Ario bertanya kepadaku dan disampingnya Luna ikut melihat kearahku.
"Dari luar abis nelpon, kenapa?" Semogaaa dia lupa kalo telponku mati.
"Bukannya lo ngobrol sama Owie tadi?"
"Iya ngobrol sebentar soal besok trus Owie pergi bawa mobil. Gue nggak tau kemana, emang kenapa?" Tanyaku melempengkan muka supaya tidak mengundang curiga.
"Luna nyariin Owie"
"Oowh, telpon aja tanyain dia dimana. Gue masuk dulu ya..capek gue, mau istirahat dulu."
"Begadang sini Cyin..sampe jam dua belas aja," ajak Nandi.
"Nggak kuat gue... ngantuk," jawabku sambil melewati mereka menuju kamar.
"Gue duluan ya."
"Oke, sweet dream ya cyin."
"Pastiiii," jawabku dan berlalu.
Uugh..gara-gara Owie nih aku jadi berbohong, tapi sebenarnya ini lebih baik dari pada aku benar-benar diterkam sama Singa Taman Safari. Tadi aja waktu aku lewat itu Singa udah mengeram kayak lagi lihat daging rusa yang empuk ketika melihatku......hiii...serem ah.
*
More.., more.. more." Begitu teriakan anak kelas XII ketika aku menyelesaikan lagu pertama kami Talking To the Moon.
"Durasi niih.. " ucapku kepada mereka.
Dan sepertinya mereka tidak perduli dan tetap meminta lagu tambahan. Akhirnya panitia mempersilahkan kami menambah satu lagu lagi.
"Oke.. Karena ini acara perpisahan, mungkin juga kalian tidak bisa menemukan duet ini dimanapun nantinya.. Hehe...ini duet eksklusive, belum pernah dengar suara Owie nyanyi kaaan?" Tanyaku ke audience yang otomatis membuat kaum pemuja Owie berteriak histeris sedangkan Owie dengan muka paling imutnya dihiasi senyum malu-malu yang bikin rekan duetnya ikut deg-deg serrrr. hehe.
"Kami akan persembahkan satu lagu lagi ya... nggak boleh nambah lagi. Nanti panitia kelabakan, kalo mau ikut nyanyi yang keras ya suara nyaaaa."
Aku mengangguk kepada Owie. Owie mulai memetik senar gitarnya dengan apik. Kami pun mulai menyanyikan lagu duetnya Glen dan Tulus.
Mungkin mereka takjub dan kaget melihat Owie ikut bernyanyi, dan dalam waktu sekejab mereka ikut menyanyikan lagu tersebut dengan koor bersama kami. Berasa konser besar deh.
Sangking bahagia nya sukses dengan lagu tersebut aku dan Owie mengakhiri penampilan kami dengan pelukan lega yang akhirnya mendapat teriakan histeris lagi dari para penonton, menang banyak nih yang duet. Rasanya aku terbang ke langit yang tinggi dengan pelukan 5 detik itu.
"Makasih Wie..ini pengalaman luar biasa sama kamu ," aku membisikkan kata-kata itu sebelum akhirnya melepas pelukan sesaat itu. Rasanya beda waktu berpelukan sama Owie, kayak ada perasaan gimana ya..bukan sekedar nyaman, tapi ada yang bergetar rasanya di dada.Ah kacau nih.
Begitu kami turun di samping panggung tepatnya diatas kolam renang di villa ini, Luna sudah menunggu Owie dengan tatapan tajam. Aku menyingkir ke arah belakang, menuju ke arah toilet di samping kolam renang.
Aku sengaja berlama lama di dalam Toilet untuk menenangkan perasaanku akibat pelukan spontan 5 detik tadi.
"Jangan-jangan selama latihan kamu main api ya dibelakangku? Pantesan kamu nggak bolehin aku ikut waktu kamu latihan. Belum lagi selalu kamu ajak naik motor kamu si cewek gak jelas itu," aku mendengar suara Luna diluar sana.
Apa dia kata.. Cewek nggak jelassss? Maksudnya Aku kasat mata gituuuu??!
"Apa sih kamu, dia bukan cewek nggak jelas.. namanya Priska, kamu kan tau dia."
"Bodo amat namanya siapa."
"Kamu kenapa sih marah-marah?"
"Harus banget abis nyanyi pake pelukan? Harus banget didepan orang rame? Harga diriku sebagai pacar kamu mau dikemanakan? Aku aja nggak pernah kamu peluk kecuali Aku yang maksa!" Teriak Luna.
"Itu spontan Lun .. kita cuma bahagia karena sukses penampilannya."
"Kamu ada rasa ya sama dia, ngaku!"
"Ya nggak lah. Kamu aja terlalu curiga!"
"Hei..cewek mana yang nggak curiga lihat aksi panggung kalian tadi, jangan-jangan kamu selingkuh sama dia ya?!"
"Sembarangan aja kamu nuduh aku."
"Yakin aku kamu selingkuh sama dia, kelihatan dari mata kamu, kamu nggak bisa bohong. kamu suka kan sama dia? Emang sialan banget tuh perempuan. Awas aja dia!" Nada bicara Luna agak mengancam membuatku sedikit merinding. Aku memutuskan untuk keluar dari toilet supaya mereka bisa menghentikan sejenak pertengkarannya.Siapa tahu jadi adem. Kalau aku apes ya paling tubuhku akan compang camping diterkam Singa.
"Aku nggak pernah suka sama Priska! Kenapa sih kamu pake nuduh begitu, nggak ada kelebihan apa-apanya dia pake kamu tuduh aku ada affair sama Priska! pake akal sehat kamu sebelum menyangka yang nggak-nggak, bukan asal keluar aja dari mulut kamu itu! capek tau ngga!" teriak Owie marah persis dihadapanku dan posisi nya sedang membelakangiku.
Luna yang berdiri di depan Owie dan dapat melihat kehadiranku tampak tersenyum manis yang dibalut kepalsuan.
"Lo udah dengerkan apa kata cowok gue? Jadi jangan pernah mimpi ngerebut dia dari gue,l" ucapan Luna sukses membuat Owie melihat kebelakang dan kami saling berhadapan.
"Pendengaran gue masih baik kok Lun, nggak usah diperjelas lagi, Kan Owie udah bilang nggak pernah suka sama gue ... lagian gue juga bukan perebut pacar orang, harusnya lo merasa aman sekarang. Maaf kalo lo salah ngerti selama ini, gue sama Owie cuma bersama saat latihan, ini lah hasil kerja keras kami sebulan lebih selama ini," ucapku sambil tersenyum tulus tanpa beban.
"Thanks anyway untuk latihan-latihan kita selama ini Wie...sorry udah bikin kamu dapat masalah sama Luna. Aku harap setelah ini kalian akan baik-baik aja," lanjut ku masih dengan senyuman yang sama dan berlalu dari hadapan mereka. Tahan...tahaaan Priskaaa...sakit banget rasanya, perih ya Allah...perihh. Masih terngiang jelas ditelingaku yang langsung menembus jantung dan hatiku."Aku nggak pernah suka sama Priska! Kenapa sih kamu pake nuduh begitu, nggak ada kelebihan apa-apanya dia pake kamu tuduh Aku ada affair sama Priska! pake akal sehat kamu sebelum menyangka yang nggak-nggak, bukan asal keluar aja dari mulut kamu itu! capek tau ngga."
'Aku nggak pernah suka sama Priska'
'Aku nggak pernah suka sama Priska'
Aku terduduk dalam diam diatas kasur tempat tidurku semalam. Perlahan menetes airmataku yang ntah bagaimana bisa turun tanpa bisa aku tahan. Kok sakit banget ya rasanya. Seharusnya aku sudah tahu resiko seperti ini. Tapi yang tidak aku duga adalah Owie yang mengatakan hal itu, Owie yang menghancurkan hatiku, Owie yang memberikan badai dan memporak porandakan kebahagiaanku. Aku pikir Luna yang akan melakukannya...ternyata aku salah!
Di luar masih terdengar suara musik yang mengiringi atraksi panggung ntah siapa. Aku sudah tidak bisa berfikir lagi.
Aku mengirimkan wa ke Wendy agar dia menghampiriku di kamar. Tadi Wendy sempat memoles wajah di kamar ini, jadi dia tahu persis lokasinya dimana.
Aku mengemasi barang-barangku dengan cepat dan ingin segera pergi dari tempat ini. Aku tidak sanggup kalo terus bertahan di sini.
Wendy datang dan melihat keadaanku.
"Lo kenapa? ada masalah?"
"Wen..bawa gue pulang sekarang...Please Wen, gue udah nggak sanggup...please bawa gue pulang" Aku menangis sesugukan dalam pelukan Wendy.
"Oke..oke..barang lo udah siap? ayo kita pulang" ajak Wendy yang tidak bertanya apa-apa lagi alasan kenapa mendadak aku minta pulang.
"Udah siap" jawabku.
Wendy menelpon supir nya yang bernama Pak Rano.
"Halo ... pak siap-siap didepan ya. Saya mau pulang sekarang," ucap Wendy.
Dengan sangat cepat kami meninggalkan kamar yang kutempati melalu jalur samping berlawanan dari tempat acara. Tidak ada yang akan menyadari kepergian kami.
Akhirnya kami bisa meninggalkan Villa dengan aman tanpa kendala. Aku bersumpah tidak akan mau lagi menginjakkan kaki disini selamanya.
Tidak ada pembicaraan selama perjalanan kami pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku hanya melihat pemandangan selama perjalanan di balik kaca jendela mobil. Pikiran ku entah kemana, yang aku ingat hanya 'aku nggak pernah suka sama Priska'. Ah jahat banget kamu Wie. Setidaknya tidak usah bilang begitu kalo kamu nggak suka sama aku, lebih baik diam dan pergi menjauh mungkin itu tidak akan menyakitiku sedalam ini.
"Lo mau ke rumah gue atau pulang?" Wendy memutus lamunanku. Mungkin dia melihat airmata mulai menetes lagi di pipiku.
"Gue mau pulang aja Wen," jawabku dengan suara serak khas suara habis menangis.
"Yakin lo nggak mau gue temenin?"
Aku menjawab dengan gelengan.
"Yaudah gue antar lo pulang. tapi lap lunturan make up lo kalo nggak mau bikin nyokap nanya-nanya. ntar dikira lo nggak sukses nyanyinya."
"Nyokap lagi acara kawinan, pulang jam sepuluhan kali. nanti gw bersihin muka di rumah aja" aku yakin Wendy sedang menahan diri untuk tidak bertanya karena melihat keadaanku sekarang.
"Beneran ini nggak mau gue temenin" Wendy masih bertanya hal yng sama.
"Nggak...sekarang gue butuh sendiri"
"Jangan aneh-aneh ya..mandi trus sholat biar lo tenang dan langsung tidur ya.Gue nggak tau persoalan lo apa, tapi gue yakin lo bisa lewatin. Nanti kalo lo udah enakan bisa cerita sama gue. Kalo nanti lo butuh ngobrol, telpon aja gue jam berapapun".ucap Wendy ketika mobilnya sudah sampai di depan pagar rumahku.
"Iya...makasih ya Wen..I owe you " aku memeluk Wendy sebentar dan bersiap turun.
"Makasih Pak Rano."
"Ya mbak Priska"
Aku melambaikan tangan ketika sudah masuk pagar dan mobil Wendy berlalu.
Aku membuka pintu rumah yang sepi dan langsung masuk ke kamarku dan mengunci nya. Menghempaskan badan di atas kasur single ku yang nyaman. Melepaskan segala penat di hati.
Ternyata puncak kebahagiaanku hanya sampai di panggung tadi. Panggung yang gemerlap. Astaga...sangat memalukan ketika aku memeluk Owie tadi, aku seperti cewek murahan yang main nyosor aja...aku pikir Owie akan bahagia..ternyata cuma aku yang bahagia, kasihan ya.
Aku mulai melepaskan satu persatu pakaianku dan masuk ke kamar mandi, berdiri dibawah shower yang menyiram dari rambut hingga ujung kaki dan berharap semua rasa sakit akan ikut luruh bersama aliran air yang berlalu menuju saluran pembuangan.
"Aku nggak pernah suka sama Priska"
Ya...kamu nggak pernah suka sama Aku. Kamu nggak pernah suka sama Aku...Kamu nggak pernah suka sama Aku...
Aku meremas rambutku kencang dan kembali menangis..kali ini Aku mengeluarkan tangisku sekuat kuat nya...Aku lepaskan semua beban di d**a. Malu, kecewa, dan sakit hati yang tak terkira...perihhhh. Ini bukan karena aku nekat jalan dan punya perasaan kepada pacar orang, tapi ini karena dia tidak pernah suka aku, kenapa aku harus mengartikan salah setiap kebaikannya...Kenapaa...kenapa aku harus ge er saat dia memperhatikan atau peduli padakuuu padahal memang dia cuma seorang lelaki yang baik..bukan karena dia suka padaku...,Kamu bodoh Priska..kamu bodoh!!! Hati kecilku menjerit kesal.
Aku terkulai lemah masih di bawah guyuran shower. Aku bahkan tidak punya tenaga buat menangis lagi. Aku terlalu lelah dengan semua ini. Aku terdiam sesaat dan berdiri lagi ketika sudah merasa ada kekuatan.
setelah berwudhu aku matikan aliran air yang menyiram tubuhku. Aku sudah merasa kedinginan.Cepat ku raih handuk sebelum Aku pingsan karena lelah dan dingin.
Aku tidak mau membuat mama ku cemas kalau tahu aku begini. Aku langsung masuk ke dalam bed cover tebalku untuk menetralkan suhu tubuhku yang mendingin dan gemetar. Setelah di rasa cukup hangat, Aku segera memakai baju dan melaksanakan sholat.
Aku butuh ketenangan dan tempat mengadu yang tepat.
Aku teringat belum mengabarkan mama bahwa aku sudah pulang.
Aku mencari hapeku didalam tas. Ternyata sejak acara tadi sore hapeku dalam keadaan silent. Aku lihat ada banyak Misscall dari Owie, Nandi dan Wendy.
Aku lihat ada Voice note dari Owie, lalu aku memutarnya.
"Pris...Maafin aku...Aku tidak bermaksud mengatakan yang tadi aku bilang didepan Luna. Kamu salah mengerti Pris...Kamu dimana? Jawab telponku Pris, Please. Aku harus jelasin sesuatu sama kamu"
Aku mendengar suara Owie melemah.Air mata ku meleleh lagi. Apalagi yang mau dia jelaskan padahal sudah jelas dengan suara lantang dia mengatakan itu. Lagian siapa aku? Bukan siapa-siapa kan...tadi dia bilang aku nggak ada kelebihan apa-apanya, jelas aja kalo dibanding Luna. Memang iya..aku nggak ada apa-apanya...cantik nggak, keren nggak, Kaya juga nggak. Terkenal? haha..mimpi!
Lalu aku membuka pesan Nandi,
Seus Nandia
Cyin...kemana siihh..di panggil nyenyong lagi niih. kok yeay menghilang.
Cyyiiin...ih kesel. Owie juga nyariin nih.
Fix Lo bukan Raisa...iihh dimana siih?
Aku tertawa sambil berurai airmata melihat chat Nandi.
Seus Nandia
Demi apa Lo udah pulang?? Gue barusan telpon Wendy. kenapaaa? Heiiii..jawab telpon gue atau gue marah nih!
Aku membalas chat Nandi.
Me
Gue capek, kurang lezat bodi gue cong..maafkeun Raisa pulang duluan ya. Urusan pelunasan honor tolong bicarakan sama manager gue aja ya.
Seus Nandia
Kampret emang Raisa setengah mateng masih ngomongin honor. GWS Cyiiinn...perlu gue besuk?
Me
Doakan secara goib aja ya, insyaAllah sampe.
Seus Nandia
Iya gue doa in. btw Owie nyariin lo, gue bilang apa?
Me
Nggak usah bilang apa-apa..kan cuma nyari buat nyanyi...bukan kehilangan.
Seus Nandia
Yang kehilangan itu biasanya Induk Ayam Cyin...
Me
Gitu ya..kalo gitu gak usah bilang apa-apa juga karena gue bukan Aayam Cong. Lagian udah nggak penting, tugas udah selesaiii. Selamat happy-happy ya Bestiiie...DJ Ario pasti keren tuh after Party nya. Gue mau bobok syantik dulu mimpiin joget-joget sama lo ya.
Seus Nandia
Oke Cyiin..selamat istirahat yaa.Besok gue call Lo.
Aku menyudahi obrolan dengan Nandi. dan segera mengirimkan WA ke mama.
Me
Ma..aku udah pulang. lebih cepat karena Wendy mau di pake mobilnya. Tapi penampilan sukses ma..pada histeris..pada suka..alhamdulillah. Kalo mama pulang mungkin aku udah tidur, capek banget ma. bye ma.
Baru saja Aku mau meletakkan hape di nakas, tiba-tiba benda pipih ini bergetar. Nama Owie tertera disana.
Aku hanya terdiam, tidak tau harus menerima atau mereject panggilan ini.
Mau ngapain sih dia menelpon aku lagi, apa tadi kurang cetar ya? mau ditambahin lagi?.
Aku memutuskan tidak menjawab telponnya. Suara ku bindeng dan sedikit serak akan terdengar menyedihkan kalo aku menjawab sekarang karena itu akan melengkapi penderitaaanku sebagai orang yang payah dan patut di kasihani.Begini akhir kisah mencintainya dalam diamku yang singkat dan tragis, cinta yang bertepuk sebelah tangan. Diterbangkan menembus Angkasa menuju Bulan dan di hempaskan hingga tidak ada partikel tersisa layaknya debu.