak adik itu sekarang lebih harmonis lagi. Setelah sarapan, semua berangkat untuk beraktivitas masing-masing termasuk Zoya.
Hari ini, Zoya berangkat ke sekolah dengan diantar Cinka. Saat berada di gerbang sekolah, Viko menghampiri Zoya. Viko menggandeng Zoya dan mengajaknya ke sebuah teman yang terdapat di belakang sekolah.
“Ayo ikut aku,” ucap Viko menarik tangan Zoya dan diajak ke taman belakang sekolah.
“Mau kemana sih Vik?” tanya Zoya sambil berjalan.
“Nanti kamu juga tahu sendiri,” ucap Viko.
“Nanti aja pas jam istirahat. Sekarang kita harus ke kelas dulu,” ucap Zoya.
“Hari ini semua guru lagi rapat, jadi kita gak ada jam pelajaran. Itu artinya kita gak harus ke kelas,” ucap Viko.
“Iya tapi kamu mau ngajak aku kemana dulu?” tanya Zoya.
“Intinya kita ke suatu tempat yang ada di bumi jadi kamu gak perlu khawatir. Selama kita masih di bumi kita masih aman,” ucap Viko.
“Kok malah bercanda sih? Aku tanya serius loh.” ucap Zoya.
“Aku jawabnya juga serius kok tapi kamunya aja yang nganggepnya bercanda,” ucap Viko.
“Habisnya jawaban kamu gak jelas sih. Kamu ngajak aku tapi kamu gak ngasih tahu aku kita mau kemana,” ucap Zoya.
“Tanpa aku kasih tahu juga nanti kamu bakal tahu sendiri kita,” ucap Viko.
“Tapi dari tadi kita cuma muter-muter sekolah ini doang. Makannya aku nanya kamu mau ngajak aku kemana? Soalnya dari tadi kita cuma jalan terus tapi gak sampe-sampe,” ucap Zoya.
Setelah mengelilingi beberapa lokasi di yang ada di sekolah, akhirnya Viko berhenti di taman sekolah. Tentu saja hal ini membuat Zoya kesal karena Viko seperti sedang mempermainkan dirinya.
“Dah sampe nih. Ayo duduk,” ucap Viko meminta Zoya duduk di sebelahnya di sebuah kursi yang terdapat di taman sekolah.
“Padahal kita cuma butuh lima langkah dari gerbang sekolah untuk sampai ke taman ini. Tapi kenapa kamu malah ngajak aku muter-muter dulu sih. Bikin capek aja tau gak,” ucap Zoya.
“Kamu tau gak kenapa aku ngajak kamu muter-muter dulu?” tanya Viko.
“Ya kalau aku tau aku gak bakal nanya Viko,” ucap Zoya.
“Setiap moment sama kamu itu berharga dan aku gak mau momentku sama kamu berkurang atau bahkan hilang hanya dalam waktu yang singkat. Karena itu aku ngajak kamu muter-muter dulu biar kita bisa lebih lama berdua. Cuma anehnya setiap kali sama kamu waktu seperti berputar dua kali lebih cepat daripada saat aku sendirian atau sama orang lain,” ucap Viko.
“Apaan sih kamu lebay banget dih,” ucap Zoya.
“Terserah sih kamu mau anggap aku lebay atau gimana. Tapi satu hal yang harus kamu tahu kalau aku sayang banget sama kamu,” ucap Viko.
“Kamu kenapa sih Vik? Kok tumben ngomong kayak gini sama aku,” ucap Zoya.
“Emang ada yang salah kalau aku ngomong kayak gitu sama kamu? Sekarang kan kita udah pacaran,” ucap Viko.
“Iya sih tapi gak biasanya aja. Hari ini tuh kelihatan beda banget,” ucap Zoya.
“Sebenarnya…,” ucap Viko.