Merancang Rencana

1897 Words
"Kalian bisa saja saling jatuh cinta, Rey,” sahut Alan seraya mengunyah isi mulutnya bersemangat. Kini mereka sedang makan bertiga di kantin sekolah, tak lupa disebutkan Johan juga. “Enak saja kau bicara. Bagaimana mungkin aku suka dengan gadis kecil begitu? Seragamnya saja masih putih-biru,” balas Reyhan setelah melempar tisu bekasnya pada Alan. “Cinta itu tak kenal umur, Bodoh. Benar, kan, Johan?” Alan menoleh pada Johan yang kini tampak mengunyah isi mulutnya lesu. “Johan? Kau kenapa diam saja sejak tadi?” tanya Alan lagi. “Siapa kira-kira Pria itu ...?” tanya Johan nyaris berbisik dengan pandangan lurus yang sendu. Entah mengapa, tapi sungguh ... Reyhan jadi tidak suka kebiasaan galau Johan yang belakangan ini terlalu sering terjadi. Ia muak. “Johan?” panggilnya datar. Johan tampak menggeleng kemudian menyuapkan makanan ke mulutnya lagi. “Jangan menyembunyikan apa-apa,” sambung Reyhan lagi. Johan menarik napas panjang kemudian meraih tisu lalu mengelapkan pada setiap sudut bibirnya. “Pria yang hari itu kaudapati bergandengan tangan dengan Hale, aku melihatnya lagi hari ini," jelasnya tak bersemangat. “Apa? Di mana?” tanya Reyhan cepat. “Dia mengantar Hale ke sekolah pagi ini,” balas Johan lagi. Alan mencibir. “Pantas saja kau bergabung makan di sini,” sindirnya. Johan menoleh seraya melempar tatapan kesal. “Aku pusing, Alan! Kau tak akan mengerti bagaimana perasaanku sekarang,” ujarnya terdengar frustrasi. “Tanyakan baik-baik dulu saja,” sahut Reyhan akhirnya. Setelah menyaksikan Johan mengangguk mengerti, ia membuang napas berat sembari mulai menikmati makanannya lagi. Reyhan sungguh tidak percaya jika jatuh cinta sampai bisa membuat Johan semurung itu. ▪▪▪ Malam ini, Reyhan dan Alan tampak berada di dalam mobil yang tengah melaju menuju sebuah kelab langganan mereka, termasuk Johan. Saat datang ke apartemennya dan tak mendapati pria itu di sana, keduanya langsung mendapat feeling buruk. Johan sedang tidak dalam keadaan baik, setidaknya begitu. Setelah mobil mentok berhenti, keduanya kembali bergegas turun bersamaan dan langsung berlari masuk ke kelab. Jika berencana datang ke tempat penuh godaan itu dengan tujuan mencari hiburan, maka Johan tidak akan mau pergi jika tanpa Alan dan Reyhan. Terkecuali saat sedang kalut dan kacau. Pria itu akan pergi sendirian saja, bahkan sampai tidak memberi kabar sedikit pun. Bugh! “Apa sebenarnya masalahmu?! Huh?! Mengapa tidak berbagi dulu, s****n?!” Johan terbatuk-batuk keras gara-gara pukulan Alan yang langsung menghantam saat ia sedang sibuk-sibuknya meneguk minuman. “KAU MEMBUATKU TERSEDAK, BODOH!” teriaknya penuh amarah. Melihat itu, raut emosi Alan seketika memudar. Johan itu Pria ceria yang sangat sulit menampakkan amarah. Jadi jika sudah begini, maka ... masalahnya pasti memang sangat serius. “Maafkan aku, Sayang. Aku terbawa emosi,” kekehnya tanpa dosa. Sementara Reyhan, ia kini sibuk mengusap punggung Johan agar batuk Pria itu bisa lebih mereda. “Sudah lebih baik?” tanyanya kemudian. Di sisa-sisa batuknya, Johan mengangguk pelan. Setelah itu, Alan dan Reyhan pun bergegas memapah tubuhnya menjauh dari meja bartender, kemudian berakhir di sebuah sofa sudut yang berjarak cukup jauh dari manusia-manusia berjoget. “Jadi ... apa masalahmu?” Reyhan buka bicara saat mereka bertiga sudah saling terduduk. Tapi, Johan tetap bungkam dengan tatapan lurusnya yang tak berisi. Dan itu ... sungguh, demi rambut keriting Indomie-nya Gabbie, Alan benar-benar gemas hendak meninju Pria itu lagi agar penjelasan bisa segera terlontar dari bibirnya. “Johan?” Reyhan kembali bersuara, tapi ... masih sama. “Johan?!” Reyhan masih berusaha bersabar, tapi ... masih tetap sa- “JAWAB, JOHAN BRENG-" “Pria tadi pagi itu adalah tunangannya Hale.” Dan Johan langsung berhambur memukuli d**a Alan sekuat tenaga. Bukannya protes, Alan malah membebaskan Johan memukulinya, bahkan langsung menarik dan mendekap Pria itu erat-erat. Sementara Reyhan, ia hanya memandangi. Entah mengapa, tapi ... kedua Pria ini memang kadang bisa bersikap seperti pasangan gay dengan sangat naturalnya. “Aku ingin membenci Hale karena sudah menjahatiku, tapi ....” Johan menarik tubuhnya kasar dari dekapan Alan. “Tapi tidak bisa, Alan, Rey. Aku sudah terlalu mencintainya sejauh ini!” lanjutnya sembari meremas kepala frustrasi. Reyhan berdecak muak. “Berhenti mengejarnya. Kau sudah terlalu membuang waktu dan menyiksa diri.” Mendengar itu, Alan dan Johan sontak menoleh bersamaan. “Rey?! Jangan membuatku semakin frustra-" “Sadar, Johan! Halsey itu tidak pantas dikejar! Jangan membuang waktumu! Jangan membuat harga dirimu sebagai seorang Pria menjadi rendah! Masih banyak gadis yang lebih bahkan bisa menghargaimu daripada-" “Cukup, Rey! Jangan melanjutkan omonganmu lagi!” potong Alan berteriak. Ia tidak terima jika Johan disebut merendahkan harga dirinya sebagai seorang Pria. Itu tidak benar. Pria memang sudah kodratnya mengejar! “Lalu apa?! Huh?! Kau mau bilang agar Johan berjuang lebih keras, begitu?!” Reyhan balas berteriak, kemudian terkekeh sarkas setelahnya. “Jangan gila, Alan! Gunakan otakmu dengan ben-" “Aku punya ide.” Alan melirik Reyhan dan Johan secara bergantian. “Apa?” tanya Johan cepat. Pertama, Alan berdehem sembari menarik napas banyak-banyak. “Jika aku meminta kalian berpikir lagi, kira-kira ... masuk akal, tidak, jika gadis seperti Hale itu bisa sudi bertunangan di usia remaja?” tanyanya serius. Johan dan Reyhan tak memberi sahutan. Kedua Pria itu masih tampak diam menunggu Alan lanjut bicara. “Ck! Jawab, Bod-" “Tidak tahu,” sahut Johan dan Reyhan bersamaan. “Tidak, Bodoh! Pertama, ingat dulu bagaimana keluarga Hale. Tidak mungkin, kan?! Mereka tidak mungkin setuju jika Hale bertunangan saat statusnya saja masih sebagai pelajar!” Alan berteriak gemas. “Kedua, ingat juga mengenai Hale. Gadis itu keras kepala! Tidak tersentuh! Susah diluluhkan!” “Kau saja ....” Alan menyempatkan untuk meneguk ludah dulu. “Ia bahkan belum luluh dan jatuh cinta meski perjuanganmu tidak bisa dikatakan sebentar! Kalaupun sampai jatuh cinta, aku tetap tidak akan percaya jika Hale mau bertunangan di usia remaja. Apalagi jika mengingat kualitas dirinya yang genius,” lanjut Alan lagi. Reyhan mendesah. “Jadi maksudmu ... Halsey hanya berbohong? Iya?!” “Dengar, Alan, Johan! Jika Halsey serius berbohong mengenai itu, berarti sudah jelas, kan, jika ia ingin Johan berhenti mengejar saja?! Kau tidak diinginkan olehnya, Johan! Dia tidak mengi-" “Justru itu, Rey! Manusia-manusia berhati keras seperti Hale itu hanya perlu dibuat menyesal! Bisa saja, kan, setelah Johan menjauhinya, ia baru sadar jika sudah jatuh cinta?!” potong Alan tidak mau kalah. Menyaksikan perdebatan keduanya, Johan mendesah. Jika dipikir-pikir, ucapan Reyhan memang benar. Ia memang seharusnya berhenti mengejar saja, dan kembali menjalani hidup seperti sebelum-sebelumnya. Tapi jika dipikir-pikir lagi ..., persepsi Alan juga tidak kalah benarnya. Halsey tidak mungkin bertunangan di usia remaja, dan dibuat menyesal mungkin juga jalan satu-satunya agar perasaan gadis itu padanya bisa terpecahkan. Dilema s****n macam apa sebenarnya semua ini?! “Maksudku ..., kita hanya perlu mencari tahu soal perasaan Hale pada Johan. Gadis itu cinta pertamanya, Rey! Jika harus mempertimbangkan dengan logika, aku juga sangat setuju jika Johan berhenti mengejar saja!” Alan kembali menjelaskan. “Tapi ..., lihatlah! Terlalu tragis jika cinta pertama s****n ini hanya berujung dengan jatuh sendirian. Aku tidak akan terima!” lanjutnya lagi. Reyhan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia juga berpikir sama, hanya saja ... bagaimana jika Halsey benar-benar tidak punya perasaan lebih? Pada akhirnya, Johan pasti akan semakin gila saja gara-gara galau. “Jika kita sudah berhasil tahu soal perasaan Hale, maka ..., permasalahan selesai. Kalau sebenarnya juga cinta, berarti Johan berhak memperjuangkan lagi. Tapi jika sebaliknya ....” Alan berpindah melirik Johan. “Kau memang harus berdamai dengan kenyataan saja. Siapa suruh berani jatuh cinta? Itulah mengapa aku selalu tidak sudi,” lanjutnya sembari meraih gelas dan meneguk isinya. Akhirnya, Reyhan mengangguk setuju. “Jadi ... apa rencanamu?” Alan berdehem. “Kau harus cari gadis lain untuk dimanfaatkan. Kita bisa mencoba membuat Hale cemburu dulu jika memang bisa,” balasnya. “Tapi ..., Hale itu sulit dibaca, Alan. Dia hebat menutupi perasaan dengan wajah datarnya,” sahut Johan juga. “Kauingat di rooftop hari itu, kan? Meski sudah malu setengah mati, tetap saja ia bisa mengendalikan raut wajah,” lanjutnya lagi. Alan dan Reyhan saling melirik. “Benar juga, sih, tapi ... kita coba dulu saja. Yang penting kau bisa diajak kerja sama agar misi ini berhasil,” balas Alan. Johan langsung dramatis. “Katakan dulu apa saja yang harus kulakukan! Jangan terlalu berat, ya. Aku tidak mungkin sanggup!” Alan berdehem. “Pertama, kau harus bisa bersikap biasa saja pada Hale. Jangan menyapa lagi, apalagi sampai mendatanginya di kelas dan bersikap manja menjijikkan seperti bia- menjauh, Bodoh! Jangan gila-" “Sayang?! Itu terlalu berat ...! Aku mana sanggup tidak menyapa Hale?! Huh?!” rengek Johan sembari menarik-narik kerah baju Alan. “Tidak, Alan. Kau bilang biasa saja, kan? Berarti, Johan cukup memperlakukan Halsey seperti gadis-gadis biasa saja. Melempar senyum, atau mungkin menyapa seperti saat sedang menebar peso- HEY, BODOH?! Kau membuatku geli!” Meski kepalanya baru saja ditoyor oleh Reyhan, Johan tetap saja betah tersenyum lebar saking terharunya. “Aku menyayangimu, Rey. Aku menya-" “Jadi hanya Rey? Aku tidak?! Cih!” Alan memotong dengan nada sebal. “Kalau bukan aku yang bersikukuh, dia mungkin tidak akan mau tahu dan semakin memaksamu saja agar berhenti menge-" “Ya, ampun, Sayangku ...! Jangan cemburu begi-“ “Kalian bisa menunda kegilaan itu dulu, tidak, sih?! Setidaknya setelah rencana disusun dulu! Aku jijik!” teriak Reyhan benar-benar tidak tahan lagi. Alan dan Johan sontak terkekeh. “Ekhem, baiklah. Ayo, lanjut,” balas Alan sembari memasang tampang serius. “Tadi sampai di mana?” tanya Reyhan kemudian. Johan tampak berpikir. “Eum ... aku bisa melempar senyum bahkan menyapa Hale-ku seperti gadis-gadis bia-" “Oke. Jadi ..., setelah kau bersikap biasa saja atau mungkin menyapanya, maka kita hanya perlu mengikuti Halsey. Dia lebih sering ke taman, kan? Sendirian, kan?” Reyhan menatap Johan dan Alan yang langsung mengangguk bersamaan. “Beberapa orang kadang mengeluarkan bentuk kekecewaan atau kekesalan saat sedang sendirian, termasuk manusia sespesies Halsey. Nah, setelah itu, kita akan mulai menyimpulkan!” Alan dan Johan langsung manggut-manggut selepas penuturan Reyhan. “Tapi ... bagaimana jika reaksi Hale hanya biasa saja?” tanya Johan kemudian. “Berarti seles-" “Tidak! Kita harus menetapkan batas waktu misi ini dianggap selesai!” Alan lagi-lagi memotong ucapan Reyhan. “Eum ... bagaimana jika satu ming-" PLAK! “TUTUP MULUTMU, s****n! Itu terlalu lama! Aku tidak akan mungkin sang-" PLAK! PLAK! PLAK! “LALU APA MAUMU?! HUH?! MASIH UNTUNG, YA, AKU MAU MEMBANTUMU!” Reyhan mendesah menyaksikan kedua Pria tadi sudah dalam posisi berdiri dan siap baku hantam lagi. Lihat, kan? “Tapi ... itu terlalu lama, Sayang ...!” balas Johan lemah sembari kembali terduduk di kursinya. “Aku perlu negosiasi ...!” lanjutnya lagi. “5 hari,” putus Reyhan mantap. Ekspresi Johan langsung berubah tak terima. “Rey?! Itu terla-" “5 hari, ATAU TIDAK SAMA SEKALI?! HUH?!” Alan ikut memotong. “Tap-" “ATAU TERSERAHMU, JOHAN! TERSERAH! Terserah kau ingin menurut, ATAU TETAP MEM-BUCINI HALSEY SAMPAI KAU TUA SEKALIAN!” Dan Reyhan juga Alan langsung bergegas keluar dari kelab, tanpa mau mendengar balasan dari mulut bau Johan lagi. Johan termenung. ‘Mem-bucini Halsey sampai kau tua sekalian!’. “Baiklah. Demi cinta pertama, aku akan rela menahan hasrat untuk bermanja-manja,” putusnya pasrah, sembari langsung bergegas dan menyusul Reyhan juga Alan. “Hey?! Tunggu aku, s****n!” teriaknya. Alan dan Reyhan berbalik bersamaan. “Jadi bagaimana?” Johan lagi-lagi mendesah. “Hm. Aku akan menurut.” “Baiklah. Mulai sekarang, berhenti mengirimkannya pesan selamat malam, dan masuk kembali lalu bayarkan minuman kami.” ❀❀❀
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD