Perempuan Lain.

1033 Words
"Karena kamu adalah seorang gadis yang masih suci. Maka mansion ini aku berikan padamu. Aku juga akan memberikan mu satu mobil." Pagi ini aku baru saja selesai mandi. Dan semalam kami memang melakukan hubungan suami istri, untuk ku ini adalah yang pertama kalinya. Asegap menyaksikan sendiri bukti bahwa aku adalah seorang gadis yang masih suci. "Mobil apa yang kamu mau?" pertanyaan Asegap untuk kedua kalinya membuatku mengerjap. Aku bahkan tidak tahu mobil apa yang aku inginkan. Karena memikirkan aku mempunyai mansion ini saja, aku sudah bingung. "A-aku enggak tahu." jawabku gugup. Dia menatapku untuk beberapa saat. Laki laki itu masih memakai handuk di lilitkan ke pinggang. Dan aku sangat malu melihat d**a bidangnya, yang semalam begitu dekat dan menempel padaku. Dia gagah sekali dan luar biasa sekali memporak porandakan kesucianku bagaikan singa yang sedang mengoyak musuhnya. Dan aku mungkin sudah mati masuk ke dalam pesonanya. Aku tidak yakin bisa meneruskan pernikahan kontrak ini, kalau dia sering menyetuhku. Aku bisa gila! "Kamu bilang pada tristan, nanti. Karena aku harus pergi pagi ini!" tegasnya. "Ba-baik." aku adalah perempuan yang telah ia beli. Aku harus patuh dan tetap menunduk dan menerima apapun yang akan dia lakukan. "Aku akan pergi selama seminggu ke SG. Akan aku kabari kapan aku pulang. Dan pastikan kamu selalu siap untuku!" tentu saja. Aku akan selalu siap untuknya ketika ia kembali. "Uang sudah aku tranfer ke rekening mu. Itu mungkin cukup untuk satu bulan. Kalau tidak, kamu minta sama tristan. Dia akan memberikannya padamu." ku lihat ponselku, uang satu milyar sudah masuk ke dalam rekeningku. Aku mengerjap karena ini luar biasa sekali. Bagaimana bisa dia menghambur hamburkan uang sebanyak itu, untuku. Untuk pernikahan kontrak ini. "Kenapa? apa kurang?" dia bertanya padaku. Yang aku tanggapi dengan sebuah anggukan cepat. "Kurang?" dia bertanya lagi, karena gugup, aku menggeleng cepat. Akhirnya kepalaku jadi mengangguk dan menggeleng. Membuat laki laki itu terdiam menatapku dalam selama beberapa saat. "Aneh!" gumamnya. Dia membuka lemari besar dan mengambil kemeja miliknya. "Kamu mau makan apa pagi ini? kamu langsung bilang ke tristan." ujarnya lagi. "Apakah aku boleh ke dapur? aku ma--" "Kamu hanya melayaniku. Dapur bukan teritory mu. Bilang saja apapun yang kamu inginkan!" dia aneh sekali. Katanya aku pemilik mansion ini. Tapi kenapa aku dilarang masuk dapur. "Iya." Aku ingin sekali membuat makanan kesukaan ku. "Baiklah. Ada yang ingin kamu tanyakan lagi?" Aku menggeleng. Aku tidak memiliki pertanyaan lagi, selain miliku sakit sekali karena ia koyak tanpa henti. Aku bahkan bingung bagaimana caranya berjalan. Karena saat mandi pun dia yang menggendong dan memandikan ku. Dia gila! "Aku harus pergi sekarang!" ia pun meninggalkan ku di dalam kamar mewah ini, membuatku merasa sepi dan hening. Entahlah akan bagaimana jadinya pernikahan ini. Tapi yang jelas, aku akan mengumpulkan uang itu dan membuat sebuah usaha yang bisa dikelola oleh ayahku. Aku sepertinya lelah sekali. Sehingga badan ini malas bergerak. Memilih kembali tidur dengan piyama yang masih aku kenakan. Entah berapa menit aku tidur. Ketika ada seseorang yang memanggil namaku. "Nona! ayo bangun! tuan menyuruhku untuk mengajak Nona ke ruang jim!" aku tahu itu suaranya Tristan. Ah, kenapa aku harus ke jim? bahkan tubuhku masih saja terasa sakit. "Iya." dengan malas aku terbangun. Dan merasakan sesuatu amat menyakitkan. "Tristan! hari ini aku lemes banget. Boleh kah ke jimnya besok saja?" pintaku. "Mmm nanti aku coba tanya tuan ya." Ah, dia begitu penurut. Aku lelah aja, sampai harus laporan dulu. Tidak tahukah kalau aku benar benar kesakitan akibat ulah tuannya itu? Ku tunggu selama dua menit, "Nona, kata tuan boleh. Besok nona ke sudah mulai jim. Apakah nona sudah makan?" "Belum Tristan. Aku--" "Nona mau makan apa?" di panik sekali. "Aku mau nasi saja." "Tidak nona! tuan hanya mengijinkan nona makan pagi itu sayuran buah dan roti. Nasi hanya ada untuk makan siang saja, itu juga porsinya sedikit sekali. Lalu malam, nona hanya boleh makan spageti, daging dan sayutlr." apa katanya! aku tidak boleh sarapan nasi? peraturan macam apa ini? "Bagaimana nona?" rasanya seperti neraka. "Baiklah." apa saja yang penting aku makan Kalau aku enggak makan, aku bisa pingsan hari ini. "Kalau gitu, Nona cepat siap siap, karena makanan akan siap. Nona mau makan di mana? di taman belakang atau di dapur." "Taman belakang." jawabku. "Baiklah. Kalau begitu, saya permisi." sepertinya Tristan sudah pergi dari balik pintu itu. Karena aku enggak lagi mendengar suaranya. Segera aku turun dengan perlahan, lalu membuka lemari besar berwarna putih gading untuk mencari bajuku. Dan benar saja di sana ada banyak baju perempuan yang tersedia. Semuanya dress dan sangat indah sekali. Aku mematung di depan lemari itu, menentukan dress mana yang akan aku pakai, dan sayangnya aku tidak menemukan baju daster. Dan memang tidak ada daster di dalam lemari besar itu. Ah, bodohnya aku. Mana mungkin tuan Asegap meletakan daster di sana. Mungkin nanti aku akan membeli daster saja. Karena selain harganya lebih murah. Daster juga sangat nyaman dikenakan di rumah. Keluar dengan dress berwarna putih tulang. Aku disambut Tristan dan mengajaku ke taman. "Maaf boleh tanya enggak? hari ini pak Asegap pergi ke mana ya?" aku sangat penasaran karena laki laki itu begitu tampan dan menawan sebelum meninggalkan mansion. "Apa tuan tidak bilang pada Nona?" tanya Tristan. "Enggak. " jawabku. "Mmm sebenarnya saya enggak boleh bocorkan ini ke nona. Tapi karena kita ini teman. Aku akan mengatakannya pada Nona, dengan syarat nona tidak boleh mengatakan pada siapapun." "Iya. Kamu bisa pegang omongan ku." Memangnya aku akan mengatakannya pada siapa. Di sini tidak ada satu pun orang yang bisa aku percaya dan tidak ada yang akrab dengan ku. Mungkin hanya tembok dan bunga bunga yang ada di taman itu yang menjadi teman ku. "Baiklah, nona. Aku akan katakan kalau tuan sebenarnya memiliki seoranh pacar. Dia seorang model terkenal dan tuang sangat mencintainya!" Oh, kenapa hati ini perih sekali. "Oh," "Nona baik baik saja?" perempuan mana yang baik baik saja ketika tahu suaminya pergi menemui perempuan lain, setelah laki laki itu mengoyak habis habisan kesuciannya. "Iya." "Baiklah. Tuan akan berada di mansionnya Angelika selama seminggu. Apa nona sudah tahu?" "Iya." tapi dia enggak bilang, kalau ia mau pergi ke mansionnya angelika.Tapi kenapa? "Apakah pak Asegap akan menikahi angelika?" Tristan terdiam selama beberapa saat. "Saya tidak tahu. Tapi tuan sangat mencintainya!" Dan aku memilih terdiam dengan ulu hatiku yang terasa ngilu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD