Pria berkulit Eksotis itu

1672 Words
***** Tiger hanya diam dan membawanya ke dalam bar yang tertutup itu, dan masih belum buka. "Tuan tolong" lirih Fay dengan air mata yang kian banyak menangis "Kenapa tempat ini redup sekali" gerutunya saat ia masuk dan menatapi ke sekeliling tempat klub malam itu sangat menyeramkan baginya Tiger tersenyum mereka kemudian naik ke lantai teratas, tepatnya memang itu tempat khusus untuk Tiger beristirahat disaat menghabiskan waktu di barnya. Lantai ke empat itu terlihat seperti hotel bintang 5 dengan struktur bangunan yang benar benar mewah dan modern. Tiger mendorong Fay tepat ke kursi yang berada di samping tempat tidur abu abu itu. "Fay, kau mandi ya. Nanti aku akan temui kau lagi!" Ujarnya lalu pergi dari sana dan mengunci pintu kamar bak hotel itu meninggalkan Fay yang hanya sendirian di sana Fay mencoba mengatur nafasnya perlahan. Hari ini benar benar hari yang paling menghancurkan hidupnya. "Ayah.. kenapa?" Lirihnya Fay kemudian menunduk dan menangis membuang segala rasa sakit yang menimpanya tiba tiba hari ini. "Aku sudah tidak punya siapa siapa lagi ayah. Hidupku akan hancur" teriak Fay dengan air mata yang bergelinangan "Padahal hari ini.. aku akan memberi kabar gembira padamu! Aku akan kuliah ke London tetapi semua ini, semuanya tak mungkin terjadi sekarang! Aku hancur" teriaknya lagi dengan air mata yang semakin deras berjatuhan Fay bangun dari duduknya ia kemudian berdiri dan menghadap ke tirai besar. Fay membukanya, disana sekarang benar benar indah. Pemandangan kota terlihat jelas dari atas sini. Fay membuang nafasnya perlahan. "Apa aku harus mengakhiri hidupku saja?" Lirihnya lagi Fay menggelengkan kepalanya "Tidak. Aku bukan pengecut. Apa pun yang terjadi aku tetap harus berdiri tegak diatas kakiku sendiri. Aku harus melewati semuanya. Semuanya" ujarnya kembali meyakinkan dirinya sendiri Malam itu... Fay masih terduduk di sofa dekat tempat tidur. Ia saat ini sangat ketakutan, takut dengan Tiger yang bisa saja tiba tiba datang dan melakukan hal yang telah diancamnya siang tadi. Fay belum memakan apapun, meski di sana terdapat makanan yang banyak. Fay sama sekali tidak ada nafsu untuk makan. "Apa aku bisa melawannya?" Pikir Fay berusaha menguatkan dirinya Tepat di belakang tangannya Fay memegang pisau dapur yang benar benar dipilih yang paling tajam. "Haruskah aku menjadi jahat? Untuk melindungi diriku sendiri?" Pikirnya Tiba tiba pintu kamar bak hotel itu terbuka, menampilkan ke empat bodyguard yang kini berdiri tegak disana. Fay menguatkan pegangannya pada pisau itu. Ia menarik nafasnya dalam dalam "Kau, bisa istirahat sekarang! Tuan Tiger tidak bisa datang. Bersabarlah" senyum bodyguard itu Mereka kemudian kembali dan mengunci pintu itu lagi "Hahh.. syukurlah" Fay membuang nafasnya berat kemudian melempar pisau itu jauh jauh "Aku bisa selamat sekarang tapi bagaimana untuk besok? Dan selanjutnya?" Ujarnya kemudian memegangi kepalanya sakit Fay menatapi langit malam yang terlihat jelas dari sana. Matanya meredup "Ayah.. aku yakin kau tidak sejahat itu. Kau punya alasan. Aku tahu alasannya, itu karena aku kuat dan bisa melewati semuanya" lirihnya Ia kemudian tertidur pelahan, meski cukup sulit karena suara musik dari lantai bawah terdengar cukup keras sampai ke lantai atas. Kamar yang didiami oleh Fay cukup besar. Disana terdapat dapur, ruang santai, dan kamar mandi yang cukup besar. Fay menyukai tempatnya jika saja keadaannya tidak begitu mengancamnya. ***** Tiger kini berada diantara gadis gadis perpakaian glamor itu, dirinya lupa bahwa malam ini ia memiliki party besar bersama teman teman selevelnya. "Sayang apa kau masih butuh minuman?" Tanya Gisella yang kini menatapi Tiger Tiger menggelengkan kepalanya "Ini sudah sangat cukup. Apalagi jika didampingi oleh kalian" senyumnya dengan tatapan playboy "Kharismamu memang kuat Tiger. I love you" bisik Claudia di sisi kanannya Tiger tersenyum manis, sementara itu pikirannya masih melayang ke Fay yang sekarang ada di lantai atas tepat di KING-TBAR. "Hari ini kau lolos dariku, tapi besok. Kau tak bisa Fay" senyumnya begitu jahat ***** Merah, darahmu. Itu hal yang pertama kalinya membuat hatiku merasa tidak baik dalam hidup Fay. Hari ini Fay terbangun dengan suasana yang tidak biasa. Tidak ada sosok ayah yang biasa membangunkan tidurnya setiap pagi, tidak ada harum nasi goreng yang biasanya ayahnya sajikan tiap ia bangun Fay membuka matanya pelan, mencoba untuk setenang mungkin. Fay menatap ke arah jam dinding hitam yang ada di samping kanannya waktu menunjukan pukul 8 pagi. "Dia masih belum datang? Hah untunglah" gumamnya dengan nafas yang lega Fay bangun ke dalam kamar mandi hendak membersihkan wajah dan badannya. Meski keadaan hatinya begitu tidak tenang, apa yang akan menimpanya hari ini. Semuanya bisa saja terjadi. Semua yang ia takutkan. "Coba setenang mungkin.. aku yakin jika saja aku percaya bisa melewati semuanya, semuanya akan berakhir seperti apa yang aku harapkan. Semoga" ujarnya diiringi derasan air yang keluar dari shower dan perlahan terjun melewati kulit mulusnya itu Fay adalah gadis yang tidak banyak neko-neko, dia pemalu dan sering merasa takut jika menghadapi sebuah permasalahan. Dia tidak percaya diri. Dia tidak cukup kuat. Tetapi saat itu ayahnya lah yang selalu menguatkannya bahwa dirinya benar benar cerdas dan bisa melewati setiap permasalahan. Gadis yang berusia 19 tahun itu tidak pernah merasakan jatuh cinta, selama sekolah dia hanya fokus dalam pembelajaran. Boro-boro persoalan cinta cintaan dia bahkan sulit untuk mendapatkan teman. Dia seorang introvert yang benar benar akut. Setelah selesai dengan mandinya, Fay kemudian memakai handuk yang tersedia disana. Namun kali ini ia sangat kebingungan, pasalnya tak satupun pakaian yang ia bawa dari rumahnya itu. "Sekarang bagaimana?" Lirihnya dengan raut wajah yang bingung Fay melihat pakaiannya yang selesai dicuci itu "Aku harus memakai pakaian basah itu?" Gerutunya lagi "Bagaimana ini?" Gerutunya lagi menatapi dirinya di depan cermin yang hanya menggunakan handuk Fay mencoba mencari sesuatu di dalam lemari lemari besar yang berjajar disana. Satu lemari menampilkan deretan jas beragam macam warna dan style kelas atas. "Hah?" Ujarnya membuang nafasnya berat Fay menutup lemari itu, selanjutnya ia membuka satu pintu lemari di sampingnya. Dan disana menunjukan deretan kemeja pria yang didominan warna hitam putih dan abu abu. Fay nampak berpikir sejenak "Dari pada aku tidak memakai baju sehelai pun. Lebih baik aku pakai ini saja" senyumnya di wajah lemah nya itu Fay memilih satu kemeja putih yang ukurannya besar hingga menutup lututnya. Ia menatapi dirinya di cermin sekarang. Entah kenapa hal ini membuatnya tersenyum lucu. "Apa ini? Sekarang aku terlihat aneh" senyum Fay mengembang Tiba tiba saja pintu terbuka menampilkan dua bodyguard dan seseorang di belakang mereka yang tak lain adalah Tiger dengan membawa beberapa bingkisan di tangannya Fay terkejut dan segera menyembunyikan badannya di belakang pintu. Ia kemudian menimbulkan kepalanya. Tiger tersenyum "Kau? Memakai kemeja ku?" Senyumnya jahat dan membuang muka tak habis pikir "Hm. Maaf" lirih Fay menunduk Tiger menatapi kedua bodyguard itu "Get out!" Perintahnya menatapi mereka tajam "Baik" mereka mengangguk dan menutup pintunya Fay begitu gugup karena sekarang dirinya dilihat jelas oleh Tiger. "Lepaskan itu" perintahnya santai kemudian duduk di pinggir tempat tidur dan menyalakan rokoknya "Ta-tapi. Aku tidak punya baju. Baju ku sudah ku cuci" jawabnya dengan lirih masih dengan wajah yang menunduk dan mencoba menarik narik kemeja yang dipakainya itu untuk menutupi tubuhnya Tiger menghembuskan asap rokok dengan kerennya ia kemudian meraih bingkisan yang dibawanya itu lalu melemparkan semuanya ke arah Fay "Pakai salah satu yang kau suka! Sekarang itu semua milikmu" senyum Tiger dengan tatapan jahatnya "Hm" Fay terlihat kebingungan dan pelan pelan meraih bingkisan itu Sorot matanya pelan pelan tertuju pada Tiger. Sorot mata yang penuh ketakutan dengan semua rasa marah yang terpendam di dalamnya. "Cepat cantik! Kau harus mengganti pakaianmu" ujar Tiger masih dengan senyuman jahatnya Fay mengangguk dan berjalan pelan menuju kamar mandi "Hey! Kau mau kemana? Ganti pakaianmu disini" santai Tiger dengan senyuman jahat yang kian merekah "A-apa?" Lirihnya dengan tatapan sendu menatapi Tiger Tiger berdiri dan mendekatinya perlahan. Ia menghisap rokok dan kembali menghembuskannya tepat di wajahnya. Tiger menatapi Fay begitu intens dan penuh ambisi di dalam matanya. "Tu-tuan, aku akan menggantinya di kamar mandi" ujar Fay dengan tatapan mata takut tanpa menatap Tiger Fay mencoba untuk kembali berjalan menuju kamar mandi dengan langkah yang pelan pelan. Namun dengan cepat Tiger menghentikannya dengan menarik tangannya kasar. "Aw" desis Fay kesakitan dengan cengkraman Tiger Tiger menatapi Fay begitu tajam tanpa rasa kasihan sedikit pun "Lakukan apa yang ku perintahkan! Atau aku akan menjualmu ke pria pria kotor" ancamnya dengan setiap kata yang penuh tekanan "Ta-tapi.. kumohon jangan" lirih Fay dengan tatapan takut dengan air mata yang sudah berjatuhan deras Tiger semakin kencang mencengkram tangan atas Fay hingga membuat kemeja yang dipakainya robek dan meninggalkan luka berdarah di tangannya. Darahnya semakin deras turun, namun tatapan Tiger tak berubah sama sekali. Tatapan pembunuh. Fay terlihat begitu sakit "Sa-sakit. Ini sakit. Tolong hentikan" lirihnya dengan lembut "Lakukan sekarang!" Perintah Tiger menatapi Fay seakan bisa membunuh kapan pun juga Fay menunduk, air matanya terus berjatuhan deras dengan rasa sakit di tangan dan didadanya yang kian bertambah. "Apa yang harus kulakukan ayah?" Ujarnya dalam pikiran rumit nya sekarang "Fay! Lakukan!" Teriak Tiger yang sekarang melepaskan tangan kemudian mencengkram wajah Fay kasar Tiba tiba saja pintu terbuka lebar, menampakan sosok seorang pria berbadan kekar bersih kini berdiri menatapi mereka berdua dengan tatapan datar. Tatapan pria itu tertuju pada Fay yang sedang menangis dan menatapinya sekarang. Tiger melepaskan Fay dan kini menatapi rival sejati di hadapannya dengan terkejut. "Joe? Kenapa kau ada disini?" Ujar Tiger terkejut dengan tatapan mata yang semakin tajam ia semakin marah bisa bisanya Joe masuk kesini. Joe masuk perlahan ke dalam kamar itu dan duduk santai di sofa tepat di samping tempat tidur mewah. Joe menatapi Tiger tajam "Ada hal yang ingin ku selesaikan denganmu" ujarnya datar kemudian kembali menatapi Fay "Mengenai apa?" Teriak Tiger kini mendekat ke arah Joe dengan tatapan membunuh Dengan kesempatan itu Fay berusaha berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya disana, juga membasuh luka ditangannya yang cukup dalam. Namun tatapannya masih terkunci pada raut wajah Joe yang terus menerus menatapinya dengan datar. Ini pertama kalinya ia bisa menatap seorang pria dengan durasi waktu yang lama, setelah ayahnya. Pada akhirnya Fay masuk ke dalam kamar mandi. Joe tersenyum ringan pada Tiger "Lihat, sekarang kau tidak jauh berbeda dengan psikopat apalagi dengan darah ditanganmu" ujarnya "Uruslah urusanmu sendiri dan katakan apa yang ingin kau katakan! Waktumu tidak banyak" sinis Tiger
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD