Aku terbangun ketika mataku silau terkena pantulan sinar matahari yang tembus melewati kain gordyn yang menutupi jendela besar di depan tempat tidurku. Mataku terbuka dan memandang sekelilingku sedikit kebingungan. Di mana aku? Uda jam berapa ini? Aduh….. Aku pasti terlambat bangun. Lutfi pasti bakalan ngamuk besar. Biasanya aku bangun sebelum matahari tinggi. Aku terlompat bangun dari tempat tidur dan terheran dengan keadaan kamar yang sangat asing bagiku. Aku terdiam lama dan tersadar lalu tersenyum . Ohh.. Aku bukan tidur di samping Lutfi. Sekarang aku sudah pergi jauh. Aku ada di Singapore. Aku tidur di samping sahabat masa kecilku, Annie. Aku memandang ke samping tempat tidurku. Tidak ada Annie. Aku segera bangkit dan keluar dari kamar. Mataku memandang jam hitam yang tergantung kokoh di atas meja makan. Hah! Sudah jam 8. Pasti Annie dan Daniel sudah berangkat ke kantor.Aku berjalan menuju dapur. Di kulkas ada tempelan pesan, tulisan tangan Annie untukku.
Pagi Anita sayang . Aku tidak membangunkanmu. Ku lihat kamu tidur begitu nyenyak. Kami sudah berangkat ke kantor. Sarapan sendiri ya dan kalau mau keluar, kunci ada di belakang pintu. Bawa aja. OK! See You at six. Love Annie
Aku tersenyum membaca pesan nya. Lalu berjalan ke dapur, menyiapkan kopi untukku sendiri dan duduk lesehan di depan TV sambil menikmati secangkir kopi dan setangkup roti. Hmmm… alangkah nikmat hidup yang penuh kebebasan ini. Bisa melakukan dan makan apapun keinginan ku. Tidak harus lagi tunduk pada semua keinginan Lutfi.
Selesai makan, aku mencuci piring dan melihat di ruang cuci ternyata banyak sekali tumpukan baju kotor dan juga ada tumpukan baju bersih yang diletakkan di keranjang dan belum disetrika. Ah! Kasihan Annie, pasti dia belum sempat mengerjakannya. OK! Hari ini aku memutuskan akan membantu Annie membersihkan apartemen nya, mencuci baju dan menyetrikanya.Pokoknya membantu Annie melakukan semua pekerjaan rumah tangganya. Selain untuk menghabiskan waktu, ini juga bisa merupakan ajang latihan untukku, kalau kalau aku sekiranya bisa dapat pekerjaan sebagai pembantu nanti, seperti pembicaraanku kemarin dengan Annie.
Aku mulai memisahkan baju berwarna dengan baju putih lalu memasuk kan baju ke mesin cuci. Kemudian mengambil lap dan mengelap semua perabot rumah, jendela , buffet dan kawan-kawannya. Sesudah itu aku menyapu dan mengepel juga menjemur baju . Selesai sudah! Aku puas sekali. Apartemen Annie yang nyaman terlihat makin nyaman dan bersih. Jam sudah menunjukkan pukul duabelas siang. Perutku mulai keroncongan. Aku akan mandi dulu, baru jalan kaki ke Hougang Mall. Aku bernia pergi ke supermarket untuk membeli beberapa barang kebutuhan pribadiku. Aku tidak mau semua memakai barang- barang Annie. Meskipun aku tahu, Annie tidak bakalan keberatan.
Setelah selesai mandi, aku turun dan berjalan santai ke Hougang Mall. Hatiku rasanya plong. Menikmati hari tanpa ada beban, tidak harus full dandan dan memakai pakaian mahal hanya untuk belanja bulanan ke Mall. Kali ini aku hanya memakai celana pendek pinjaman dari Annie dan baju kaos yang kemarin aku beli. Di food court Hougang Mall, aku makan nasi ayam hainam yang wangi dan lezat sekali. Selesai makan, aku turun melalui escalator menuju ke Fair Prize supermarket dan mulai mengambil perlengkapan mandi seperti shampoo, sabun dan lain-lainnya. Di bagian bahan makanan,aku melihat ada dijual berbagai jenis ikan, udang dan hasil laut lainnya. Tiba-tiba muncul ide cemerlang di otakku. Kenapa aku tidak masak saja untuk Annie dan Daniel? Biar saat mereka pulang malam nanti kami bisa makan bereng. Aku senang sekali dengan ide yang muncul di pikiranku ini. Akhirnya aku membeli semua bahan yang diperlukan untuk memasak. Menu yang mudah saja. Sop bakso, kukus ikan dan tumis sayur. Aku sering masak menu ini saat masih belum menikah dulu bareng mama. Tapi sudah lima belas tahun, aku tidak pernah turun lagi ke dapur. Mudah-mudahan aku masih ingat cara memasaknya.
Sesampai di apartemen, aku pun mulai menyiapkan semua bahan untuk masak memasaknya. Aku membuat rencana kerja, Sekarang ini aku akan membuat kaldu ayam untuk sop baksonya. Karena biar kaldunya meresap, tulang ayamnya harus dimasak satu sampai dua jam, lalu jam empat nanti baru aku akan mulai menumis sayur dan mengukus ikan, biar saat Annie pulang nanti makanannya masih panas. Aku tersenyum gembira dengan rencana kerja ini.
Hari pertama yang sungguh sangat menyenangkan dan membahagiakan karena aku lewati dengan melakukan keinginan dan kemauanku sendiri bukan karena diatur oleh Lutfi. Mengingat Lutfi hatiku kembali sakit. Cepat-cepat aku menepis pikiranku. Tidak usah lagi memikirkannya . Sekarang aku sudah bebas dan lepas dari Lutfi.
Jam empat aku mulai sibuk di dapur. Aku mulai mengukus ikan dan memanaskan kaldu ayam untuk sop Bakso, lalu sepertinya sayurannya akan saya tumis sewaktu Annie dan Daniel mau makan, biar lebih lezat kalau dimakan panas-panas. Sekarang aku mandi dulu dan menunggu Annie sambil menonton TV.
Jam setengah enam , aku mendengar suara kunci pintu diputar.
“ Hi..Anita.. How was your day”? Sapa Daniel
“Great? Where is Annie?”
“She will be back soon. I take MRT, it is faster than taking a bus. Annie usually take the bus because the bus stop is right in front of her office”
“Oh.. I.. See.” Jawabku singkat.
Daniel langsung menuju kamarnya. Dia pasti langsung membersihkan diri . Beberapa menit kemudian, suara kunci pintu terdengar lagi. Itu pasti Annie. Aku segera bangkit dan menyongsongnya.
“ Hi Nie!”
“HI.. Wah! Kerja keras kamu hari ini ya?”Annie memandang apartemennya yang bersih dan rapi.
“Tidak usah dibersihkan lah Nit. Kamu ke sini kan bukan mau jadi pembantuku. Nikmati aja harimu” Katanya sambil membuka sepatu
“ Enggak apa-apa, aku senang kok melakukannya. Udah kamu mandi sana. Aku masak dulu”
‘ Hah?? Kamu masak apa? Sibuk sekali nyonya cantik ini rupanya?” Katanya sambil tersenyum
“ Tapi Ok lah, kalau kamu senang melakukannya. That’s fine. Aku juga senang kok, ada tukang masak dan pembantu gratis” Kata Annie sambil mengerlingkan mata indahnya menggodaku.
“ Kamu mandi aja dulu gih,, aku akan tumis sayurnya dan siapin meja. Ntar kalau kalian uda selesai mandi, kita bisa langsung makan”
“ Asyik juga ada kamu di sini, udah lama aku tidak ada yang melayani”. Katanya sambil tersenyum dan menatapku dengan matanya yang kembali bersinar jenaka.
Setengah jam kemudian, kami sudah duduk menikmati makan malam kami. Suasananya santai sekali. Kami makan sambil ngobrol ke sana kemari.
“ You are a good cook” Kata Daniel memuji
“ Thank you! I just tried to get back to my teenager routine while I was still living with my parents. At that time I could do whatever I want, helped my mother in the kitchen and did all the house works”. Kataku dengan mata menerawang menginggat masa-masa indah dulu ketika membantu mama memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.
“ Yes, I remember Anita’s mom is a great cook too” Sambung Annie menatapku.
Aku senang Annie masih mengingat masa-masa kecil kami dulu. Kami sering banget makan bareng di rumah sehabis main sepedaan seharian. Mama dengan senang hati mengajak Annie makan bareng sebelum mengijinkannya pulang.
Malam itu kami ngobrol dan nonton TV bareng. Aku lihat Annie sangat bahagia dengan kehidupan perkawinanya bersama Daniel. Annie bisa ngobrol apa saja dengan Daniel. Annie menceritakan semua masalah yang menimpaku di Jakarta. Kenapa aku lari dan memutuskan untuk tinggal di Singapore. Tidak aka sedikitpun kesan menyalahkan dari Daniel. Dia hanya mendengar dan berpendapat dengan bijaksana.
“ Huahh.. tanpa sadar aku menguap”.
“ Eh, kamu uda ngantuk berat ya? Ya uda tidur aja dulu. Besok hari Sabtu kita bisa jalan-jalan seharian. Aku mau ajak kamu keliling Singapore. Kamu mau ke mana?” tanya Annie
“ Aku sih kepingin ke Bugis Street. Aku belum pernah ke sana. Kalau aku ke Singapore bareng Lutfi dan Catherine, kami cuma tinggal di hotel dekat orchard road terus ya jalan- jalannya di sepanjang jalan Orchard road aja. Ke Takasimaya, Ion atau Wisma Atria. Kalau aku ajak Lutfi ke tempat lain, ia pasti tidak mau. Katanya nggak level. Dia maunya shopping di Orchard Road saja. Ya.. lama kelamaan aku ikutin aja apa katanya, malas dan capek aku berdebat sama Lutfi. Jadinya aku selalu berpikir, kalau ada yang aku senangi pasti dia tidak mau mengikuti jadi seperti dia sengaja untuk tidak membahagiakan aku. Padahal kalau cinta, dia harus mau ya setidaknya tuh mengikuti keinginan aku sekali saja. Tapi selama lima belas tahun perkawinan kami, Lutfi tidak pernah tuh melakukan sesuatu yang bisa membuatku senang. Semua yang dia buat hanya untuk kesenangan dia sendiri” Kataku mengeluarkan unek-uneku lagi pada Annie.
“ Iya.. besok kita Ke Bugis, Litte India, kamu pasti belum pernah ke sana kan? Nanti hari Minggu baru kita jalan-jalan ke Vivo City dan Marina Bay Sand. Kamu juga belum pernah ke sana kan? Banyak barang-barang bagus di Marina bay sand ”
“ Aku nggak mau shopping lagi, aku harus hemat Nie. Aku cuma mau jalan-jalan saja dan melihat tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi.
“ Iya .. siapa yang bilang harus shopping? Jalan-jalan aja. Enjoy Singapore. Nggak shopping juga nggak apa-apa. Orang Indo pandangannya selalu begitu. Kalau ke Singapore nggak shopping berarti nggak hebat, nggak nge hits . Padahal semua barang yang ada di Singapore, ada juga di Jakarta dan harga di Jakarta jauh lebih murah dibandingkan di sini. Gengsi aja mereka kalau ngomong ke temannya . Ini tas saya , beli di Taka Singapore. Malah ada temanku yang di Surabaya yang ngomong kalau dia pulang dari Singapore nggak nenteng tas Takasimaya , rasanya nggak afdol, kek nggak pergi ke Singapore. Benar-benar borju deh" kata Anita berapi- api
" Udah lah, nggak semua orang Indo seperti itu kok, buktinya aku nggak kan? sekarang aku mau tidur dulu ya, biar besok bisa segar jalan-jalan seharian" Kataku bangkit dan bilang good night pada Danieal dan Annie. Aku sudah ngantuk sekali dan juga ingin memberikan kesempatan Annie dengan Daniel menikmati kebersamaan mereka.
Di kamar karena kelelahan dan sisa kurang tidur dari kemarin juga karena hatiku yang terasa ringan tanpa beban membuat pikiiranku jadi damai dan semua itu membuat aku langsung tertidur lelap. Tidak ada setitik ingatan pun tentang Jakarta apalagi tentang Lutfi. Aku hanya sempat berdoa pada Tuhan untuk melindungi Catherine ku. Setelah itu di kamar ini hanya terdengar desah nafasku yang teratur dan aku pun terbuai dalam mimpi .
Pikiran yang tenang
Membuat diri dan jiwa ringan
Seperti kapas yang terbang
Melewati langit tanpa awan