"Aku enggak ngerti dengan laki laki gila itu. Kenapa dia tiba tiba memindahkan aku ke cabang lain? aku enggak tahu salah ku dimana?" Aku hanya bisa mendengarkan curhatannya Ervan, ketika laki laki itu datang ke ruanganku. Dan ini sungguh membuatku merasa sangat bersalah padanya. Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi ini, karena Ervan tidak salah apa apa dalam hal ini. Dan yang paling penting adalah aku, ini tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Ervan, bahwa Asegap adalah suamiku, dan karena itu lah Asegap berbuat gila padanya. Aku justru bertanya tanya, kenapa Asegap melakukan ini. karena yang aku tahu, laki laki itu tidak lah mencintaiku. Ego nya terlalu tinggi sehingga ia melarangku ini itu. "Aku minta maaf, untuk sepatu kamu, pan." uajrku pada Ervan. "Ok, enggak apa apa."