Menghabiskan Malam

1300 Words
Di sebuah room privat Hotel Grand royale, telah di langsungkan acara penyambutan kembalinya Christ ke Indonesia. Acara pesta tersebut hanya di hadiri oleh staf dan para artis dari StarHit Entertainment. Salah satu perusahaan besar yang menaungi beberapa Artis ternama seperti Christ salah satunya. Adapula Ceo dari StarHit Entertainment, yang hadir merayakan acara tersebut. Disana beberapa Wanita dari luar yang mendapat undangan, sengaja datang untuk merayu Ceo muda dan tampan dari StarHit Entertainment. Acara Privat tersebut di langsungkan tanpa adanya camera satupun. Banyak wajah Artis yang terlihat lugu dari luar, namun pandai bermain dengan beberapa Wanita. Adapula, yang sangat pandai meminum alkohol. Hal tersebut tentu sudah di ketahui oleh Alice, yang secara diam-diam membawa datang menghadiri acara tersebut. Hingga sampai acara selesai, Alice harus berurusan dengan Pria yang merupakan Ceo dari StarHit Entertainment, yaitu Kavindra. Pria dominan itu telah di jebak oleh salah satu Wanita yang terobsesi dengannya. Kavin tak sengaja meneguk minuman yang sudah di berikan obat perangsang oleh Wanita bernama Clara. Meski begitu, Kavin memilih kabur sebelum dirinya benar-benar jatuh dalam jebakan Clara. Pria itu segera berjalan menuju ke kamar Hotelnya, dengan langkah berat. Ia sekuat tenaga, mendinginkan suhu tubuhnya yang memanas. Sampai akhirnya terjadilah malam panjang bersama dengan Alice. Pada pagi hari setelah kejadian itu, Alice berteriak lantang saat mengetahui bahwa dirinya tak mengenakan apapun. Jantungnya hampir copot. Apalagi saat dirinya tak melihat siapapun di kamarnya. "Siapa yang merenggut kesucianku? Aaakkkkkkk, kenapa kamu sangat bodoh Alice!!!!!!!" Teriak Alice dalam kamar hotel itu. Ia benar-benar merasa frustasi. Alice bahkan belum sempat bertemu dengan Rendra, tapi mengapa situasinya tiba-tiba begini? "Siapa yang menghabiskan malam denganku? Sial, jangan-jangan Pria tua!" Dalam perasaan takut, Alice menggigit kuku jari telunjuknya. Tak di pungkiri Wanita itu sangat panik saat itu. Ia berulang kali berpikir dengan keras. "Aku ngga boleg terus berdima disini, aku harus pergi dulu dari sini!!!" Monolog Alice, lalu beranjak mengenakan pakaiannya. Sorot matanya tertuju pada secarik kertas yang ada di atas nakas. Alice tentu segera menyambarnya, dan perlahan membaca isi pesan tersebut yang bertuliskan; -Aku ada urusan dan harus pergi. Nanti aku akan menemuimu, hubungi nomor ini- Kira-kira seperti itulah isi tulisan pada kertas yang kini ada di tangan Alice. Wanita itu lalu meremas kertas tersebut hingga menjadi kecil dan melemparnya ke tempat sampah. "Aku harap kita ngga ketemu lagi!!!" Alice lalu menghentakkan kakinya meninggalkan kamar tersebut. Wanita itu terlalu takut, jika Pria yang menghabiskan malam dengannya adalah Pria tua. Meski dalam perasaan cemas dan takut, namun Alice memberanikan diri untuk ke meja resepsionis untuk menanyakan beberapa informasi yang mungkin bisa membantunya. "Permisi.." Ucap Alice, sopan. "Ya, Nona. Ada yang bisa kami bantu?" "Begini, Em.. Saya ingin tau, siapa yang menyewa kamar 212 ya?" Tanya Alice sedikit ragu. Sejenak Recepsionis itupun terdiam dan menatap Alice secara intens. "Maaf, Nona. Kami tidak bisa memberikan informasi pelanggan pada anda karena menyangkut Privasi" "Ehm, Gitu ya. Kalau begitu saya permisi" Dengan tanpa tau malu, Alice berlari meninggalkan Hotel Grand Royal. Di dalam taxi perjalanan pulang, Alice masih tampak mencemaskan kehidupannya. Terlebih tentang hubungannya dengan Rendra. "Ini semua gara-gara tugas sialan itu! Kalau saja aku ngga menerima pekerjaan dari Kak Sarah, aku nggak akan mengalami hal ini!!!" Alice berkecamuk dalam pikirannya sendiri, hingga membuat supir taxi tersebut menatap tingkah Alice dari kaca spion. Alice sendiri, ia tak mengingat sama sekali kejadian semalam. Ia hanya merasakan bahwa bagian intinya ngilu, saat buang air kecil dan juga berjalan. Rasanya tidak rela, namun ini sudah terjadi. Alice harus menerima dan melupakan semuanya! Hari ini, Alice kembali ke rumahnya dan tak berencana untuk ke kampus. Rasanya telalu malas, untuk pergi belajar. *** Sementara di tempat lain, Kavin baru saja tiba di Hotel. Ia berharap agar bertemu lagi dengan Wanita yang menghabiskan malam dengannya. Namun sayangnya, Wanita itu sudah pergi dari kamar hotel dan tanpa meninggalkan jejak. "Aku bahkan belum tau siapa namanya!" Gumam Pria itu, duduk di tepian ranjang. * Sementara itu, Hari berganti lebih cepat. Tak di sangka, Alice tidur selama seharian ini. Ia bahkan tak mendengar, ponselnya sejak tadi berdering. Pukul 4 sore, Alice baru saja bangun dari tidurnya. Tangannya mengambil ponsel dan meletakkannya di atas telinga. "Halo" Suara parau khas bangun tidur Alice mulai terdengar. "Al, kamu dimana? Aku mencari mu seharian di kampus tapi ngga menemukan kamu" Seketika, Wanita itu loncat dari ranjangnya ketika mendengar suara Rendra dari balik telfon. "Ma, maaf Kak. Aku Ketiduran" Ucap Alice gagap. Ia masih syok menerima telfon dari Rendra. "Baiklah, kalau begitu keluar. Aku ada di depan rumahmu" "APA?" Lagi-lagi perkataan Rendra membuat Alice tersentak. Wanita itu kelabakan, berlari menuju ke kaca riasnya. "Tunggu se, sebentar!" Alice lalu mengakhiri panggilannya dan meillih baju yang bagus untum menemui Rendra. "Ah, sial! Kenapa mendadak gini sih!!!" Alice segera mengenakan hodie, dan menggunakan lip tint pada bibirnya. Tangannya dengan cepat tak membiarkan rambutnya berantakan. Tak lupa Alice mengenakan kacamata seperti biasanya. 10 menit kemudian, Alice lalu keluar menemui Rendra. "Maaf ya Kak, aku membuat Kakak lama menunggu" Ujar Alice berdiri di samping Rendra. "Aku kira, kamu ngga mau ketemu sama aku" Rendra tersenyum, melihat liptint Alice yang belepotan. "Ma, mana mungkin!" Alice seketuka membulatkan kedua matanya, saat Rendra mengusap lip tin Alice yang belepotan. Baru bangun tidur, Alice harus senam jantung. "Bibirmu belepotan, hehe" Rendra tersenyum senang, akhirnya bisa bertemu dengan kekasih hatinya. "Ayo minum kopi, di sana?" Ujar Rendra membuka pintu mobil untuk Alice. Keduanya lalu datang ke Cafe Alamanda, yang tak jauh dengan Tempat tinggal Alice. Mereka lebih dulu bertukar kabar selama ini. Tak ada yang berubah dari Rendra, Pria itu tetap tampan dan mempesona. Bahkan kali ini, Rendra jauh lebih tampan dengan rambutnya yang agak panjang sampai ke telinga. "Maaf ya, Al. Semalam aku capek banget, dan ketiduran di mobil. Pas bangun, ternyata udah di depan rumah. Maaf, karena tidak datang" Ucap Rendra mengakui kesalahannya. "Ya, ngga apa-apa kak. Yang lalu biar berlalu, lagi pula kita udah bertemu sekarang" Alice lalu meneguk minumannya, karena merasa gugup. Lagi pula bukan hanya Rendra yang melakukan kesalahan, dirinya juga melakukan kesalahan, yang bahkan lebih besar dari Pria itu. Tiba-tiba Rendra menggenggam kedua tangan Alice yang berada di atas meja. Tatapannya begitu teduh dan manis, senyumannya hampir mambuat Alice mabuk. "Ada apa, Kak?" Tanya Alice semakin merasa gugup. Penampilannya yang seperti Wanita culun ini, sedang di tatap oleh Pria yang ia cintai. Tanpa menjawab apapun, Rendra mengeluarkan sebuah kotak cincin dan membukanya di hadapan Alice. Wanita itu terperangah menutupi mulutnya dengan tangan kanannya. Hidup sedang cemas-cemasnya, Pria ini malah semakin membuat Alice tak karuan. "Will you marry me?" Rasanya Alice senang bukan main, karena mendapat pernyataan lamaran dari Rendra. Kekasihnya. Tanpa pikir panjang, Alice menganggukkan kepalanya. Rendra pun tersenyum lega, karena lamarannya telah di terima. Pria itu lalu menautkan cincin, di jari manis Alice. Rasanya mau pingsan, ketika berada di posisi Alice. Bagaimana tidak? Rendra melamarnya di tempat umum, dan membuat mereka menjadi pusat perhatian. Wanita manapun pasti akan iri melihat kebahagiaan yang di rasakan Alice. ***** Lalu di tempat lain, seorang Pria tengah terduduk di kursi kebesarannya. Kavin sama sekali tak menemukan jejak Alice di Hotel, tempat dirinya menghabiskan malam bersamanya. Hal itu membuat Kavin merasa frustasi. Namun begitu, Kavin masih mengingat jelas wajah cantik Alice. Bahkan lekuk tubuhnya pun, Kavin masih mengingatnya dalam kepala. "Aneh! Biasanya para Wanita akan senang kalau berhubungan denganku, tapi kenapa Wanita ini malah kabur?" Kavin terus bermonolog, berpikir keras tentang Wanita yang membuatnya penasaran. Tak lama, Kavin menyambar ponselnya dalam saku. Pria itu terlihat sedang menghubungi seseorang. "Halo... Cari rekaman cctv hotel Grand royal sekarang juga! Tepatnya dari depan kamar saya, sampai keluar" Ujar Kavin memerintah seseorang dengan mudahnya. "Baik, Tuan" Jawab Pria itu dari balik telfon. "Ck, Wanita ini menarik juga" Gumam Pria itu, mengingat kembali perbuatannya semalam. Awalnya, Kavin berencana untuk memberinya kompensasi untuk Wanita itu. Namun ia mengubah rencananya, karena cukup tertarik dengan Wanita bernama Alice. Lalu, Apakah Kavin akan menemukan Alice? NEXT---)))))
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD