Setelah Tomi dan Lucky pulang, Cinka akan mengumpulkan kedua adiknya, Sarah dan Olivia di ruang keluarga. Cinka sengaja tidak melibatkan si bungsu, Zoya karena ia masih terlalu kecil untuk ikut campur dalam permasalahan mereka. Namun, saat di ruang keluarga, Zoya malah ada disana.
“Loh. Adek kok disini?” tanya Cinka pada Zoya.
“Iya kak soalnya sinyal wifi disini lancar sih gak kayak di kamar Zoya,” ucap Zoya.
“Kamu nih main hape mulu kerjaannya. Belajar dong biar pinter,” ucap Sarah pada Zoya.
“Kayak kakak pernah belajar aja nyuruh Zoya belajar,” ucap Zoya.
“Kakak belajar lah,” ucap Sarah.
“Belajar pacaran maksudnya? Perasaan Zoya lebih sering lihat kak Sarah pacaran daripada belajar,” ucap Zoya.
Sarah ingin marah tetapi Cinka melarangnya, “Sar, udah.”
“Belain aja terus,” ucap Sarah.
“Lah emang kamu yang salah kok malah kamu yang marah. Coba aja tadi kamu diem pasti adem ayem,” ucap Olivia.
“Terserah deh emang di rumah ini gak ada yang belain aku,” ucap Sarah.
Cinka meminta Zoya pergi ke kamarnya, “Dek, kamu tidur gih udah malem nih besok kan kamu harus sekolah.”
“Nanti aja ah kak nanggung nih,” ucap Zoya sambil menonton video di ponselnya.
Cinka mengambil ponsel Zoya, “Sini hapenya biar kakak yang pegang dulu.”
“Yahhh kakak..,” ucap Zoya.
“Hape kamu kakak pegang dulu dan bakal kakak kasih besok. Sekarang kamu ke kamar dan tidur,” ucap Cinka.
“Hapenya balikin ke Zoya sekarang dong kak. Zoya janji deh Zoya langsung ke kamar kalau kakak kasih hape Zoya,” ucap Zoya.
“Enggak. Kalau kakak kasih hape kamu nanti kamu gak tidur-tidur,” ucap Cinka.
“Tapi kak,” ucap Zoya masih protes.
“Zoya! Kamu gak denger tadi kakak ngomong apa? Masuk kamar dan tidur!” ucap Cinka dengan tegas dan keras.
“Hape udah diambil eh masih dimarahin juga. Emang gak bisa ya kalau ngomong pelan-pelan,” ucap Zoya kemudian ia pergi ke kamarnya.
Setelah Zoya ke kamarnya, Cinka mulai berbicara serius kepada Sarah dan Olivia. Pembicaraan tersebut tak jauh-jauh dari apa yang Cinka alami baru-baru ini. Cinka meminta kedua adiknya itu berhenti menjodohkan dirinya dengan berbagai pria yang sama sekali tidak ia kenal.
Hal ini karena Cinka tidak menikah. Bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali ia mengatakan bahwa ia tidak mau menikah dengan pria manapun. Masa lalu Cinka yang pahit bersama mantan-mantannya membuatnya mantap untuk tidak menghabiskan sisa hidupnya dengan laki-laki.
“Kakak mau ngomong apa sama kita?” tanya Olivia.
“Mulai detik ini juga kakak mau kalian berhenti mencarikan jodoh buat kakak. Tolong jangan lagi kenalin pria-pria yang sama sekali gak pengen kakak kenal,” ucap Cinka.
“Apa yang aku dan Sarah lakukan semata-mata demi kebaikan kakak. Kita gak mau kakak menjalani hidup sendirian tanpa adanya perlindungan dari laki-laki. Kita juga gak mau kakak menua sendirian,” ucap Olivia.
“Udah berapa kali sih kakak bilang sama kalian kalau kakak gak mau menikah dan gak akan pernah mau menikah!” ucap Cinka.
“Kalau kakak gak nikah gimana nasib adik-adik kakak? Kita gak mungkin kan melangkahi kakak,” ucap Sarah.
“Mungkin kalau kalian mau. Kalau kalian gak mau ya itu gak akan jadi mungkin. Kalau kalian pengen nikah ya nikah aja. Gitu aja kok repot sih,” ucap Cinka.
“Kita gak akan menikah kalau kakak gak nikah duluan,” ucap Olivia.
Cinka berkata, “Kenapa sih kalian selalu mempersulit sesuatu yang mudah? Kalau kalian ingin bahagia, menikahlah dengan laki-laki yang kalian cinta.”
“Selama ini kakak gak pernah mengurusi kehidupan pribadi kalian, kakak membiarkan kalian dekat dengan siapapun yang kalian suka, bahkan kakak juga mempersilahkan kalian menikah dengan siapapun yang kalian cinta. Kakak melakukan itu karena menurut kakak apa yang menjadi pilihan kalian adalah apa yang akan membahagiakan kalian,” ucap Cinka.
“Kakak pengen kalian juga melakukan hal yang sama dengan apa yang kakak lakukan sama kalian. Kakak mau kalian jangan mengurusi hidup kakak, biarkan kakak menjalani kehidupan kakak, dan jangan maksa kakak untuk menjalani sesuatu yang gak kakak suka. Kakak berhak bahagia atas apa yang kakak pilih bukan apa yang kalian inginkan,” imbuhnya.
“Sebenarnya kakak pengen adik-adik kakak bahagia gak sih?” tanya Sarah.
“Kenapa kamu mempertanyakan itu? Jelas kakak ingin kalian bahagia. Makannya kakak membiarkan kalian menjalani kehidupan kalian sesuai apa yang kalian pilih,” ucap Cinka.
“Kita gak akan bahagia kalau belum melihat kakak jadi istri orang. Selama kakak masih sendiri dan belum menikah, adik-adik kakak belum bahagia. Jadi kalau kakak pengen kita bahagia berarti kakak harus nikah,” ucap Sarah.
“Kakak membiarkan kalian memilih dan kakak gak pernah memaksa kalian dalam hal apapun. Tapi kenapa kalian melakukan hal yang sebaliknya sama kakak? Ini gak adil,” ucap Cinka.
“Udahlah Sar percuma kita ngomong sama kak Cinka. Mendingan kita tidur aja daripada debat yang gak ada ujungnya kayak gini. Kak Cinka emang egois dia cuma mikirin dirinya sendiri tanpa mikirin adik-adiknya,” ucap Olivia kemudian mengajak Sarah ke kamar dan meninggalkan Cinka di ruang keluarga.
“Kakak yang egois atau kalian? Jangan kalian pikir kakak gak tahu tujuan utama kalian nyuruh kakak nikah. Kakak tahu kalian pengen kakak nikah karena kalian gak mau kehilangan warisan orang tua kita kan? Dari situ pun udah jelas yang egois itu kalian bukan kakak,” ucap Cinka.
“Kalian mengorbankan kebahagiaan kakak demi mendapatkan harta yang kalian inginkan. Ingat gak selamanya harta bisa bikin kalian bahagia jadi jangan terlalu terobsesi mengejar harta!” ucap Cinka tetapi Sarah dan Olivia tidak memperdulikan itu.
Di Kamar Olivia
Sarah dan Olivia tetap tidak mau menyerah untuk membujuk agar Cinka mau menikah. Hal ini mereka lakukan karena mereka tidak rela kehilangan harta warisan orang tua mereka yang jumlahnya begitu banyak. Oleh sebab itu, mereka akan melakukan berbagai cara agar Cinka mau menikah.
“Kita harus gimana lagi nih kak biar kak Cinka mau menikah,” ucap Sarah.
“Kita harus bikin kak Cinka jatuh cinta,” ucap Olivia.
“Gimana caranya bikin kak Cinka jatuh cinta? Dia dikenalin sama cowok aja gak mau,” ucap Sarah.
“Makannya kamu bantu aku mikir dong,” ucap Olivia.
“Pikiranku udah buntu kak,” ucap Sarah.
Olivia kemudian berpikir, “Gini aja deh kita diemin aja tuh kak Cinka biar dia mikir.”
“Kakak yakin itu bakal berhasil?” tanya Sarah.
“Kita gak akan tahu itu akan berhasil atau enggak kalau kita gak memulainya. Makannya kita jalanin aja rencana kita itu. Kalau rencana kita gagal ya kita cari rencana lain sampai kak Cinka benar-benar berpikir untuk menikah,” ucap Olivia.
“Ribet banget sih,” ucap Sarah.
“Udah deh kamu gak usah ngeluh kayak gitu. Ingatlah berapa banyak harta warisan orang tua kita yang bakal kita dapat kalau kak Cinka menikah. Makannya kita harus semangat bikin kak Cinka berpikir untuk menikah,” ucap Olivia.
“Iya deh,” ucap Sarah.
“Besok pagi-pagi kita ke kamar Zoya untuk ngajak Zoya ngediemin kak Cinka juga,” ucap Olivia.
“Ngapain dikasih tahu juga sih kak? Zoya kan gak ada urusan sama masalah ini,” ucap Sarah.
“Biar lebih greget lah. Lagian kan Zoya adik yang paling kak Cinka sayang jadi pasti bisa ngasih pengaruh juga sama kak Cinka,” ucap Olivia.