"Jauhi minyak! jangan makan berlebihan! jangan terima apapun dari orang lain! aku enggak suka istriku menerima barang dari orang lain. Dan bla bla!"
Karena aku sedang kesal, akhirnya aku ngomel sendirian di taman belakang. Asegap itu menurutku sangat keterlaluan. Aku sungguh benci pada laki laki yang berkuasa itu.
Dia mengaturku enggak boleh ini itu. Sementara saat ini dia tidak ada di mansion. Dia pergi menemui perempuan itu. Perempuan yang selalu membuat Asegap sibuk melayaninya ini itu. Kadang aku sungguh kesal pada perempuan itu. Tapi ya sudah lah, namanya juga pernikahan kontrak. Aku memang harus tahu diri dan enggak boleh ngeluh.
"Nona, ada telpon dari tuan!"
Tristan memberikan ponselnya. Aku memang meletakan ponselku di kamar. Lagian ke taman untuk apa harus membawa ponsel segala.
"Halo ..."
Aku mulai menyapanya. Dia terdengar berdeham sebelum memulai pembicaraan. Aku enggak tahu kenapa. Mungkin dia habis nelen biji kedongdong, aku sungguh tidak peduli.
"Enggak bawa ponsel?"
Cih, untuk apa ke taman harus bawa bawa ponsel. "Aku lagi di taman." meski kesal, mana bisa aku jutek padanya. Satu milyar beserta mansion dan isinya sudah menjadi miliku.
"Oh, lagi ngapain?"
Memangnya di taman ngapain? main bola? atau naik kuda? ya rusak tamannya. Namanya juga di taman ya ngelamun. Iya, ngelamunin laki laki yang udah ngoyak kesucian seorang gadis, kemudian pergi begitu saja. Memang laki laki laknat!
"Lagi sama bunga."
Dan lagi lagi, aku memang enggak bisa ketus sama dia. Karena kalau aku ketus. Nanti mancion sama isinya takut ia tarik. Bodo amat! harta emang segalanya!
"Kamu enggak mikirin aku?"
Cih, ngapain mikirin anda?
Anda saja belum tentu mikirin saya.
"Mmm ... saya enggak berani."
Dia seperti tersenyum kecil di sana. "Besok aku pulang. Kamu besok jangan kerja. Aku ingin dilayani."
"Baik."
"Hanya itu?"
"Memangnya apa lagi?"
Laki laki ini sungguh mengesalkan. Aku ini sudah menurut padanya. Aku berhenti makan malam. Aku makan pagi dengan roti gandum. Siang nasi sedikit, yang banyak itu sayur dan dagingnya. Dan dagingnya itu tanpa lemak sama sekali. Cukup dibakar hanya menggunakan garam dan entahlah. Lalu aku juga dilarang minum minuman yang manis. Aku harus minum jus tanpa gula dan es. Lebih diutamakan minum air putih benar benar kosong. Lalu malam hari, aku hanya boleh makan buah, sayur, dan dan daging atau ikan salmon.
Aku terbiasa makan mie instan di malam hari benar benar tidak ada lagi. Padahal menurutku makanan yang paling enak itu, ya cuma mie instan.
"Tidak ada. Kamu hari ini enggak makan berlebihan kan?"
Selalu saja begitu. Memangnya kenapa kalau aku makan berlebihan. Dia punya uang untuk apa sebenarnya kalau mau makan saja susah. Lagi pula se lebih lebihnya aku ketika makan. Aku enggak akan menghabiskan daging satu kilo. Dasar menyebelkan.
"Enggak."
"Perempuan itu harus selalu cantik, langsing dan indah."
"Seperti angelika?"
Sengaja aku menyindirnya karena sangat kesal sekali. Aturan kalau dia maunya nikah sama Angelika. Ya sudah nikah saja. Enggak usah sok soan berbuat baik dan mau menikahi aku.
"Kenapa harus angelika?"
"Ya, karena kan dia satu satunya perempuan yang tuan mau."
Mulutku yang lancang memang tidak bisa dikondisikan dengan benar. Aku sungguh kesal pada diriku sendiri. Tidak seharusnya aku seperti ini. Aku seharusnya patuh pada apapun yang dikatakan dia. Lagi pula sejak awal aku menyadari bahwa pernikahan kami memang sebatas kontrak. Aku sudah diselamatkan dengan cara dia membeliku. Ah, sudah lah Berlian. Kamu memang harus tahu diri! siapa kamu sebenarnya.
"Kamu cemburu?"
"E--enggak. Aku enggak berani. Maaf."
Dia terdengar diam di sana. "A-aku mau ke toilet. Bisa kah nelponnya sudah aja?" aku tidak tahan dengan ledakan hebat di dalam d**a ini.
Dia menghela napas dalam. "Aku akan pulang malam ini."
"Ka--katanya besok?"
"Kamu enggak suka aku pulang?"
"Eh, bukan gitu."
Tapi ini tiba tiba. Aku belum sempat mandi dan dan dan yang cantik dan wangi, seperti yang dia inginkan.
"Jam tujuh kamu harus sudah siap. Aku enggak mau nunggu. "
"I-iya." siap yang dimaksud Asegap, Berlian tentu saja sudah mengerti. Ia harus sudah mandi, wangi, dan memakai baju yang indah yang diinginkan oleh Asegap. Lalu laki laki itu akan ...
Ya, itulah. Entah kenapa dengan memikirkannya saja, sudah membuat jantung Berlian berdegup kencang tidak karuan. tubuhnya terasa panas dingin. Dan ia menghela nalas berkali kali. Ia harus segera berbicara dengan Tristan, kalau dia sedang tidak tenang.
"Tristan!"
Perempuan itu berjalan cepat ke arah ruangannya Tristan yang sedang bekerja.
"Iya, nona!"
Tristan segera menghampirinya. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Asegap akan pulang jam tujuh. Aku ... aku bingung dan gugup. Aku harus bagaimana?"
Aku sudah pernah melayaninya sekali. Tapi entah kenapa rasa gugupnya masih saja ada. Aku masih saja merasa kalau ini adalah yang pertama. Duh, perutku jadi mual karena jantung ku yang berdebar terlalu kuat.
"Ok, apa nona sudah makan siang?"
Aku lupa, kalau aku memang belum makan siang. Mungkin karena itulah perutku terasa mual. Yang jelas aku tidak akan hamil meski aku sudah pernah melayaninya, mengingat Asegap lah yang memasukan obat itu ke mulutku sebelum kami memulai percintaan itu. Lagi, mengingat itu wajahku jadi memanas dan aku tersenyum sendirian. Pengalaman pertama yang membuatku masih saja senyum senyum sendiri. Rasanya begitu manis ...
Iya, begitu manis.
"Ayo ke dapur. Nona harus makan siang dulu."
Tristan akan mengatur pola makan ku sesuai dengan perintahnya Asegap. Hari ini aku harus makan apa, dissert apa, salad apa, dan buah apa, semuanya sudah terjadwal. Juga cemilan yang sehat yang terbuat dari kacang kacangan atau buah buahan yang kering. Ah, lagi lagi buah dan sayur. Makan batagor atau telur gulung yang ada di jalan itu tidak boleh ya?
Atau sempol ayam yang di jual di jalanan itu juga enggak boleh ya ... ah, rasanya rindu sekali.
"Ini makanan nona."
Makan siang kali ini Tristan mengidangkan semangkuk kecil nasi beras merah, ikan salmon dengan ukuran besar, daun pakcoy yang di kukus. Dissertnya jelly coklat, dan juga dua buah apel merah besar. Airnya jangan ditanya, pasti satu gelas air putih, dan satu gelas jus.
Namun yang jadi pemandangan utama, itu nasinya kenapa sedikit sekali. Dua suapan saja kayanya udah mau habis. Aku meringis dibuatnya. Aku pasti akan kembali lapar kalau begini.
"Silakan nona!"
Aku mengangguk berat. Uang banyak, kenap makanan ku begitu susah.
Ah, sudah lah. Aku pun mulai makan nasi, namun tristan menggeleng pelan.
"Nona minum jus dulu. Barulah makan. Ini jus apel hijau tanpa gula sama sekali. Rasanya segar dan pasti akan membuat Nona cepat kenyang."
Menahan sendok yang hampir masuk ke mulut, aku pun kembali meletakan sendok tersebut, meraih gelas berisi jus apel hijau. Lalu menyesapnya sampai kandas. Dan benar saja perutku mulai sedikit kenyang.
"Bagaimana nona?"
"Rasanya enak."
Tristam tersenyum. "Nona silakan makan, dan harus dikunyah agak lama. Biar cepat dicerna."
"Baiklah."
Iya, atur saja semuanya. Asegap memang sangat menyebalkan. Mengunyah pun harus dihitung. Harus lebih dari 21 kunyahan. Biasanya kalau aku kelaparan. Aku hanya akan mengunyah lima kunyahan langsung telan. Ya ... namanya juga anak kosan. Uang yang didapat dari gajihku memang lumayan. Namun kan aku dulu harus mengirim untuk kedua orang tuaku juga harus memberikan jajan kakak ku. Oh, iya. Apa kabarnya kakak ku. Kenapa dia tidak lagi meminta sesuatu padaku. Maksudku, aku ingin sekali tahu bagaimana kabarnya.
Selesai makan, aku segera naik ke atas untuk luluran. Asegap ingin aku lembut dan wangi ala ala seorang ratu. Dan di dalam toilet ku yang megah itu, ada tempat khusus luluran, yang jelas aku enggak perlu ngelakuin itu. Aku hanya perlu berbaring karena akan ada seorang perempuan yang datang dan melakukannya untuku.
"Silakan Nona tiduran, kita akan mulai sekarang." Aku yang sudah memakai handuk pun segera tiduran dan dia mulai memijat dan juga membubuhi kaki ku dengan scrub yang wangi sekali.
Inikah surga dunia ...
Iya, Asegap telah memberikan ku segalanya. Maka apalagi yang aku inginkan? cukup bersyukur dan nikmati apapun fasilitas yang diberikannya. Sepertinya aku ketiduran saking enaknya luluran ini. Ketika aku membuka kedua mata. Orang itu sudah pergi, dan aku menghirup lilin aromatherapi yang menenangkan. Segera turun dan berjalan ke dalam buthub yang sudah ada sabunnya juga kelopak kelopak bunga mawar.
Aku tersenyum dengan air mataku yang menetes. Ini terasa sempurna ... aku tidak boleh protes apapun pada Asegap. Aku harus menerima apapun yang dia inginkan. Istri baru atau kekasih baru. Aku hanya perlu tersenyum dan melayaninya seperti Raja. Karena dia pun memperlakukan aku bak seorang Ratu. Iya. Lalu apa lagi yang kamu inginkan Berlian ...
Semuanya sudah selesai. Perempuan itu, sudah memakaikan aku dress yang diinginkan Asegap. Dress berwarna hitam menjuntai di mana bagian atasannya tanpa lengan. Dan aku baru sadar, kalau kulitku ternyata se putih ini dan sebersih ini. Memakai make up natural dan rambutku di gulung ke atas namun rendah, memperlihatkan leherku, yang juga aku baru menyadarinya kalau warnanya begitu mulus dan memikat. Aku berdiri lama di cermin ini, rasanya seperti bukan diriku. Dia cantik ... dan begitu gemerlap indah. Dia bukan aku ...
"Nona! tuan sudah datang."
Menelan ludah adalah hal yang kali pertama aku lakukan. Betapa jantungku tidak bisa diajak kompromi dengan informasi ini. Asegap ... mengingat namanya saja, membuat lututku gemetar. Dia adalah seorang lelaki hebat dan gila ... gila dalam hal segalanya. Gila dalam bekerja, dalam bisnis, dan dalam bercinta ... iya ... aku masih saja mengingatnya sampai saat ini, bagaimana perkasanya seorang Asegap.
Berjalan dengan menghela napas berkali kali, menuruni tangga dengan hati hati, memegang sedikit dress ku, agar tidak terinjak dan jatuh, membuat asegap kesal. Dari ujung tangga sana, lelaki itu sudah berdiri menatap padaku tanpa henti. Membuat tubuh ini gemetar dan aku nyaris kehilangan tenaga. Hanya tatapan matanya, sungguh mampu membuat harga diriku jatuh dalam hitungan detik saja. Keringat mulai bercucuran aku tidak sanggup berjalan lagi. Aku nervous hebat.
Dia mengernyitkan kedua alis. Lalu tersenyum dan mendekat padaku. Cara berjalannya saja, bak model di atas catwolk. Lalu tatapan matanya begitu dalam dan menyesatkan. d**a bidangnya bagaikan surga yang menawarkan sejuta kenyamanan. Lalu bibirnya ... oh, Berlian gila! kenapa kamu malah melihat bibirnya. Kamu sepertinya mulai tidak waras.
"Kenapa hanya berdiri di sini, sayang?"
Dari caranya melingkarkan lengan kokoh dan menarik pinggang ini, sungguh indah dan elegan. Hingga aku jatuh ke dadanya, dia menunduk dan mendapatkan bibirku. Dan aku pasrah memejamkan kedua mata kala sentuhannya memintaku membuka mulut ini.
"Aku gila, akrena merindukan mu!"
Bisiknya di telinga, membuatku nyaris pingsan karenanya.