Maukah Menemaniku?

1307 Words
Setelah Miko dan Tika pulang, barulah Cinka berbicara serius dengan Pandu. Sebenarnya selain mengembalikan jaket Pandu, Cinka juga ingin meminta tolong pada Pandu. Cinka ingin Pandu berpura-pura menjadi pasangannya saat menghadiri pameran berlian milik Astrid. Cinka mengatakan, “Selain balikin jaket kamu, sebenarnya ada hal lain yang mau aku omongin sama kamu.” “Mau ngomong apa? Ngomong aja,” ucap Pandu. “Aku boleh gak minta tolong sama kamu?” tanya Cinka. “Ya ampun Cinka kirain mau ngomong apa ternyata cuma mau minta tolong. Kalau aku bisa aku pasti bantu kamu kok. Emangnya kamu mau minta tolong apa?” ucap Pandu. “Jadi temenku ngadain pameran berlian minggu depan dan dia minta aku dateng sama pasanganku. Kalau aku gak dateng ke pameran berlian dengan membawa pasangan, dia bakal menghinaku habis-habisan. Kamu tau sendiri kan kalau aku jomblo dan aku aku bingung harus bawa siapa karena aku gak punya pasangan,” ucap Cinka. “Aku mau minta tolong sama kamu buat pura-pura jadi pasanganku. Setidaknya biar temenku percaya kalau aku punya pasangan,” imbuhnya. “Kamu yakin mau ngajak aku ke pameran berlian temen kamu? Cin, disana kan tempatnya orang kaya. Aku merasa gak pantas menemani kamu dan menginjakkan kaki disana,” ucap Pandu. “Pandu, kamu gak usah rendah diri kayak gitu. Mau kamu siapa dan bagaimana latar belakang kamu itu gak masalah,” ucap Cinka. “Tapi aku ngerasa gak pantes Cin,” ucap Pandu. “Jadi kamu gak mau nolongin aku?” tanya Cinka. “Mau, mau banget malah. Tapi kalau yang satu ini aku bener-bener ngerasa gak pantes Cin,” ucap Pandu. “Aku tahu kok. Kamu pasti gak mau nolongin aku kan? Makannya kamu cari-cari alasan supaya gak nemenin aku. Udah deh jujur aja,” ucap Cinka. “Enggak Cin, enggak. Seriusan enggak,” ucap Pandu. “Udahlah. Mendingan aku pulang aja. Percuma aku minta tolong sama orang yang gak mau nolongin,” ucap Cinka berdiri dan hendak pergi. Pandu menarik tangan Cinka agar ia tetep duduk, “Iya-iya. Aku mau menemani kamu datang ke pameran berlian itu.” Cinka tersenyum, kemudian berkata “Beneran kan? Aku gak salah denger?” “Iya. Aku beneran,” ucap Pandu. “Nah gitu dong. Makasih ya,” ucap Cinka. “Acaranya nanti jam berapa?” tanya Pandu. “Nanti aku kabari ya,” ucap Cinka. ***** Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Cinka menjemput Pandu ke rumahnya untuk diajak ke pameran berlian milik temannya. Ketika sampai dirumah Pandu, ternyata Pandu masih siap-siap. Cinka menunggu Pandu di teras rumahnya dengan ditemani oleh Pandu. “Permisi,” ucap Cinka sambil mengetuk pintu rumah Pandu. Ibu Pandu membuka pintu, “Maaf cari siapa ya mbak?” “Sebelumnya perkenalkan nama saya Cinka tante. Saya temannya Pandu,” ucap Cinka mengenalkan diri. “Pandu kan cuma tukang kayu tapi kok bisa sih punya teman secantik mbak,” ucap Ibu Pandu. Cinka mengatakan, “Tante bisa aja. Saya kenal sama Pandu lewat adik saya, Zoya.” “Jadi mbak kakaknya Zoya? Pantesan agak mirip sama Zoya. Emang ya sekeluarga pada bibit unggul semua,” ucap Ibu Pandu. “Tante bisa aja nih dari tadi muji terus. Tante juga cantik kok,” ucap Cinka. Setelah itu, Ibu Pandu mengajak Cinka duduk “Mari silahkan duduk dulu mbak,” “Makasih Tante,” ucap Cinka. “Jadi mbak kesini mau ketemu Pandu?” tanya Ibu Pandu. “Iya bu lebih tepatnya kita mau menghadiri pameran,” ucap Cinka. “Oh begitu. Mohon ditunggu sebentar ya mbak. Ibu tadi lihat Pandu baru menyisir rambut tapi paling sebentar lagi selesai kok,” ucap Ibu Pandu. Beberapa saat kemudian, Pandu keluar dari rumahnya. Cantik dan tampan begitulah yang ada dipikiran Pandu dan Cinka saat ini. Cinka terlihat sangat cantik dengan balutan dress merah, wajah yang dirias, serta rambut yang indah terurai. Sementara itu, Pandu juga terlihat sangat tampan dengan jas yang ia kenakan dan rambut yang rapi. Sebenarnya, wajah Pandu sudah tampan hanya saja dalam kesehariannya ia sering tampil sederhana. Oleh sebab itu, begitu ia tampil mengenakan jas, dasi, dan sepatu membuatnya terlihat sangat berbeda. Malam ini, Cinka dan Pandu “Cinka cantik banget malam ini,” batin Pandu saat melihat Cinka. “Pandu bener-bener bikin aku pangling. Dia jadi makin ganteng kalau pakai penampilan rapi kayak gini,” batin Cinka ketika melihat Pandu. Karena Cinka dan Pandu saling pandang-pandangan, Ibu Pandu pun membuyarkannya. “Kok malah pada bengong.” “Enggak kok buk,” ucap Pandu. “Kalian ini mau datang ke pameran kok rapi banget kayak mau ke pesta,” ucap Ibu Pandu. “Jadi teman saya menyelenggarakan dua acara tante. Pertama, pameran. Kedua, reuni teman lama. Makannya kita tampil rapi kayak gini,” ucap Ibu Pandu. “Oh gitu. Ya sudah kalau kalian mau berangkat. Hati-hati ya,” ucap Ibu Pandu pada Cinka dan Pandu. “Berangkat dulu ya Mah,” ucap Pandu berpamitan dengan ibunya. “Tante kami berangkat ya,” ucap Cinka. Di Pameran Berlian Cinka dan Pandu masuk ke acara pameran tersebut dengan bergandengan tangan. Ketika melihat Cinka datang, Astrid langsung menghampirinya. Dengan bangga Cinka mengatakan pada Astrid bahwa ia datang dengan membawa pasangan. “Hai,” ucap Astrid pada Cinka. “Hai Strid,” ucap Cinka. “Akhirnya kamu dateng aja,” ucap Astrid. “Iya dong. Mana mungkin aku gak dateng ke acara sebesar ini,” ucap Cinka. “Btw, jadi ini pacar kamu?” tanya Astrid. “Iya dong. Namanya Pandu. Kita pacaran udah lama. Iya kan sayang?” tanya Cinka sambil memberikan kode pada Pandu. “Iya. Aku sama Cinka udah pacaran lama,” ucap Pandu. “Kamu dapet cowok ini darimana Cin? Sumpah cakep banget cowok kamu,” bisik Astrid pada Cinka. “Rahasia dong. Masa harus aku kasih tahu kamu,” jawab Cinka. “Aku gak nyangka loh ternyata diam-diam kamu punya pacar. Mana pacar kamu seperfect ini lagi,” ucap Astrid. “Sekarang kamu udah percaya kan kalau aku punya pasangan?” tanya Cinka. “Iya, aku percaya deh. Semoga kalian berdua langgeng ya,” ucap Astrid. “Aamiin. Makasih doanya. Semoga kamu juga cepat menikah soalnya kamu kan udah tunangan,” ucap Cinka. “Kamu tenang aja deh nanti pasti aku kabari kalau aku menikah,” ucap Astrid. “Ya udah kalian lihat-lihat dulu ya berlian yang dipamerkan disini. Barangkali kalian tertarik untuk membeli. Pokoknya kalian puas-puasin dulu lihat berlian disini. Nanti jam 11 aku panggil buat ngumpul-ngumpul sama temen-temen lama,” ucap Astrid. Setelah itu, Astrid pergi menemui teman-temannya yang lain. Cinka dan Pandu melihat-lihat berlian disana. Sementara itu, Cinka dan Pandu berpisah untuk melihat apa yang ingin mereka lihat masing-masing. Cinka ingin melihat kalung, sedangkan Pandu ingin melihat cincin. Oleh sebab itu, keduanya berpencar. Ketika melihat-lihat, Pandu mendapati sebuah cincin berlian yang sangat indah. Pandu ingin membeli cincin tersebut untuk Cinka tetapi harganya sangat mahal. Meski begitu, bukan berarti Pandu mengurungkan niatnya. Nantinya Pandu akan bekerja lebih keras lagi dan menabung lebih banyak lagi agar bisa membeli cincin tersebut. “Cincinnya bagus banget. Kayaknya cocok di tangan Cinka,” batin Pandu ketika melihat cincin berlian di depannya. “Selamat malam pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Penjaga. “Cincin ini harganya berapa mbak?” tanya Pandu. “Kalau yang ini Rp 5 Miliar pak,” ucap Penjaga. “Cincin sekecil ini Rp 5 Miliar?” tanya Pandu. Penjaga mengatakan, “Cincin berlian ini sangat indah dan langka, sehingga harganya mahal pak.” “Saya tertarik dengan cincin berlian ini tapi saya tidak ingin membelinya sekarang. Apa nanti saya bisa memesannya?” tanya Pandu. “Tentu saja bisa pak. Apabila nanti bapak ingin membeli cincin berlian ini, bapak bisa menghubungi nomer yang tertera di kartu perusahaan ini,” ucap Penjaga sambil memberikan kartu perusahaan berlian tersebut. “Makasih mbak,” ucap Pandu mengambil kartu perusahaan tersebut dan mengantonginya. Setelah itu, Pandu menyusul Cinka yang sedang melihat-lihat kalung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD