New Day

1393 Words
  Keesokan harinya Annie dan Daniel mengantarku ke rumah Edward. Kami berangkat dari rumah jam tujuh tiga puluh pagi. Kata Daniel butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke  stasiun MRT Bukit Batok, nama daerah rumah Edward, karena kami harus ganti tiga kali MRT dari jalur ungu tukar ke jalur hijau lalu ke jalur merah.   Jam sembilan  tepat kami sampai di depan rumah Edward. Edward tidak tinggal di gedung  apartemen,  dia tinggal di landed house yang luas dan nyaman . Kata Annie landed house di Singapore mahal banget, hanya orang-orang kaya saja yang bisa tinggal di rumah seperti ini. Yang ada garasi dan ada taman di halaman depannya. Kami memencet bel di pintu gerbang rumah bercat putih. Pintu gerbangnya terbuka secara otomatis. Lalu kami menyusuri taman menuju pintu bagian dalam, seorang laki-laki dengan mata merah karena kurang tidur, rambut awut-awutan keluar dari dalam rumah  dan membuka pintu besar berwarna putih  untuk kami. “ Hi Boss. Good morning ” Sapa Daniel. “  Good Morning. Sorry, I look like hell cause I just finished cooking breakfast for my daughter. Please come in. Hello Annie, and this is?” katanya keheranan melihatku “ This is Anita. She is the one I told you about being Nadia’s nanny” Daniel mengenalkanku. “ Hello” Kataku serba salah. Apa aku harus mengulurkan tanganku untuk menyalaminya atau tidak, aku binggung. Tapi aku lalu melihatnya mengulurkan tangannya. “ Hi, Anita. Aku terkejut melihat,  ternyata yang mau kerja itu Chinese? Kamu Chinese kan?” tanyanya dengan bahasa Indonesia yang jelas. “ Iya.. nenek moyangku Chinese. Keluarga aku, mulai  dari kakek buyutku semua sudah lahir di Indonesia” jelasku padanya. “ Iya maksudku, kamu warga negara Indonesia  keturunan China. Aku juga asal dari Indonesia dan keturunan China, Cuma sekarang aku sudah jadi warga negara Singapore” Katanya menjelaskan. “ Ok.. you all please sit down and wait me for a minute”  Edward kemudian lari ke belakang mungkin ia ke meja makan  melihat anaknya yang sedang makan. Kasihan sekali Edward, di tinggal istri dan harus mengurusi anaknya. Tapi sebenarnya yang paling kasihan itu anaknya. Pikirku dalam hati Beberapa menit kemudian Edward balik ke ruang tamu. Dia sudah tampak lebih rapi. Rambutnya sudah di sisir dan dia memakai kacamata bening tanpa bingkai. Dia keluar menggendong seorang gadis kecil yang cantik sekali. Matanya besar dan pipinya chubby tapi mulutnya cemberut dan mata nya yang besar kelihatan sedih. “ Nadia... this is uncle Daniel and Auntie Annie, say hello please” katanya pada Nadia dan menurunkannya dari gendongannya. Bukannya menyalami kami, Nadia langsung lari menuju  kamar dan menutup pintu kamarnya dengan suara keras. Bummm!!!. “ Sorry.. it has been very hard on her. She was very close with my mom. I have been trying to explain to her that Nai-nai ( panggilan nenek dari pihak papa dalam bahasa mandarin) cannot take care of her anymore cause nai-nai   is now in heaven. All she said to me is I want nai-nai. I want nai-nai. It makes me very sad”. Kami semua diam seribu bahasa tidak tahu bagaimana kata-kata yang baik yang bisa menghiburnya. Akhirnya Daniel memecah keheningn itu dan berkata pada bossnya. “ OK Boss .I think,  you may start the interview with Anita. Annie and I want to go to West mall near hear to eat something. When you are done, you can call us”. Lalu Annie dan Daniel berjalan keluar meninggalkan aku dan Edward. Edward menatapku dengan mata bening dari balik kacamatanya. “ Kenapa kamu ingin bekerja di Singapore? Aku tidak menyangka bahwa orang yang akan dikenalkan Daniel adalah seorang WNI keturunan  Chinnese. Daniel hanya bilang teman istrinya” katanya memulai percakapan. Apakah ini interviewnya? Tapi aku kok tidak merasa ia bertanya bagai seorang boss. Aku malah merasa ia bertanya bagai seorang teman. Ya.. mungkin memang nada bicaranya yang hangat. Tidak seperti nada bicara Lutfi yang selalu kedengaran seperti jaksa penuntut umum yang sedang bertanya pada terdakwa. Aku menggelengkan kepalaku, untuk menepis pikiranku tentang Lutfi “ Aku ada masalah yang sangat berat yang tidak bisa aku ceritakan. Tapi aku jamin, masalah itu tidak berhubungan dengan hukum baik hukum di Indonesia atau di Singapore. Aku bukan koruptor yang melarikan diri ke sini untuk menghindari tangkapan KPK atau polisi. Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang ingin lepas dari penderitaan dan ingin bekerja untuk mendapatkan uang agar bisa mandiri menghidupi diriku sendiri di Singapura”. Aku harap penjelasanku ini bisa membuatnya puas. Aku tidak ingin menceritakan penderitaanku padanya tapi aku juga tidak mungkin membohonginya karena dia pasti heran. Makanya penjelesan sederhana tadi yang saya ucapkan mudah-mudahan bisa dimakluminya. “ OK.. Itu masalahmu. Pada intinya aku cari pembantu untuk merawat Nadia. Jadi tugasmu adalah merawat Nadia, mengantarnya ke sekolah dan menjemputnya kembali. Melakukan pekerjaan rumah dan memasak untuknya. Pokoknya semua kebutuhan Nadia adalah tanggung jawabmu. Apakah kamu sanggup?” “ Iya.. aku sanggup” Kataku tegas dan mantap. “ Berhubung  kamu bukan dari agent maka aku harus mengurus izin kerjamu di sini, untuk itu aku minta paspormu” Katanya lagi. “ Jadi aku diterima?” tanyaku senang sambil mengeluarkan pasporku dan menyerahkan kepadanya. “ Iya.. kamu diterima. Aku rasa kamu yang paling cocok untuk bekerja menjaga Nadia. Dia butuh orang seperti kamu. Kamu bisa komunikasi dengan bahasa inggris ? Soalnya Nadia tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, dia hanya bisa bahasa inggris atau bahasa mandarin”. “ Untuk conversation sederhana saya bisa bahasa inggris dan bahasa mandarin dan saya berjanji akan berusaha  keras untuk bisa berkomunikasi dengan Nadia “ Kataku meyakinkannya. “ Bahasa anak-anak itu sangat gampang kok. yang penting kamu bisa merawat dan menemaninya dan yang paling penting adalah kamu harus bisa menyayanginya dengan setulus hatimu. Gaji yang akan aku berikan untuk bulan pertama sampai ke tiga adalah $ 400 karena  yang $100 adalah untuk mengurus izin dan membayar pajak. Kamu boleh libur 2 kali dalam sebulan, setiap hari  sabtu atau Minggu. Setelah tiga bulan pertama dan selesai masa percobaan gaji kamu akan saya naikan menjadi  $ 500 , pajak saya yang akan membayarkannya. Apakah bisa kamu terima?” Tanpa pikir panjang lagi aku langsung menganggukkan kepalaku kuat-kuat untuk menunjukkan tekadku. “ Ada permintaan lain yang ingin kamu sampaikan atau ingin kamu tanyakan? Karena hari Senin  kamu akan susah bertemu denganku, soalnya aku  sudah mulai  ngantor hari Senin nanti”. “ Tidak” Jawabku singkat. “ OK! Kalau begitu kita sepakat” Edward menjulurkan tangannya. Aku sedikit terkejut tapi langsung menjulurkan tanganku, kami berjabat tangan dia mengguncang tanganku sedikit. Mungkin dia senang bisa menemukan seseorang yang tepat  untuk mengasuh anaknya. “ Sekarang aku akan telepon Daniel, mereka boleh langsung pulang karena kamu akan langsung bekerja. Apa kamu bawa baju-bajumu?”  “Ya … kemarin Daniel sudah mengingatkan untuk membawa semua kebutuhanku, agar aku bisa langsung bekerja kalau ke terima” Edward mengambil HP nya yang diletakkan di atas meja bar , lalu ia masuk ke ruang kecil di balik tembok ruang tamu. Itu pasti ruang kerjanya. Mungkin sekarang dia menelepon Daniel disana supaya bisa background check tentang diriku  .  Dia harus   memastikan apakah aku benar-benar bisa dipercaya. Aku pikir memang seharusnya dia melakukan hal itu. Karena bagaimanpun ia menyerahkan anak dan rumahnya dalam pengawasanku selama ia bekerja yang kata Annie benar-benar dari pagi sampai malam. Tidak berapa lama kemudian Edward keluar dari ruang kantornya dan berjalan  menghampiriku , Dia berkata “ Ayo, aku tunjukkan kamarmu” Ia berjalan melewati kamar anaknya. Di samping kamar anaknya, dia berhenti dan membuka pintu. “ Ini kamarmu, susun dulu barang-barangmu nanti aku tunjukkan ruangan-ruangan yang ada di rumah ini biar hari Senin nanti kamu tidak binggung”. Nah.. sekarang aku yang bingung. Kenapa dia menyuruhku tidur di kamar tamu? Kenapa ia tidak menempatkanku di kamar pembantu di belakang? Aku tahu ini bukan kamar yang seharusnya aku tempati. Kamar pembantu itu biasanya ada di belakang, dekat dengan dapur dan ruang cuci. Aku ingin bertanya tapi tak enak hati. Jadi aku masuk aja ke kamar itu dan meletakkan tasku di samping meja rias. Aku segera keluar dan menyusulnya ke ruang tamu. Untung barang-barangku bisa aku susun aja nanti malam. Lebih baik aku segera keluar dan menemuinya agar tahu bagaimana melakukan pekerjaanku besok.   Aku melihatnya duduk di sofa sambil membolak-balik pasporku. Aku harus memanggilnya apa? Pikirku bingung. Aku memutuskan untuk memanggilnya seperti panggilan yang sering aku lihat saat menonton film-film seri  Singapore  keluaran Media Corp. Dan aku pun memanggilnya seperti ini……        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD