Safir melihat nama kesayangan memanggil. Mulutnya berdecak sekaligus jengkel, senyum Topaz di layar ponsel Ruby sangat lebar. "Tampanan gue juga." gumamnya memuji dirinya sendiri. Ia ingin menolak panggilan itu, tapi … urung. 'Huh, bagaimana kalau Ruby mengetahuinya, habislah aku.' Safir mengurungkan niat jail di kepalanya. Lagi-lagi mulutnya berdecak tatkala ponsel itu kembali meraung. Safir menekan langkah menuju tempat tidur duduk memijat pangkal hidungnya. Tok! Tok! Tok! Safir menoleh ke arah pintu kamar mandi. Dahinya berkerut tebal. "Apa By?" Sahutnya. "Kakak," panggil Ruby dengan nada kecil, terdengar ragu. "Iya, " Safir berjalan mendekati pintu. "Kak Safir …" "Apaan? Kamu nggak apa-apa, kan?" "Ruby lupa bawa pakaian,tolong keluar sebentar." Safir mengulum senyum,