Bagian 8

1029 Words
Dua kali Ratu beruntung karena berhasil mengalihkan perhatian Harry ketika bos-nya tersebut berusaha menyudutkan Ratu dengan pertanyaan tak masuk akalnya. Yang pertama adalah ketika Ratu ditodong dengan ajakan menikah yang sangat konyol. Kedua adalah pertanyaan sederhana tapi akan terasa aneh untuk dijawab ketika dalam mobil tadi. Yaitu pertanyaan, "Apa kau penasaran dari mana aku tahu minuman kesukaanmu?" Harry sudah kembali ke ruangannya, sementara itu Ratu memanggil seorang office girl untuk dimintai tolong membeli jus seperti biasa di kantin. Karena tadi Harry meminta jus-nya. Tak lama kemudian segelas jus yang diminta oleh bos-nya itu sudah ada di hadapannya. Dengan sigap, Ratu membawa gelas tersebut ke atas nampan. Kemudian ia pun pergi ruangan sang bos untuk memberikan jus tersebut. "Silakan diminum, Pak," ujar Ratu sambil menyodorkan gelas jus untuk Harry. "Terima kasih, simpan saja!" Bos-nya itu masih sibuk dengan laptop dan jemari-jemarinya yang sedang menari-nari di atas keyboard. Sesuai perintah atasannya itu, Ratu menyimpan minuman untuk Harry dan segera pamit undur diri. Namun ternyata, masalah di hari kemarin terulang lagi. Seorang wanita dengan tubuh yang ditempeli barang-barang mewah dari ujung kaki hingga ujung kepala, kembali datang ke tempat ini. Wanita yang sama dengan yang kemarin mengaku sebagai tunangan sang bos dan pada akhirnya wanita tersebut diusir oleh para satpam. "Nona Jeslyn?" sapa Ratu begitu ia keluar dari ruangan Harry dan mendapati Jeslyn sedang berjalan ke arahnya. Ratu menyimpan nampan bekas membawa minuman itu di kolong mejanya. Lalu menyambut wanita itu dengan ramah. "Tuan Harry masih sedang memeriksa laporan, Nona bisa kembali lagi jika Tuan Harry istirahat," ujar Ratu bahkan sebelum Jeslyn sempat bicara. "Hai, Ratu!" Wajah Jeslyn kali ini penuh dengan senyum. Tak ada kemarahan ataupun ekspresi tersinggung setelah mendengar ucapan Ratu seperti yang kemarin ia lakukan. Ratu memasang waspada karena respon Jeslyn. Namun meski begitu, ia tetap menunjukkan senyum terbaiknya seperti tidak sedang mencurigai apapun. "Hai, juga, Nona," sapa balik dari Ratu. "Aku bukan ingin bertemu Harry, tapi aku ingin bertemu dan bicara denganmu!" ujar Jeslyn pada Ratu. Ratu menanggapinya dengan senyuman. "Silakan, Nona." "Ratu, aku ingin mengajak seluruh, direktur dan manajer beserta seluruh sekretarisnya, untuk menghadiri pesta ulang tahunku. Apa kau bisa?" tawar Jeslyn. "Emm, baik," jawab Ratu meski agak ragu. "Kalau begitu! Ini undangannya!" Jeslyn menyodorkan sebuah undangan berwarna biru dongker dengan hiasan bunga-bunga berwarna putih tulang, lalu ada sebuah ikatan dari tali rami di tengah kertas undangan tersebut. Ratu menerima undangan tersebut dengan penuh senyum. "Hanya itu saja! Kuharap kau datang," ujar Jeslyn sambil tersenyum. "Aku akan pulang kembali, terima kasih atas waktunya." Kesopanan Jeslyn membuat Ratu bertanya-tanya, apa benar yang sedang dia lihat saat ini? Baru beberapa langkah, Jeslyn memutar badannya kembali. "Ah iya, Ratu! Kau tau, aku sangat menyukai tema retro vintage, jadi kuharap kau menggunakan dress code yang tertulis di undangan, ya!" Jeslyn pun kembali memutar badannya, dan segera turun menggunakan lift CEO. Ratu memperhatikan punggung terbuka Jeslyn yang menghilang begitu masuk ditelan oleh pintu lift. Beralih dari Jeslyn, Ratu kini mengamati undangan berwarna biru dongker yang ada di tangannya. Ia menarik simpul yang dibuat oleh tali rami dalam sekali sentakan, lalu ia buka undangan tersebut. Satu per satu ia lihat informasi pada undangan tersebut. Mulai dari nama lengkap Jeslyn, hari dan tanggal untuk pesta ulang tahun, lokasi diadakannya pesta, dan yang terakhir adalah ... dress code untuk pestanya. "Retro style?" Ratu bergumam. Sejenak dalam benaknya langsung terlintas bagaimana cara kru 'mystery machine' dalam serial kartun Scooby Doo berpakaian. Ya, baju digunakan oleh Daphne dan Velma adalah salah satu contoh gaya retro. "Hah? Seperti itu?" Ratu pun langsung bergidik begitu membayangkan jika dirinya harus berpakaian dengan baju berwarna mencolok. Celana high waisted jeans, jaket kulit, rambut yang mekar dan bergelombang. "Sepertinya aku harus mencari referensi gaya retro yang lebih sesuai denganku," gumamnya. Ketika ia melamun, telepon di meja pun berdering. "Iya, sekretaris Ratu di sini." "Oh, Bapak. Baik, Pak! Akan segera saya laksanakan." "Sama-sama, Pak!" Setelah itu, diletakkannya kembali gagang telepon itu dan ia pun segera masuk ke dalam ruangan sang bos. "Saya ambil tiga dokumen ini, ya, Pak," ujar Ratu. Tanpa melihat ke arah Ratu, Harry menganggukkan kepala. Tangan terus membolak-balik kertas dokumen itu, dengan mata yang fokus dan menggiring alisnya untuk melengkung ke dalam. "Saya permisi, Pak! Akan saya berikan kembali dokumen ini pada yang bersangkutan." Ratu pamit undur diri. "Emmm!" jawab Harry bergumam. Ratu pun keluar dan kembali menuju ke mejanya. Dia memberikan pesan suara untuk tiap-tiap sekretaris direktur agar mengambil dokumennya yang telah dibaca dan diberi keputusan oleh CEO. Kecuali untuk satu dokumen. Iya, dokumen untuk direktur pemasaran kemarin. Tak ada alasan lain bagi Ratu kenapa ia ingin mengantarkan langsung dokumen itu, selain karena ingin bertemu mantan bos-nya. Ia pun turun ke lantai lima, tempat kantor para direktur berada. Sambil membawa map di sebelah tangannya, wanita yang pada hari ini tidak menyanggul rambutnya itu berjalan menuju ke ruangan direktur pemasaran. Ruangan yang sudah sangat akrab baginya. Bahkan selama delapan tahun, ruangan itu serasa seperti rumah keduanya. Ratu berjalan dan ia berpapasan dengan seorang office girl yang sedang membawa minuman di atas nampan. Office girl itu memang bertugas untuk berbagai keperluan di lantai lima, sehingga ia sangat mengenal dengan baik siapa Ratu. Office girl itu pun lantas tersenyum pada Ratu. Sebagaimana Ratu pada biasanya, ia juga membalas senyuman sang office girl dengan cukup ramah. "Aduh!" Ratu mengaduh saat ia merasa terdorong ke depan dan menabrak office girl tersebut. Gelas kaca itu pun terjatuh dan menciptakan kegaduhan. Minuman tumpah berceceran dan yang paling fatal adalah pecahan kaca dari gelas. "Maaf, ya, Mbak! Maaf ...," bisik Ratu pada sang office girl ketika keduanya tengah berjongkok. "Ratu? Ya ampun?" Suara heboh menghampiri mereka yang sedang membersihkan kekacauan. "Kamu jangan gitu dong ke office girl. Mentang-mentang sudah naik jabatan, kamu membully mbak-mbak office girl, ya?" Ratu menengok pada sumber nada julid yang ia dengar. Dan tidak salah lagi, itu Sinta, Ratu pun memutuskan untuk hanya sekedar tersenyum tanpa menggubrisnya. Hingga kegaduhan itu terdengar ke ruangan lain dan keluarlah salah seorang direktur keuangan yang tampan dari kantornya. "Ada apa ini?" tanya Glenn, sang direktur keuangan. "Ratu, sengaja menubrukkan dirinya pada si mbak yang sedang membawa gelas, Pak. Saya sekarang sedang membantunya, Pak," adu Sinta pada Glenn. "Ratu? Apa yang kamu lakukan di sini?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD