Mala masih diam di tempatnya, ia tak menyangka kalau Bisma akhirnya meninggalkan rumah begitu saja. 'Mungkin ini yang terbaik, agar aku tidak perlu melihatnya terlalu sering. Agar aku tidak perlu menuruti keinginannya yang kadang aneh' Mala berdiri dari duduk, ia masuk ke dalam kamar. Mala duduk di tepi ranjang. 'Meminta maaf itu mudah, Tuan Bisma, karena anda tidak tahu rasanya, saat harga diri sudah dicabik-cabik dengan begitu gampangnya. Saat kehormatan harus terenggut secara paksa. Anda tidak pantas mendapatkan maafku. Meski apapun yang anda lakukan untuk mendapatkannya.' Mala menghapus air mata, saat bayangan peristiwa malam memilukan itu kembali berkelebat di dalam benaknya. Ditatap foto kedua orang tua angkatnya, diambil, dan diusap pelan foto itu. 'Andai ayah, dan dan ibu mas